EPILOG

111 12 2
                                    

Setelah dua minggu yang penuh kecemasan dan kebingungan, malam itu akhirnya datang dengan kejutan yang sangat dinanti oleh Seungkwan.

"Udah 2 minggu, apa dia pindah, ya? Sial.." Gumam Seungkwan sendiri.

Setiap hari, Seungkwan merasa jantungnya berdebar-debar, menunggu kabar dari Hansol yang tidak kunjung datang. Ketidakpastian yang dirasakannya seolah menjadi bagian dari kehidupannya sehari-hari, membuatnya semakin tertekan. Selama waktu itu, dia berusaha untuk tetap tenang dan berharap Hansol akan segera kembali, setidaknya menjelaskan segala sesuatu.

Hari itu, Seungkwan duduk sendirian di kamarnya, merasa kelelahan setelah menghadapi banyak pelajaran sepanjang hari. Dia merasa bahwa rasa khawatir dan rindu yang mendalam semakin menghantuinya. Namun, saat malam mulai merayap, ponsel Seungkwan bergetar di atas meja, menarik perhatiannya. Ketika dia melihat layar ponselnya, nama "Hansol" muncul dengan jelas. Seungkwan terbelalak, tidak bisa mempercayai matanya.

Dia mengecek layar ponselnya beberapa kali untuk memastikan bahwa ini bukan hanya mimpi atau ilusi. Dengan tangan bergetar dan jantung yang berdetak kencang, Seungkwan menjawab telepon tersebut.

"Halo?" suaranya bergetar.

Namun, sepertinya Hansol tidak segera menjawab. Seungkwan merasa tidak sabar dan segera berlari ke jendela kamarnya. Dengan tangan bergetar, dia membuka tirai jendela dan memandang ke luar. Apa yang dilihatnya membuatnya hampir tidak percaya—Hansol berdiri di depan rumahnya, melambaikan tangan dengan senyum lebar di wajahnya.

Seungkwan merasa seolah-olah dia sedang berada dalam dunia lain. Dia segera berlari keluar dari rumah, langkahnya cepat dan penuh semangat. Saat dia sampai di luar, Hansol sudah menunggu dengan senyum bahagia. Tanpa berpikir panjang, Hansol langsung memeluk Seungkwan dengan erat.

"Seungkwan, I miss you so muchhh!" kata Hansol dengan suara penuh rasa haru. "Finally.. I can see you again.."

Seungkwan terkejut bukan main. Dalam satu momen, dia merasa segala emosi—kebahagiaan, kelegaan, dan rasa terkejut—tercampur dalam satu waktu. Pelukan Hansol yang hangat menghapus rasa cemas yang mengganggu pikirannya selama ini. Seungkwan hanya terdiam tanpa membalas pelukan itu saking terkejutnya.

Setelah beberapa saat, Hansol melepaskan pelukannya dan melihat Seungkwan dengan tatapan penuh harapan.

"How are you?"

"Fine.. Darimana aja lo?"

Hansol tersenyum, "Gue minta maaf baru bisa bilang, gue selama dua minggu ini pergi ke kampung halaman gue, buat ngurus sesuatu."

"Ngurus sesuatu?"

Apakah yang Seungkwan pikir itu benar? Hansol akan benar-benar pindah? Seungkwan melemah sekarang.

"Yes, at New York,"

Seungkwan masih merasa bingung dan penasaran. "NEW YORK?! Did something happen there?"

Hansol menghela napas dan mengeluarkan secarik kertas yang bertuliskan beasiswa dengan tulisan bahasa inggris di seluruh kertas itu.

"Gue ngurus beasiswa, untuk kita berdua. Makanya gue kesana,"

Seungkwan merasa seolah-olah dunia di sekelilingnya berhenti sejenak. Air mata mulai mengalir di pipinya.

"Kita berdua? Sol.."

Hansol mengangguk dengan senyum lembut. "I know it's your dream, so this is an opportunity for you, want to take it?"

Mendengar berita itu, Seungkwan merasa campur aduk antara terkejut dan terharu. Dia tidak bisa menahan air matanya yang mengalir deras dan hanya bisa mengangguk.

NEW YORK LESSON || VERKWAN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang