IT IS A BL/BXB/GAY STORY, IF YOU DON'T LIKE IT, JUST GO‼️
Cerita ini hanya fiksi belaka dan murni dari pikiran author. Jika terdapat kesamaan alur, latar ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
×××××
Di tengah hiruk-pikuk kantin sekolah, Seungkwan duduk bersama dua temannya, Minghao dan Wonwoo. Mereka duduk di meja dekat jendela besar, dikelilingi oleh siswa-siswa yang bersiap untuk makan siang mereka. Meja mereka dipenuhi dengan makanan ringan, dan mereka tampak nyaman dalam perbincangan yang sudah menjadi kebiasaan mereka.
Di sisi lain kantin, Vernon, Seokmin, Junhui, dan Mingyu tengah dikerumuni oleh sekumpulan gadis yang tampak tergila-gila dengan kehadiran mereka. Empat pria tampan itu tidak hanya menarik perhatian dengan penampilan mereka yang memukau, tetapi juga dengan aura percaya diri yang seolah tak tertandingi. Sementara itu, Seungkwan, Minghao, dan Wonwoo menyaksikan dengan tidak minat kerumunan itu dari jauh.
Minghao menyandarkan punggungnya di kursi dan mengamati Vernon, Seokmin, Junhui, dan Mingyu dengan ekspresi tidak senang. "Kayak artis aja. Berprestasi nggak, pintar juga nggak, narsis sih iya."
Minghao melirik ke arah yang sama sambil menyendok saladnya. "Modal koneksi orang tua sama tampang doang kan gitu, nggak ada bedanya sama fans-fans nya, sama-sama tolol,"
"Won.. Kasar banget," Tegur Seungkwan.
"Kenapa? Lo mau ngebela Hansol lagi?" Tanya Minghao dengan nada menyolot.
Seungkwan menghela napas dan mengalihkan pandangannya ke arah Hansol, yang berdiri di dekat meja mereka. Berbeda dengan Vernon dan kawan-kawan, Hansol tampak tenang dan lebih tersendiri. Dia berbicara dengan beberapa orang teman dengan sikap yang jauh lebih santai dan tidak menonjolkan diri. Seungkwan merasa Hansol jauh lebih autentik dibandingkan dengan yang lainnya namun itu selalu menjadi hal yang di kesali oleh kedua temannya.
Seungkwan berucap dengan nada serius "Tapi, Hansol emang beda. Dia nggak pernah cari perhatian atau pamer kayak yang lain."
Minghao mengangkat alis dan memutar bola matanya karena ini akan menjadi perdebatan yang panjang seperti hari-hari lalu. "Ya lo mikir gitu, karena lo suka sama dia. Mau satu bumi sampai alien bilang dia jahat juga, ya di mata lo dia tetap anak baik."
Wonwoo menatap Seungkwan dengan penuh perhatian. "Lo emang di pelet habis sama Hansol, ya, Kwan."
Seungkwan menatap Hansol dengan penuh keyakinan.
"Nggak. Ini bukan karena gue suka sama dia, dia beda makanya gue suka."
Minghao mengerutkan dahi. "Bucin emang bisa seseorang tu buta, ya."
"Tahukah dirimu, tahukah hatimu?~ Berulang kuketuk, aku mencintamu~ Tapi dirimu tak pernah sadari~ Aku yang jatuh cinta~"
Wonwoo bernyanyi bait itu sambil mengejek Seungkwan.
"Sudah, Won, sudah. Cukup, Won." Ujar Seungkwan dengan wajah meringis, sementara Minghao tertawa.
Dengan pandangan yang lebih positif, Seungkwan merasa lebih termotivasi untuk mendekati Hansol dan membuktikan bahwa pandangannya tentang Hansol memang benar. Sementara Vernon, Seokmin, Junhui, dan Mingyu masih dikerumuni oleh para pengagum mereka, Seungkwan, Minghao, dan Wonwoo melanjutkan makan siang mereka dengan penuh pembicaraan ringan, meninggalkan kerumunan tersebut dengan berbagai macam pikiran tentang popularitas dan kepribadian.
Setelah percakapan panjang di kantin, Seungkwan, Minghao, dan Wonwoo menghabiskan waktu mereka di perpustakaan sekolah untuk menyelesaikan tugas. Di tengah suasana tenang dan sibuk, Seungkwan tampak sedikit gelisah dan tidak sabar. Ia akhirnya memutuskan untuk membuka topik yang sudah lama ia pertimbangkan dan ingin dibagikan kepada teman-temannya.
Seungkwan merasa inilah saat yang tepat untuk mengungkapkan rencananya yang sudah lama ia pikirkan. Dengan sedikit canggung, ia membuka percakapan.
Seungkwan menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum akhirnya berbicara. "Gue kayaknya mau ikut les privat bahasa inggris dah."
Wonwoo yang sedang sibuk mengutak-atik ponselnya, segera mengalihkan perhatiannya dan menatap Seungkwan dengan alis terangkat. "Yang bener? Nanti ngeluh susah lah, capek lah, ini lah itu lah."
"Nggak. Dukung aja kenapa sih?!"
"Usaha lo paling cuma 10%, Kwan. 90% nya ngeluhhhhhh!" Protes Wonwoo.
Seungkwan tersenyum tipis, meskipun ada sedikit rasa gugup yang masih menggelayuti hatinya. "Keren aja kalo gue bisa ngomong sama bule-bule gitu. Siapa tau kan gue bisa jadi penerjemah kalian kalo kita keluar negeri."
Minghao dan Wonwoo saling bertukar pandang, sebelum akhirnya Minghao kembali berbicara. "Ngomong noh sama bule-bule di pasar."
"Bangsat!"
Wonwoo mengangguk setuju, mencoba memberi saran dengan nada yang lebih lembut. "Di pikir-pikir dulu deh, Kwan. Biar nggak nyesel nanti."
Seungkwan bisa merasakan keraguan dalam suara teman-temannya, tapi ia tetap berusaha untuk mempertahankan keyakinannya. Dengan penuh tekad, ia menjawab.
Seungkwan menatap kedua temannya dengan mata yang berkilat penuh semangat. "Gue udah mikir dari lama kok, dan ngerasa ini udah waktunya gue buat mulai les aja."
Minghao memperhatikan Seungkwan dengan tatapan serius, mencoba mencari tanda-tanda keraguan di wajah sahabatnya. Tapi yang ia temukan hanyalah tekad yang kuat, sesuatu yang jarang ia lihat pada Seungkwan dalam hal lain.
Wonwoo akhirnya tersenyum tipis, meskipun masih ada sedikit keraguan dalam suaranya. "Ya, kalo itu yang lo mau mah, gue sama Hao dukung."
Seungkwan tersenyum lega, merasakan dukungan dari kedua sahabatnya. "Gue janji! Gue nggak bakal ngeluh,"
Minghao tersenyum kecil, meletakkan ponselnya dan menepuk bahu Seungkwan. "Mau sekalian gue rekam janji lo ini?"
"Eh.. Nggak usah, Hao," Balas Seungkwan dengan tawa karir.
Wonwoo ikut tertawa.
"Gapapa, kan biar lo tetap semangat kalo tiba-tiba pengen nyerah,"
"Enggakk, aman kok."
Mereka bertiga melanjutkan obrolan santai mereka, tapi kali ini dengan perasaan yang lebih ringan. Di dalam hati, Seungkwan tahu bahwa keputusan ini adalah langkah besar dalam hidupnya. Dengan dukungan dari teman-temannya, ia merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Mimpinya untuk berkuliah dan tinggal di New York tidak lagi terasa jauh dari genggaman, dan ia bertekad untuk membuatnya menjadi kenyataan.
TO BE CONTINUED!
DILARANG KERASA UNTUK MENJIPLAK ATAU MENG-COPY CERITA INI!
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW YORK LESSON || VERKWAN✔
Fiksi Penggemar[END]✔ ── Verkwan (Vernon x Seungkwan) Seungkwan sangat menyukai negara New York dan bertekad untuk kuliah disana, namun bahasa inggris nya kacau. Dia akhirnya pun harus mengikuti les privat untuk membantunya. ©yaywavey; 2024 (Disclaimer! BXB Story...