Hari itu terasa berbeda sejak pagi. Seungkwan berjalan melewati gerbang sekolah, seperti biasa, dengan ranselnya tersampir di satu bahu. Namun, ada sesuatu yang ganjil yang tak bisa ia abaikan.
Biasanya, sebelum masuk ke kelas, dia akan sekilas melihat sosok Hansol dan teman-temannya di lapangan atau dekat bangku taman, bercanda atau sekadar berbincang. Tapi kali ini, tidak ada tanda-tanda kehadiran mereka. Mingyu, Seokmin, Jun yang biasanya ribut, dan tentu saja Hansol dengan ekspresi dinginnya—semua lenyap.
"Tumben," gumam Seungkwan, keningnya berkerut tipis.
Ketika sampai di kelas, suasana terasa sama. Teman-temannya sibuk berbincang tentang hal-hal kecil, beberapa mengerjakan PR yang terlambat, dan sebagian lagi asyik dengan gawai masing-masing.
Seungkwan melirik ke arah jendela, berharap mungkin saja dia bisa melihat Hansol di luar. Tetapi tetap saja, tidak ada. Kelas berjalan seperti biasa, namun pikirannya terus melayang pada ketidakhadiran sosok yang biasanya dengan mudah menarik perhatiannya. Sejak kapan dia mulai memperhatikan Hansol sampai seperti ini? Bahkan hanya dengan ketidakhadirannya saja sudah cukup membuatnya merasa ada yang hilang.
Ketika jam istirahat tiba, Seungkwan berjalan menuju kantin bersama Minghao dan Wonwoo. Kedua temannya tampak biasa-biasa saja, tetapi Seungkwan menyadari bahwa mereka juga tidak melihat Hansol dan gengnya sejak pagi. Mereka bertiga duduk di meja kantin seperti biasa, memesan makanan yang sama, tetapi keheningan di antara mereka terasa janggal.
"Kamu nggak lihat Hansol hari ini?" tanya Minghao tiba-tiba, memecah keheningan sambil menatap Seungkwan dengan penuh arti.
Minghao memang terkenal tajam dalam membaca situasi, dan dia pasti menyadari bahwa Seungkwan terlihat sedikit gelisah.
Seungkwan mengangkat bahu sambil memainkan sendoknya, berusaha terlihat tidak terlalu peduli.
"Nggak. Tapi mungkin dia lagi sibuk atau ada urusan lain di luar sekolah," jawabnya setenang mungkin, meski jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.
Dia mencoba terlihat santai, tetapi kenyataannya, dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Minghao tampak tidak terlalu puas dengan jawaban itu, tetapi dia mengangguk.
"Mungkin. Tapi biasanya kalau Hansol absen mah kita tau, ini kayak hilang di telan bumi, bener-bener hilang."
Wonwoo hanya menunduk sambil memakan makanannya, tidak ikut campur dalam pembicaraan. Namun, dari cara dia melirik sekilas ke arah Seungkwan, jelas bahwa dia juga merasa ada yang aneh. Biasanya, mereka berempat—Hansol, Mingyu, Seokmin, dan Jun—tak pernah absen terlihat di sekolah, apalagi jika hari masih berjalan seperti ini. Seungkwan hanya bisa menelan kebingungannya dan terus mencoba menikmati makanan yang di depannya, meskipun nafsu makannya sudah berkurang.
Waktu berjalan, namun hari itu terasa lambat. Seungkwan mencoba tetap fokus pada pelajaran, tetapi pikirannya terus melayang. Jam pelajaran terakhir akhirnya selesai, dan Seungkwan keluar kelas lebih cepat dari biasanya.
Dia berharap, setidaknya sebelum pulang, dia akan melihat Hansol atau salah satu dari mereka—entah di lorong sekolah, di lapangan, atau di dekat pintu gerbang. Namun, saat dia berjalan menuju gerbang, lorong itu tampak kosong. Tak ada tanda-tanda Hansol dan teman-temannya.
"Apa emang gue aja nggak ngeliat dia?" pikir Seungkwan.
Saat langkahnya sampai di gerbang sekolah, perasaan aneh itu semakin menjadi-jadi. Seungkwan menoleh ke sana kemari, mencari-cari. Namun tidak ada. Semuanya sunyi, terlalu biasa untuk hari yang seharusnya normal.
Ia memutuskan untuk berjalan menuju halte, tempat biasa dia menunggu bus. Langit sudah mulai berubah warna menjadi oranye lembut saat sore mendekati senja, angin bertiup sepoi-sepoi, dan jalanan mulai ramai dengan orang-orang pulang kerja dan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW YORK LESSON || VERKWAN✔
Fiksi Penggemar[END]✔ ── Verkwan (Vernon x Seungkwan) Seungkwan sangat menyukai negara New York dan bertekad untuk kuliah disana, namun bahasa inggris nya kacau. Dia akhirnya pun harus mengikuti les privat untuk membantunya. ©yaywavey; 2024 (Disclaimer! BXB Story...