Chapter 3

2K 207 7
                                    

Please jangan pelit vote dan komentar ya.
Aku update cerita Bitter Brew setiap 2/3 hari sekali karena cerita ini belum selesai aku tulis.
Tambahkan ke reading list biar tau kalau aku update.

Warning❗️
Mungkin di sini sebelumnya ada yang baca cerita Jane dan merasa sedikit bingung kenapa Patricia bisa jadi sahabat Feraya padahal tau sendiri dulu status Feraya dan Patricia itu seperti apa😁
Jadi di ekstra chapter cerita Jane nanti akan dijelaskan kenapa tuh mereka berdua bisa jadi sahabatan dan sampai-sampai jadi patner bisnis juga.
So semoga ini bisa menjawab rasa heran/penasaran kalian hihi.


________

Feraya duduk di kursi kerjanya, menggigit kedua jari tangannya dengan gelisah. Pertemuan singkat dengan Lynne beberapa menit lalu terus berputar di pikirannya. Bayangan tentang kemiripan wajah Lynne dengan Averiella, mantan kekasihnya, seolah-olah memaksa masuk ke dalam relung kesadarannya. Apakah mungkin gadis yang baru saja ditemuinya itu adalah Averiella? Namun, pikiran itu seketika ditepisnya, terlalu mustahil untuk menjadi kenyataan.

Dengan gerakan perlahan, tangan kanannya menggeser mouse komputer, memperlihatkan layar CCTV yang menampilkan setiap sudut kafe Bitter Brew. Matanya tertuju pada sosok Lynne yang masih setia duduk di pojok kanan kafe. Tangan Lynne mengetuk-ngetuk tuts laptop, sesekali tersenyum tipis ketika melihat sesuatu yang menarik di layarnya. Feraya memperhatikan wajah Lynne dengan cermat. Wajah itu benar-benar mirip dengan Averiella, hanya saja ada perbedaan kecil—kacamata yang selalu dikenakan Lynne, sementara Averiella tidak pernah memakainya.

Sejak beberapa minggu lalu, Feraya memang selalu memperhatikan Lynne lewat layar monitor di ruang kerjanya. Namun, kali ini, setelah pertemuan langsung, ia tidak bisa memungkiri betapa wajah Lynne begitu memanggil kenangan tentang Averiella. Setiap kali Feraya mencoba mengalihkan pandangannya, keinginan untuk melihat wajah Lynne kembali seolah menjadi magnet yang tak bisa ditolak. Feraya menarik napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang bergejolak.

Tiba-tiba, derit pintu terdengar, memecah keheningan. Feraya menoleh dan melihat Patricia dengan pakaian santainya sedang menutup pintu dan mulai berjalan mendekat. Patricia adalah sahabat sekaligus rekan bisnis yang selalu bisa diandalkan, namun kali ini kehadirannya membuat perasaan Feraya semakin campur aduk.

“Kenapa, Feraya? Sepertinya ada sesuatu yang sangat penting sampai-sampai kamu memintaku untuk segera ke Bitter Brew,” ujar Patricia sambil menarik kursi di depan meja kerja Feraya.

Feraya tidak langsung menjawab. Sebaliknya, dia menunjuk layar CCTV dengan wajah yang serius. "Kenapa kamu tidak memberitahuku bahwa gadis yang duduk di pojok sana adalah sahabatmu?" tanyanya, matanya tetap terpaku pada monitor.

Patricia menghela napas panjang. "Kenapa aku harus memberitahumu? Aku tidak merasa itu penting. Lagipula, aku tahu betul kamu belum benar-benar melupakan Averiella."

Feraya memalingkan wajahnya, menahan emosi yang hampir meledak. "Dan kenapa kamu tidak memberitahuku bahwa sahabatmu itu wajahnya sangat mirip dengan—" Feraya menghentikan kalimatnya ketika Patricia mendekatkan wajahnya. "Maksudmu Averiella?" Patricia menyambung dengan nada tajam.

"Sebab dia memiliki kemiripan dengan mantan kekasihmu, aku sengaja tidak mengenalkannya padamu. Aku tidak ingin Lynne, sahabatku, menjadi bayang-bayang dari masa lalumu," lanjut Patricia, suaranya tegas namun sedikit bergetar.

Feraya menatap Patricia dengan tatapan tajam. "Tetapi dengan adanya dia di sini, mampu mengobati rinduku pada Averiella. Apakah itu salah?"

Patricia menahan napas sejenak, mencoba menenangkan dirinya. "Untuk saat ini, aku belum bisa memastikan apakah itu salah atau benar. Tapi coba pikirkan kemungkinan, Feraya. Suatu hari nanti, Lynne mungkin akan menganggapmu sebagai seseorang yang penting, tetapi kamu justru melihatnya sebagai Averiella, bukan sebagai dirinya sendiri. Itu sangat menyakitkan."

Bitter Brew (Fayo21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang