Bab 4 (2)

14 5 2
                                    

LIZZA POV

"Ukh... kepalaku sakit," keluhku.

"Tempat apa ini? Aku tidak bisa melihat apa-apa. Sebentar, bukannya tadi aku sama Vio dan Nea. Dimana mereka?"

Di tempat yang sangat gelap tanpa pencahayaan ini, aku tidak bisa melihat apapun. Ingatan terakhirku adalah aku memasuki lukisan bersama Vio, Nea dan si kembar. Setelahnya... Sakit! Ah iya, aku ditusuk sesuatu yang kecil di lenganku. Apa itu semacam suntik?

Memikirkannya sekarang tidak berguna, sekarang yang harus kulakukan adalah mencari cara menemukan Vio dan Nea lagi. Kulangkahkan kakiku ke sembarang tempat untuk pergi dari sini secepatnya.

NYUUUTT

"Hmm? Apa aku baru saja menginjak sesuatu yang empuk?"

"Eh!!!? Apa ini? Apa yang aku injak barusan?"

Walau sedikit takut, aku mencoba menyentuh benda yang kuinjak barusan. Tekstur ini... mirip seperti kulit. Tunggu? Kulit? Aku nginjak orang? Gawat!!!

"Aku benar-benar minta maaf!!!"

"...."

"Hmm? Tidak ada jawaban? Jangan bilang? MAYAT?!!!" Seluruh tubuhku merinding saat membayangkan aku menginjak mayat. Habisnya, kan gak lucu kalau aku menginjak sesuatu seperti mayat.

"Tidak... belum tentu juga, ayo pastikan dulu Lizza," kataku.

Setelah menyentuhnya lagi, aku benar-benar yakin kalau yang kuinjak bukan mayat. Orang ini masih hidup, dia hangat. Karena disini tidak bisa melihat apapun, jadi kalau aku merabanya untuk memastikan dia siapa tidak masalahkan.

Setelah cukup lama merabanya, aku bisa tau beberapa hal seperti orang ini adalah perempuan, rambutnya pendek, badannya pas-pasan, dsb. Apa dia pingsan? Aku akan membangunkannya dan menanyai apa yang sebenarnya terjadi.

"Hei! Kamu! Bangun! Ini bukan saatnya untuk tidur! Hei!!!!! BANGUN!!!!!" jeritku sambil menggoyangkan tubuhnya.

"Ukhh... berisik... Siapa sih?" jawab gadis itu.

Ohhh, syukurlah dia bisa bangun. "Siapa kamu? Apa kamu murid Bu Tika? Kalau iya, aku Lizza," ucapku.

"Apa? Wakil ketua?" kaget gadis itu. "Eh? Kita ada dimana wakil ketua? Aku tidak bisa melihat apapun?" lanjutnya.

Jadi dia benar teman sekelasku, dia tidak tau apa yang terjadi padanya? Hmm... menjelaskan situasi yang sebenarnya akan merepotkan, mereka tidak boleh terlalu banyak tau demi keselamatan mereka sendiri. Walau aku ingin segera pergi ke tempat Vio dan Nea, tapi aku tidak bisa meninggalkan gadis ini begitu saja.

"Dari suaramu... kamu Aliya-kan? Teman masa kecil Vio?" tanyaku padanya.

"Ah, benar,"

"Apa yang terakhir kamu ingat Aliya?"

"Ingatan terakhir? Anu... itu... kalau tidak salah... saat kebakaran terjadi, aku dan Aini melarikan diri keluar. Disana sudah banyak murid yang juga berhasil keluar, salah satunya si kembar Novalia. Lalu... seorang anak mulai bernyanyi."

"Bernyanyi?"

Apa maksudnya itu? Apa itu saat yang tepat untuk melakukannya?

"Iya, dia bernyayi sangat merdu... namun... entah kenapa mengiris hati. Setelah itu kepalaku mendadak pusing dan... kesadaranku hilang. Mungkin aku pingsan saat itu, aku tidak ingat apa yang terjadi setelahnya," lanjut Aliya.

Nyanyian merdu namun mengiris hati, entah kenapa mengingatkanku dengan wanita yang ada di lorong jurang waktu itu. Apa mereka orang yang sama? Tapi ada yang aneh... saat itu, kenapa dia mencoba membunuh aku dan Nea?

The LivvyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang