Chapter 4

1.6K 166 5
                                    

WELLCOME BACK DI CERITA BITTER BREW.
CERITA INI ALURNYA BERAT, BUKAN CINTA MENYE-MENYE MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN, SEX, DAN BAHASA KASAR❗️
SO, BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN DAN BACALAH SECARA BERURUTAN.

TAMBAHKAN KE READING LIST KALIAN DAN FOLLOW AKUN WATTPADU SUPAYA ENGGAK KETINGGALAN UPDATE'ANNYA.
JANGAN SAMAKAN CERITA INI DENGAN IMPOSSIBLE ITU JELAS BEDA KARNA IMPOSSIBLE CERITANYA RINGAN BERBEDA DENGAN BITTER BREW.

THANK YOU SUDAH MENYEMPATKAN BACA.

_____

Dengan segala pertanyaan yang berputar di kepalanya, Feraya mendorong kuat pintu klub malam yang gemerlap di tengah kota Berlin. Telinganya langsung disambut oleh dentuman musik yang menggema memenuhi setiap sudut ruangan. Cahaya lampu yang menggantung di langit-langit berkedip liar, menciptakan kilatan yang semakin mengaburkan jarak pandangnya. Orang-orang tampak berdesakan di lantai dansa, bergerak seirama dengan hentakan musik elektronik yang mengguncang. Aroma tajam alkohol dan keringat menyeruak semakin jelas saat Feraya melangkah lebih dalam, mencoba menembus kerumunan yang bergerak tanpa henti.

Feraya tidak datang untuk bersenang-senang; kedatangannya ke tempat ini bukan untuk mencari hiburan, tetapi untuk menemukan jawaban. Jawaban atas segala tanya yang tak pernah berhenti mengusik pikirannya: mengapa ia tidak mampu menghapus bayang-bayang Lynne dari benaknya? Dengan pandangan yang tajam, ia mencari seseorang di tengah kerumunan; Earn, sahabat baiknya di Berlin, yang diharapkannya bisa memberikan sedikit pencerahan.

Pandangan Feraya akhirnya tertumbuk pada sudut paling depan, tempat Earn berdiri dengan headphone menempel di telinganya. Earn tampak asyik dengan pekerjaannya, salah satu tangannya dengan cekatan memutar piringan hitam sementara tangan lainnya mengatur tombol-tombol pada mixer. Bagi Feraya, gerakan Earn hampir seperti sebuah tarian yang mempesona—sebuah seni dalam memanipulasi suara dengan ketepatan yang luar biasa. Setiap transisi musik yang dibuat oleh Earn terasa begitu alami, setiap perubahan ritme seolah-olah memiliki daya magis yang menghipnotis seluruh pengunjung klub.

Feraya berdiri di tempat yang cukup dekat, memperhatikan sahabatnya itu dengan mata penuh kekaguman. Earn, dengan gerakan anggunnya, menyadari keberadaan Feraya. Tanpa mengurangi fokus pada permainannya, Earn melemparkan senyuman manis ke arah Feraya, mengisyaratkan agar ia menunggu sebentar. Dalam sekejap, Earn dengan lincah mengubah musik ke mode auto, kemudian turun dari panggung dengan langkah ringan dan menghampiri Feraya. Tanpa berkata-kata, Earn merangkul Feraya dalam pelukan hangat yang sejenak menghapus dinginnya malam Berlin.

“Apa yang kamu lakukan di sini, Feraya? Bukankah kamu sendiri yang bersumpah tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki di klub malam?” Earn menggoda dengan nada riang, sembari menyenggol bahu Feraya. "Dan bukankah kamu juga bilang tidak akan membawa kebiasaan burukmu dari Paris ke Berlin? Lalu, apa ini, Feraya? Mengapa kamu datang ke tempat seperti ini?"

Feraya memutar bola matanya dengan malas. Ia sudah menduga sahabatnya akan berkata demikian. “Aku tidak datang untuk bersenang-senang, Earn. Aku tidak membutuhkanmu untuk mencari jalang untukku. Aku hanya ingin berbicara, ada hal penting yang ingin kuceritakan.” Melihat raut wajah Feraya yang serius, Earn mengangguk paham dan menggandeng lengannya, membawa Feraya ke sebuah meja kecil di belakang panggung yang lebih tenang.

“Sepertinya sangat penting,” Earn membuka percakapan, menebak-nebak. “Averiella menghubungimu lagi? Atau dia sudah bercerai dengan suaminya dan ingin kamu kembali?”

Feraya menggeleng cepat, menyanggah. “Bukan itu. Earn, aku... sepertinya sedang jatuh cinta.”

Pernyataan itu membuat Earn terdiam sejenak. Ia mengangkat satu alis, tampak tidak percaya. “Jatuh cinta? Kamu serius? Siapa perempuan yang berhasil membuatmu melupakan Averiella setelah delapan tahun?”

Bitter Brew (Fayo21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang