29. KAMU BANDEL SIH!!

17 3 0
                                    


🌟🌟🌟

Abaikan typo dan jam!

-

-

-

"Cil, kira - kira ni ye, fungsi kita disini tu ngapain?"

"Kak Harsa tanya aku, terus aku tanya siapa?"

Harsa beserta Kian berdiri sambil bersandar pada tembok kamar milik Daffa. Setelah pergi ke dapur untuk membawakan semangkuk bubur untuk sang tuan rumah yang sedang sakit, mereka bertiga langsung bergegas masuk ke dalam kamar tersebut tanpa mengucapkan permisi terlebih dahulu.

Tentu hal itu menimbulkan mimik kaget dari tuan rumah yang tak lain adalah Daffa yang melihat kekasihnya datang sambil memasang wajah garang yang dimana bisa Daffa baca dari wajah manis kekasihnya itu nampak seperti meminta penjelasan saat itu juga. Dirinya hanya bisa tertawa canggung, tidak ingin membuat suasana semakin menyeramkan apabila ia sampai tertawa kencang.

Savio langsung saja duduk tepat di pinggir tempat tidur itu sembari menbawa semangkuk bubur. Tanpa ada kata yang terucap, ia langsung mengarahkan sendok itu ke mulut sang kekasih, Savio mencoba untuk merajuk pada kekasihnya itu.

Keduanya hanyut dalam pikiran masing - masing, dimana Savio masih fokus untuk menyuapi Daffa, sementara Daffa yang memikirkan 1001 macam cara untuk membujuk kekasih manisnya yang sedang merajuk itu. Tanpa sadar, keduanya langsung mengabaikan dua orang manusia yang masih setia berdiri di tempat mereka.

"Berasa ngenes banget gue disini anjir"

"Kakak jomblo ya?!!"

"Apa - apa? Ngomong sekali lagi coba?" Harsa sedikit menurunkan badannya kebawah. "Nah, ngomong sekali lagi coba"

"Hehehe, peace Kak. Bercanda kok bercandaa.."

Harsa kembali ke posisinya, melipat kedua tangannya di depan dada sembari mata itu kembali menatap lurus ke arah dua sejoli yang masih betah menutup mulut. "Gemes banget, pengen gue teriakin rasanya. Gatel banget mulut gue Tuhan.."

"Kak Harsa ngapain sih?!" Kian yang berdiri tepat di sebelah semakin dibuat kebingungan. "Kak Harsa uda mirip cacing kepanasan tau gak"

"Gue gemes sama tu dua curut, Cil. Diem - dieman mulu kek Limbad. Tangan gue gatel banget pengen nyekik sumpahh"

Bohong kalau ucapan Harsa itu tak terdengar sampai ke telinga Savio berserta Daffa. Meskipun ruangan itu cukup besar, suara keduanya masih dapat mereka dengar dengan jelas. Savio memilih cuek, sementara Daffa ingin membuka mulut namun selalu gagal karena mendadak semua kata yang ingin ia ucapkan mendadak meluap ke atas.

Hingga mangkuk bubur itu habis tak tersisa, Savio masih enggan untuk membuka mulut. Merapikan alat makan yang tadi ia gunakan, memberikan Daffa segelas air beserta obat yang harus pemuda itu minum. Setelahnya ia bangkit, berjalan keluar ke arah pintu kamar dan kemudian hilang di baliknya.

Ketiga manusia yang masih ada di dalam ruangan itu reflek menahan nafas mereka, kemudian menghembuskan nafas mereka dengan terburu - buru setelah melihat Savio keluar. "Aura Savio gak pernah se-serem itu perasaan. Hayoloohh Kak, gue gak ikut - ikut kali ini"

"Ck, berisik" Daffa berdecak, segera ia meminum obat itu dengan sekali tegukan air yang langsung mengalir melewati tenggorokannya. "Gue daritadi berusaha buat ngomong tapi gak bisa mulu"

"Hayoloh.. Kakak cantik marah" Kian ikut menggoda sang kakak yang makin memperlihatkan wajah kesalnya. "Kak Daffa bandel sih!!"

"Berisik tuyul. Mending lu sekarang balik ke kamar lu terus kerjain tu pr lu yang uda numpuk kayak dosa lu sama gue" Daffa meletakkan gelas yang ia pegang secara perlahan di atas nakas tempat tidurnya. "Sa, lu harus bantuin gue bujuk Savio kali ini"

That's Because I Like You!  -  [ DOSHIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang