Chapter 2

2.2K 217 20
                                    

HAPPY READING GUYS.
JANGAN LUPA FOLLOW DAN TAMBAHKAN KE READING LIST YA.


---

Lynne Aparsa, seorang karyawan di sebuah restoran di daerah Kreuzberg, sering kali menghabiskan waktu bersantai di sebuah kafe sederhana yang terletak di pusat kota Berlin. Setiap sore, ia datang dengan langkah yang pasti, lalu baru akan pulang ketika kafe hampir tutup. Awalnya, Lynne tidak tahu bahwa kafe ini menyajikan hot chocolate yang sangat nikmat. Ia mengetahuinya ketika Jane Patricia, sahabatnya yang juga merupakan rekan pemilik kafe tersebut, memberitahunya tentang minuman istimewa itu.

Ketika Lynne melangkah masuk ke dalam kafe, aroma manis pastry yang baru dipanggang segera memenuhi indera penciumannya. Udara terasa hangat dan nyaman, tercampur dengan bau kopi segar yang menggoda. Di dalam, suasana kafe tampak tenang, hanya beberapa meja yang sudah terisi oleh pelanggan. Musik jazz lembut mengalun dari speaker kecil di sudut ruangan, memberikan kesan damai yang menyelimuti seluruh ruangan. Pemandangan luar terlihat jelas melalui jendela besar yang menghadap ke jalan raya, di mana lalu lintas bergerak pelan di bawah lampu jalan yang mulai menyala.

Lynne mengedarkan pandangannya, mencari sosok barista yang biasanya menyambutnya dengan senyuman ramah di meja kasir. Namun, kali ini, bukan barista yang menyapa. Melainkan seorang perempuan dengan rambut yang diikat rapi, mengenakan apron coklat tua serupa dengan staf lainnya, namun aura yang terpancar darinya terasa berbeda. Feraya Malisorn, pemilik kafe Bitter Brew, berdiri di balik meja kasir, menatap Lynne dengan senyum lembut yang tak kalah hangatnya dengan suasana kafe.

Lynne membalas senyuman itu dengan manis. "Satu cangkir hot chocolate dan Berliner," ujarnya tanpa basa-basi. Lynne menyadari bahwa perempuan yang berdiri di hadapannya itu bukanlah barista yang biasa, tetapi ia tak peduli. Ia bukan tipe orang yang suka bertele-tele.

Feraya mengangguk pelan, jari-jarinya yang ramping dan cekatan menari di atas tablet berukuran 11 inci, mencatat pesanan Lynne. "Hot chocolate dengan extra cream, seperti biasa?" tanyanya dengan senyuman kecil di bibir.

Lynne terdiam sejenak, terkejut dengan kalimat yang baru saja ia dengar. "Dari mana kamu tahu itu adalah menu favoritku? Padahal, kita baru bertemu hari ini," ujarnya, sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling kafe. "Kamu karyawan baru di sini?" Lynne melanjutkan pertanyaannya dengan penasaran, sebelum akhirnya Feraya menjawab dengan tawa ringan.

"Benar sekali, aku memang karyawan baru di sini," sahut Feraya, dengan tangan yang tetap cekatan menyiapkan pesanan Lynne.

Lynne, yang biasanya segera duduk, kali ini memilih berdiri di depan meja kasir, memperhatikan betapa terampilnya Feraya membuat pesanannya. Sesuatu dalam gerakan tangan Feraya membuatnya ragu. "Aku tidak yakin kalau kamu karyawan baru di sini. Gerakan tanganmu seperti seseorang yang sudah sangat berpengalaman," katanya, menyandarkan kedua tangannya di atas meja kasir.

Feraya tersenyum, sedikit mengangkat bahu. "Ah, rupanya kamu sudah tahu siapa aku," katanya, mengambil layar tanda nama yang tergeletak di atas meja. "Feraya Malisorn. Patricia sering menceritakan tentangmu," tambah Lynne.

Feraya terhenti, sejenak terkejut. "Benarkah begitu? Patricia membuatku malu di hadapanmu. Semoga saja dia tidak menceritakan hal-hal yang membuatmu khawatir. Pesananmu sudah siap, di mana kamu ingin duduk?" tanya Feraya sambil tersenyum lembut.

Lynne terpesona sejenak melihat senyuman manis di wajah Feraya. "Sepertinya aku ingin duduk di pojok sana. Itu tempat favoritku," jawab Lynne sambil menunjuk.

"Baiklah, Nona. Aku akan mengantarkannya untukmu," sahut Feraya dengan senyum hangat, sebelum ia membawa nampan berisi secangkir hot chocolate dan Berliner menuju meja yang dimaksud.

Bitter Brew (Fayo21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang