Chapter 13

1.3K 153 34
                                    

Hai teman-teman, aku ingin berbagi sedikit pemahaman terkait penulisan adegan dewasa atau yang sering disebut 'hot scene' dalam novel. Ada kalanya beberapa dari kalian mungkin merasa kurang puas dengan cara aku menyampaikan adegan tersebut.

Sebagai penulis, aku cenderung menggunakan narasi dan pemilihan diksi yang menurutku indah untuk menggambarkan momen-momen intim. Mengapa? Karena bagiku, kekuatan kata-kata bukan hanya terletak pada deskripsi fisik yang eksplisit, tetapi pada bagaimana perasaan, emosi, dan keintiman dapat disampaikan secara halus tetapi mendalam.

Dengan pendekatan ini, aku berharap dapat menjaga keindahan bahasa, tanpa harus terjebak dalam deskripsi frontal yang mungkin mengurangi nilai estetika dari adegan itu sendiri. Aku percaya bahwa adegan seperti ini bisa lebih menyentuh dan bermakna jika dijabarkan dengan diksi yang baik dan benar, memberikan ruang bagi kalian untuk merasakan emosi, bukan hanya melihat tindakan.

Oleh karena itu, maaf jika tulisan ini tidak sesuai ekspetasi kalian. Tapi aku akan berusaha sebaik mungkin.

Happy reading guys.
Jangan lupa vote dan komentarnya.
____

Feraya menggeliat di atas sofa sempit itu, punggungnya terasa kaku dan kepalanya berdenyut hebat. Samar-samar, ia membuka mata, di hadapannya, Lynne masih terlelap, tangannya melingkar erat di tubuh Feraya seolah takut kehilangan. Lynne terlihat tetap cantik dengan mata yang terpejam sempurna, napasnya terdengar pelan dan teratur, sementara helaian rambut cokelatnya berserakan di atas wajah. Pemandangan ini membuat Feraya sedikit terperanjat, sejenak terhenti oleh kebingungan, kemudian segera memijit pelipisnya yang terasa nyeri. Pusing yang menyerang kepalanya adalah dampak dari minuman beralkohol yang mereka konsumsi semalam.

Setiap kali Feraya menggerakkan tubuhnya, sofa tempat mereka berbaring bergoyang pelan, seakan menegaskan betapa sempitnya ruang yang mereka miliki. Ingatan Feraya masih kabur. Apa yang terjadi semalam hingga membawa mereka ke situasi seperti ini? Dia memukul pelan kepalanya, berusaha keras memulihkan ingatan yang terpecah-pecah. Dengan gerakan ragu, ia menyingkap selimut tipis yang menyelimuti tubuhnya dan tubuh Lynne.

“Sial,” gumamnya pelan, rasa kaget terpancar diwajahnya saat dia menyadari bahwa tubuhnya tak terbalut sehelai kain pun. Feraya menelan ludah dengan kasar, pandangannya kembali menyapu tubuh Lynne yang masih tertidur di sampingnya, polos dan tanpa sehelai kain pun. Gadis itu tampak jauh lebih menggemaskan tanpa kacamata yang biasa menghiasi wajahnya.

Feraya tak bisa menahan diri untuk tidak memperhatikan kecantikan Lynne yang terlelap. Jemarinya, seolah digerakkan oleh dorongan yang tak bisa ia hindari, menyibak lembut helaian rambut yang menutupi sebagian wajah Lynne. Gerakan itu membuat Lynne menggeliat pelan, matanya mulai terbuka. Pada detik berikutnya, mata mereka bertemu. Lynne yang masih dalam kondisi setengah sadar tiba-tiba membelalakkan matanya ketika menyadari betapa dekat tubuhnya dengan Feraya, tanpa jarak sedikit pun.

Dengan gerakan cepat, Lynne berusaha bangkit, tubuhnya terpaku oleh rasa terkejut. Namun, rasa pusing di kepalanya yang masih terasa berat membuatnya terjatuh kembali ke dalam pelukan Feraya. Sentuhan tubuh mereka mengalirkan perasaan campur aduk keheningan di antara mereka menjadi semakin mencekam.

Keduanya tak berkata apa-apa. Feraya, yang terbiasa mengendalikan keadaan, untuk pertama kalinya merasa tak tahu harus berbuat apa. Lynne, di sisi lain, masih baru mengenal situasi semacam ini. Ia duduk diam dalam pelukan Feraya, tangannya gemetar ketika mencoba memijat pelipisnya untuk meredakan pusing. Suara napas mereka terdengar beriringan, tak ada yang berani berbicara hingga Lynne akhirnya memecahkan keheningan.

"Feraya, bisakah kamu jelaskan apa yang sudah terjadi?" tanya Lynne dengan suara pelan, matanya masih terasa berat, tetapi pikirannya mulai terjaga. Ia memijit pelipisnya perlahan, berusaha menemukan pijakan di tengah kekacauan yang mengaburkan ingatannya.

Bitter Brew (Fayo21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang