11. GAGAL LAGI, GAGAL LAGI

132 20 1
                                    


🌟🌟🌟

Abaikan typo dan jam!

-

-

-

Note: Masih flashback dari sisi Daffa ya.

"Abis darimana bro? Gue uda coba buat nelfon lu tapi gak ngangkat sama sekali" ucapan Theo langsung membuat Daffa mendongakkan kembali kepalanya yang tertunduk.

Dia baru saja kembali setelah pertemuannya dengan kepala sekolah beberapa menit yang lalu. Dirinya tidak menggubris ucapan Theo itu, langkahnya membawa tubuh itu langsung pergi kursi kosong yang ada di kelas tersebut dan langsung duduk sambil menyembunyikan wajahnya dibalik lipatan tangan.

Melihat hal tersebut menimbulkan tanda tanya pada 3 orang yang menatapnya itu. Sebenarnya apa yang terjadi pada sahabat mereka ini? Kerasukan kah atau baru saja mendapatkan sebuah kesialan yang tak terduga?

"Lu kenapa, Daf? Abis di tolak cewe kelas mana lu?"

Daffa tetap dia tak menjawab. Dirinya memilih acuh terhadap pertanyaan yang muncul dari bibir milik Jino itu. Perasaan heran semakin tumbuh di di wajah ketiga sejoli itu.

"Daffa, woi! Lu kenapa anjir?"

"Tolongin temen lu, Jo. Kayaknya bentar lagi dia mau pergi ke rumah Tuhan"

"Bacot lu semua anjir! Diem dulu gak bisa apa?" masih betah dalam posisinya yang sekarang, Daffa sedikit berteriak mendengar sahabatnya itu terus saja berisik. Dirinya ingin ketenangan sebentar saja apa tidak bisa?

"Kayaknya beneran deh Jin, Daffa kerasukan kayaknya" bisik Theo ke telinga Jino.

"Gue masih denger lu ngomong apa Theo!" Theo langsung meringis pelan, padahal dirinya berujar sekecil mungkin. Apa karena faktor telinga Daffa yang begitu tajam ya dalam mendengarkan suara-suara kecil ya?

"Uda lu bedua mending duduk ajalah. Nanti juga Daffa bakalan cerita sendiri kalo orangnya uda mau" Joshua akhirnya membuka suara. Meskipun terkadang Joshua bisa berujar sarkas kepada orang-orang, tapi dia bisa jadi sosok yang paling tenang saat dibutuhkan di kondisi-kondisi tertentu, contohnya seperti sekarang, yahh.. meskipun dia juga penasaran dengan apa yang sedang mempengaruhi pikiran sahabatnya saat itu, dirinya lebih memilih untuk bungkam. Joshua memperhatikan Daffa yang belum ada niatan untuk bangkit dari posisinya, mungkin masalah yang sahabatnya alami itu lumayan berat,  kira-kira begitu isi pikirannya.

Ini masih hari pertamanya memasuki sekolah, Daffa tidak tahu apa yang Tuhan rencanakan untuk kisah cintanya saat ini. Mendapati bahwasanya remaja yang ia rindukan itu berada disini, sangat dekat dengannya dan bisa ia raih. Namun, kabar buruknya adalah.. dia harus kembali meninggalkan remaja itu karena suatu hal.

Akhirnya karen pegal terus-terusan menunduk, Daffa bangkit dan kembali menegakkan badannya, sontak itu menjadi perhatian para sahabatnya yang sedang menunggu cerita yang keluar dari dua bilah bibir itu.

"So?" itu Joshua, ia yakin bahwa ketika Daffa sudah selesai dengan acara menenangkan dirinya, pemuda itu akan langsung bercerita mengenai masalahnya. "Kalo gak mau juga gapapa sih, Daf? Ambil waktu lagi aja kalo lu masih gak mau bilang"

Daffa menggeleng pelan. "Gapapa, makasih Jo. Gue mau cerita sekarang"

Jino dan Theo langsung beranjak lebih dekat ke arah meja Daffa, mereka berdua yang paling excited untuk mendengarkan cerita yang Daffa alami.

"Jadi, gue bakalan dikirim buat ikut Olympiade di London 2 bulan lagi.."

"Loh enak dong! Lu bisa sekalian jalan-jalan, healing, lihat cewek-cewek cakep. Kurang apalagi coba?" siapapun tolong ambilkan plester untuk menutup mulut Theo yang suka ceplas-ceplos itu.

That's Because I Like You!  -  [ DOSHIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang