12. YANG SEBENARNYA TERJADI PADAMU..

133 16 5
                                    

🌟🌟🌟

Abaikan typo dan jam!

-

-

-

Note: Part flashback terakhir sekaligus end POV dari sisi Daffa.

2 bulan kemudian..

Sudah 1 minggu setelah dirinya kembali dari London, Daffa kini akhirnya kembali lagi ke sekolah. Selama persiapan Olympiade dirinya sama sekali tak dapat melihat sosok Savio meskipun di sela-sela waktunya beristirahat. Bahkan waktu itu dia mencoba untuk berkeliling sekolah dan menghampiri beberapa kelas yang diisi pada murid baru, namun hasilnya nihil.

Sekarang dirinya sudah bersiap untuk pulang ke rumah sebelum suara yang familiar menyapa gendang telinganya. "Daf, dipanggil kepsek lagi noh"

Daffa lagi-lagi menghela nafas pasrah. "Urusan Olympiade lagi pasti. Gue cape Yudh, mau pulang. Gak bisa besok?"

Yudha menggeleng, ia merasakan perasaan dejavu saat melakukannya. "Gak bisa, harus sekarang, jam ini, menit ini, detik ini. Sama kayak 2 bulan lalu"

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Daffa berlalu dari hadapan Yudha menghampiri kepala sekolah kembali di ruangannya. Orang tua itu selalu saja merencanakan sesuatu yang membuat dirinya tidak memiliki waktu luang untuk sekedar duduk santai selama ia menikmati waktunya sebagai anak kelas akhir.

Sesampainya disana, ia langsung saja membuka pintu ruangan itu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, masa bodo dengan dirinya yang mendapatkan teguran, intinya dia ingin cepat-cepat pergi dari sini dan kembali ke rumahnya.

Ketika pintu itu terbuka, bisa ia lihat sosok 2 orang di dalam. Satu yang ia tahu adalah kepala sekolah itu sendiri dan satunya lagi adalah Haris, tetangga di sebelah rumahnya itu.

"Uda gak ada di kelas? Kalau anaknya baru aja keluar dari kelas pasti belum jauh kan? Nah, Haris. Bapak minta tolong panggilkan Savio Mahesa temen sekelas kamu itu ya. Bilang sama dia kalau saya minta dia datang hari ini bukan besok"


Deg!


'Savio?! Gak salah denger kan? Pak tua itu bilang Savio?!!!' Daffa merasakan sensasi menggelitik dalam hatinya. Nampaknya ini adalah hasil buah kesabaran nya selama 2 bulan tidak bertemu sosok itu setelah kejadian tempo lalu dan kejadian di halte bus bulan kemarin.

"Bisa pak. Kalau begitu saya permisi" Haris menunduk sedikit sebelum berlalu dari hadapan kepala sekolah. "Loh, bang? Ngapain depan pintu?"

Kepala sekolah yang baru menyadari hadirnya sosok Daffa juga menjadi heran. "Loh, Daffa? Sejak kapan kamu disana? Kenapa gak langsung masuk? pertanyaan beruntun yang dilontarkan kepala sekolah seketika membuat kepala Daffa menjadi pusing sendiri.

Haris yang melihat Daffa hanya diam sambil meringis mengetahui dirinya ketahuan hanya mengendikkan bahunya acuh. Kemudian berlalu pergi tanpa menunggu jawaban dari tetangganya itu, dia harus segera menyusul Savio sebelum anak itu menjauh.

"Daffa, mau diem disana sampai kapan?"

Daffa akhirnya masuk ke dalam ruangan dan langsung duduk pada kursi yang menghadap ke pemimpin tertinggi sekolah itu. Tidak, Daffa tidak canggung jika hanya berisikan mereka berdua disana. Dirinya sudah terlanjur terbiasa memasuki ruangan ini dengan alasan yang sama secara terus-menerus. Bahkan bukan menjadi pertanyaan lagi jika Daffa sudah dipanggil ke ruangan ini. Semua murid yang ada di sekolah sudah mengetahui jawabannya.

That's Because I Like You!  -  [ DOSHIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang