8. EPILOG TANPA PROLOG?

127 20 1
                                    


🌟🌟🌟

Abaikan typo dan jam!

-

-

-


"Iya, ok.."

Savio menatap kejadian itu dengan raut wajah super terkejut. Dirinya tidak menyangka bahwasanya ia akan mendapatkan jawaban lain yang terlontar begitu saja dari mulut kakak kelasnya itu. Tanpa permisi ataupun pamit kepada Harsa, ia memutuskan untuk langsung pergi dari area kantin tersebut.

"Woi! Savio lu mau kemana?!!"

Pemuda itu tidak menggubris panggilan sahabatnya itu, yang terpenting sekarang dirinya ingin kembali ke kelas. Masa bodo dengan dirinya yang tidak membeli apapun di kantin, hatinya mendadak kacau sekarang setelah melihat kejadian itu.

'Ini kenapa aku harus sedih sihh, kan aku sendiri yang bilang kalau semisalnya Kak Daffa uda di ambil orang aku bakalan ikhlas, tapi kok tetep aja rasanya sakit'

Langkahnya semakin cepat mungkin bisa disebut berlari, dia tidak peduli dengan mata dari murid-murid lain yang melihatnya. Tujuannya sekarang ada ruang kelas, dia ingin meluapkan semuanya di atas tempat duduknya. Masa bodo juga jikalau teman sekelasnya melihatnya nanti.


Brukk!


Terlalu sibuk dengan isi pikirannya sehingga tidak memperhatikan sekitar, tanpa sadarnya dirinya menabrak seseorang dari arah berlawanan. Keduanya terjatuh di atas lantai, oknum yang ia tabrak tampak merapikan kembali buku-buku yang berjatuhan akibat insiden tabrakan ini.

"Eh, sorry. Maaf gak sengaja.." Savio reflek membantu untuk memungut buku-buku tersebut kemudian menyerahkannya kepada orang yang ia tabrak.

"Gapapa, gue tau lu gak sengaja. Btw, lu Savio kan?"

"Ya? Kok bisa tau?"

"Woahh.." orang itu nampak menutup mulutnya tak percaya. "Gue gak nyangka akhirnya bisa ketemu sama lu"

"Kenapa emang?" sejenak Savio melupakan tujuan awalnya pergi dari kantin. Sekarang dirinya lebih penasaran dengan orang yang berada di hadapannya ini.

"Oh iya, pasti lu belum kenal sama gue. Kenalin gue Liam, mungkin lu gak kenal gue karena kita beda kelas" ucap anak bernama Liam itu sambil mengulurkan tangannya, berniat berkenalan dengan Savio.

Savio dengan ragu menyambut uluran tangan itu. "Salam kenal juga ya" balasnya pelan.

"Lu mau kemana? Gue liatin lu buru-buru amat, ada sesuatu yang harus lu urus?"

'Ini gak mungkin kan aku bilang kalau aku mau balik ke kelas perkara patah hati?' Savio diam tak bergeming, tidak ada niatan untuk menjawab pertanyaan yang Liam lontarkan kepadanya.

"Oy? Savio? Lu masih disana kan?" tangan kanan Liam mulai melambai di depan wajah Savio untuk menyadarkan anak itu, tapi nampaknya tidak berhasil.

"SAVIO!!"

Teriakkan itu berhasil merenggut kembali kesadarannya. Savio tau suara itu, memutuskan untuk menggeleng dan kembali melanjutkan langkahnya. Nampaknya ia akan putar haluan, tidak mungkin sekarang dirinya pergi ke kelas ketika ia sudah terlihat oleh kakak kelasnya itu.

"Aku duluan ya, Liam. Ngobrolnya kapan-kapan aja!" dengan langkah cepat Savio pergi dari hadapan Liam. 'Intinya jangan lihat ke belakang sekarang'

Liam menatap kepergian Savio itu dengan wajah bertanya-tanya, hingga tak lama muncul seseorang yang ia tau sempat berteriak memanggil nama Savio. "Loh, Daffa? Lu ngapain?"

That's Because I Like You!  -  [ DOSHIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang