Chapter 5

1.7K 167 10
                                    

Warning❗️
Cerita ini akan mengandung banyak adegan sex, kekerasan, dan bahasa yang cukup kasar.
Dengan alur yang berat dan sedikit lambat aku harap kalian membacanya secara berurutan.

Nikmati cerita ini tanpa terburu-buru  ingin segera membaca momen romantis Feraya dan Lynne Aparsha. Semuanya pasti ada waktunya masing-masing.

So, harap bersabar dan nikmati setiap chapternya.

Happy reading dan jangan lupa vote guys.

________

Tempelhofer Feld, Berlin

Pagi itu, cahaya matahari baru saja mulai menembus kabut tipis yang melingkupi Tempelhofer Feld, memberikan kesan magis pada lapangan luas yang dulunya adalah landasan pesawat. Udara pagi yang segar menyentuh kulit Feraya dengan lembut, memberikan sensasi ketenangan yang hanya bisa ia temukan di tempat ini. Seperti rutinitasnya setiap akhir pekan, Feraya berdiri di tepi lapangan, membiarkan Ziggy, anjing bulldog kecilnya, berlari bebas di antara hamparan rumput hijau yang seolah tidak berujung. Ziggy berlarian dengan lincah, menikmati kebebasan yang ia dapatkan, sesekali kembali dengan sebatang kayu kecil di mulutnya, menghadiahkannya kepada Feraya dengan antusias.

Feraya tersenyum kecil, merasa gemas dengan kelakuan anjing kecilnya. Ia melempar kembali kayu itu ke kejauhan, dan Ziggy dengan cepat mengejarnya, kembali melompat-lompat riang. Aktivitas sederhana ini memberikan Feraya semacam pelarian dari kenangan-kenangan pahit yang kerap menghantuinya. Di sinilah ia bisa melupakan Averiella, meskipun hanya untuk sejenak, dan merasa damai dalam keramaian yang ada di sekelilingnya.

Pandangan Feraya menyapu area luas Tempelhofer Feld. Orang-orang dari berbagai latar belakang berkumpul di sini, menikmati pagi mereka dengan cara masing-masing. Ada yang berlari pagi dengan langkah mantap, wajah mereka menunjukkan semangat dan kebugaran. Sementara itu, beberapa keluarga sedang menggelar tikar piknik, tawa riang anak-anak terdengar di udara saat mereka berlarian mengejar bola di atas rumput. Sepasang kekasih berjalan bergandengan tangan, sesekali berhenti untuk berbagi ciuman manis di bawah sinar matahari. Seorang perempuan cantik dengan rambut sedikit bergelombang duduk di bangku taman, di sebelahnya seorang pria yang tampaknya adalah kekasihnya, memberikan setangkai bunga calalily putih. Senyum perempuan itu merekah, penuh makna, seolah bunga itu adalah simbol dari cinta mereka yang murni dan abadi.

Feraya memperhatikan mereka sejenak, hatinya tergetar oleh kenangan masa lalu yang tak terelakkan. "Ziggy, lihatlah sepasang kekasih yang duduk di sana, mereka terlihat sangat bahagia, bukan? Sama seperti diriku dulu, hampir setiap hari aku memberikan bunga untuk Averiella," gumamnya kepada Ziggy yang hanya merespon dengan suara kecil, tanda ia mendengarkan.

Namun, ketenangan pagi itu mendadak berubah ketika pandangan Feraya tertuju pada sekelompok orang yang bersepeda di jalur yang dulu menjadi landasan pacu pesawat. Di antara mereka, dua sosok yang sangat dikenalnya muncul—Lynne dan Patricia. Mereka tampak menikmati pagi mereka, tertawa lepas sambil mengayuh sepeda dengan santai. Rambut cokelat Lynne yang terurai bebas di bawah helm sepedanya, terpantul cahaya pagi, menambah pesona alaminya.

Detak jantung Feraya tiba-tiba berpacu lebih cepat. Kepalanya menunduk, jemarinya tanpa sadar membelai bulu Ziggy yang lembut. Ia berada dalam dilema, apakah harus bersembunyi atau berpura-pura tidak melihat saat mereka melintas di depannya. Namun, sebelum ia bisa memutuskan, Ziggy, yang seolah-olah merasakan kegelisahan tuannya, mengeluarkan lolongan kecil yang menggemaskan, menarik perhatian Lynne dan Patricia yang langsung menoleh ke arahnya.

Waktu seolah berhenti sejenak, udara pagi yang tadinya sejuk kini terasa berat bagi Feraya. Tatapan Lynne yang penuh tanya bertemu dengan matanya, menciptakan ketegangan yang tak terelakkan di antara mereka. Di balik senyuman yang dulu selalu membuat Feraya merasa nyaman, kini ada rasa asing yang menusuk, mengingatkannya pada keputusan yang pernah ia buat, dan konsekuensi yang kini harus dihadapinya

Bitter Brew (Fayo21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang