BAB 14: WEEKEND

59 7 1
                                    

Akhir pekan itu datang lebih cepat dari yang Seungkwan bayangkan. Hari yang cerah dengan sinar matahari lembut yang menyapu dedaunan di sekitar rumahnya seolah menyambut harapan baru. Dia berdiri di depan cermin, memandangi bayangannya dengan hati yang berdebar. Memilih pakaian yang tepat menjadi tantangan tersendiri. Bukan karena dia ingin tampil sempurna namun ada rasa canggung dan kebingungan yang mengisi pikirannya.

Setelah beberapa kali mencoba baju yang berbeda, akhirnya dia memutuskan untuk mengenakan kemeja biru muda yang terlihat kasual namun tetap rapi. Sesekali, dia menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan gugup yang semakin memuncak. Sejak ajakan Hansol beberapa hari yang lalu, perasaannya bercampur antara kegugupan, kegembiraan, dan sedikit keraguan.

Ponselnya bergetar di atas meja, menandakan pesan masuk. Seungkwan buru-buru mengambilnya dan membaca pesan dari Hansol.

Hansol:
"Gue di depan. No need to rush, I'll wait"

"Okay, wait"

Seungkwan merasa jantungnya semakin cepat berdetak. Dia mengambil jaketnya dengan tangan yang sedikit gemetar dan berjalan keluar kamar. Di luar, Hansol sudah menunggu dengan mobilnya, bersandar di pintu mobil dengan postur tenang yang khas. Rambutnya sedikit tertiup angin, tetapi tetap rapi. Hansol mengenakan sweater hitam yang membuatnya terlihat sederhana, namun tetap memukau. Wajah tampan itu, luar biasa.

Saat Seungkwan mendekat, Hansol tersenyum tipis, senyum yang selama ini jarang terlihat.

"Udah siap?"

Seungkwan mengangguk sedikit canggung, tersenyum tipis. "Iya, siap."

"Let's go,"

Hansol, dengan gerakan penuh perhatian, membuka pintu mobil untuk Seungkwan. Setelah Seungkwan masuk, Hansol berjalan memutar dan masuk ke kursi pengemudi. Mobil perlahan melaju, meninggalkan rumah Seungkwan, dan suasana di dalam mobil dipenuhi keheningan yang sedikit canggung namun nyaman.

Sesekali, Seungkwan melirik ke luar jendela, menikmati pemandangan yang lewat sambil mencoba menenangkan diri. Hansol juga tampak tenang di sebelahnya, tatapannya fokus pada jalanan di depan mereka. Setelah beberapa menit, Hansol akhirnya membuka percakapan.

"Jadi... Ada tempat yang mau lo datangi?" tanyanya, suaranya tenang namun ada nada perhatian di dalamnya.

Seungkwan mengerutkan kening, berpikir sejenak. "Hmm... Gue sebenarnya nggak terlalu sering keluar, jadi nggak tahu banyak tempat yang bagus. Gimana kalau lo saja yang memilih?"

Hansol tersenyum tipis. "Boleh, gue tahu tempat yang mungkin lo suka."

Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah kafe kecil yang tersembunyi di sudut jalan yang tenang. Kafe itu memiliki dekorasi yang sederhana namun nyaman, dengan dinding kayu yang dipenuhi tanaman hijau. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela-jendela besar menambah kehangatan di dalam ruangan.

Hansol memimpin Seungkwan masuk, dan mereka memilih meja di dekat jendela yang menghadap taman kecil di luar. Setelah memesan minuman, Hansol kembali memandang Seungkwan dengan ekspresi tenangnya yang khas.

"Is this your first time here?" tanya Hansol tiba-tiba.

Seungkwan yang sibuk melihat sekeliling seperti tidak fokus dengan apa yang di ucapkan Hansol, tanpa harus menjawab Hansol sudah paham bahwa ini memang pertama kali nya Seungkwan ke tempat ini.

"Bagus banget, Sol. Kenapa gue nggak tau tempat ini dari lama, ya?"

Hansol tertawa kecil.

"Makanya jangan mendem mulu di kamar,"

NEW YORK LESSON || VERKWAN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang