Lizza dan Nea hanya diam dan memasang wajah bersalah, Tikara mulai memperhatikan bahwa bukan hanya adiknya yang terluka. Nea juga mengalami luka yang banyak walau tidak separah Vio. Lalu di sekitar sana ada seorang wanita penuh luka pedang sedang terikat. Mau dipikir bagaimana, Tikara tidak bisa menemukan jawabannya. Dia terlalu panik untuk berpikir jernih sekarang.
"Untuk sekarang... Ayo kita berkumpul dengan yang lain, Reva dan Kayla harusnya sudah memanggil kapal untuk menjemput kita sekarang. 3 jam lagi mungkin sudah akan sampai. Sampai kapal datang dan bisa membawa kalian ke rumah sakit, aku akan memberi pengobatan yang lebih layak di Villa. Syukurlah aku membawa kotak obat sendiri di tas," kata Tikara mencoba membuat keputusan sebaik mungkin.
"Anu... maaf Kak Tika... aku..." ucap Lizza terbata-bata.
"Hahh!! Sudahlah, aku akan membuat kalian memberiku penjelasan nanti. Saat ini kita fokus menyembuhkan kalian dulu. Aku akan menggendong Vio, Nea kamu bisa berjalan?"
"Bisa."
"Bagus. Lizza kamu... emm, bawa siapapun itu ikut dengan kita. Kita tidak bisa membiarkannya begitu saja," seru Tikara.
Tikara menggendong Vio di punggungnya diikuti Nea yang dipapah Lizza. Sambil memapah Nea, Lizza juga menggeret Hazella dengan tali yang mengikatnya. Mungkin terdengar kejam karena Hazella juga sedang terluka, tapi Lizza terlalu marah untuk memikirkan itu. Selama dia tidak mati, maka Lizza tidak peduli.
Mereka masuk ke Villa lewat pintu belakang agar tidak mengejutkan siswa lainnya. Reva dan Kayla membantu mereka untuk membawa yang terluka berbaring di ruangan bersih. Vio di tidurkan di atas alas tidur ( futon ) dan Nea di dudukkan di atas selimut empuk. Sedangkan Hazella di biarkan tergeletak di atas alas.
Tikara mengambil tasnya di lantai dua dan dia bersyukur bahwa tasnya masih utuh. Dia mengeluarkan beberapa obat di sana lalu mulai mengobati mereka. Pertama dia mengobati adiknya dulu karena pendarahannya. Dia menuangkan Asam Traneksamat cair pada luka Vio dengan handuk. Setelah luka bersih dan sedikit kering, Tikara mengolesi Vio dengan Betadine lalu membalutnya dengan perban bersih dan kapas.
Tikara juga tak lupa mengoleskan Anirca Topical dan meminumkan Bromelain pada Vio dan Nea agar memar mereka sembuh. Lalu membalut memar itu dengan perban dan mengompres memarnya dengan air dingin dari danau.
"Pastikan area yang mengalami memar lebih tinggi dari yang lain, kalau sudah beberapa menit lagi ganti kompresnya dengan air hangat. Aku akan mengobati orang disana," pesan Tikara pada murid-muridnya.
Tikara menatap wanita itu sejenak. Kepalanya berdenyut setiap kali dia menatapnya.
"Siapa dia sebenarnya? Aku merasa pernah melihatnya... tidak, yang lebih penting aku harus mengobatinya dulu. Lukanya tidak begitu dalam, walau terlihat mengenaskan tapi sebenarnya tidak separah 2 anak itu. Mereka itu... bahkan sampai ada tulang yang patah, setidaknya aku sudah mengobati luka luar mereka. Tapi tetap harus ke rumah sakit secepatnya."
Tikara melakukan hal yang sama pada Hazella, dia mengoleskan obat dan membalut lukanya. Lizza sementara melepas talinya tapi setelah selesai diobati, Lizza mengikatnya lagi di bagian yang tidak terluka. Seperti kata Tikara, tak lama setelah itu kapal datang menjemput mereka. Dia memastikan seluruh muridnya masuk ke kapal baru dia memasukkan trio Viline dan Hazella masuk.
Tikara memasukkan adiknya dan yang lain ke UKS kapal dengan hati-hati. Setelah menidurkan Vio dan Nea ke kasur, Hazella juga ditidurkan namun di saat yang bersamaan juga di borgol disana.
Tikara dan Lizza duduk di kasur di sebelah Vio dan Nea. Lalu dia mulai memasang wajah serius.
"Aku sudah memberi kalian pengobatan. Terima kasih pada Nea karena sudah memberi Vio pertolongan pertama," kata Tikara. Tikara memancarkan aura merah yang luar biasa. Nea dan Lizza belum pernah melihatnya semarah ini sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Livvy
Mystery / ThrillerSek, Noe males nulis deskripsi. Pokoknya kisah gadis SMA yang penuh misteri dan fantasi Ah, btw itu cover nya Noe gambar sendiri waktu itu