Bab 6 (2)

11 5 2
                                    

HARI KE-10

"SUDAH CUKUP!!! KITA SUDAH TIDAK BISA BERDIAM DIRI DAN MENGAMATI LAGI!!!!" jerit Nea marah.

Vio tau perasaan Nea, maksudku sekarang jumlah anak yang ada di kafetaria tinggal 33. Seluruh anak dari Lab A sudah menghilang dan hampir semua anak dari Lab B juga hilang. Hanya anak-anak dari Lab A yang masih utuh, masih 30 anak.

"Tenang dulu Nea, kayak bukan Nea aja," kata Vio menenangkan Nea.

"Memangnya Vio bisa diam gitu aja?! Ini jelas mencurigakan!!! Kita harus menyusup dan mencari tau!!!" jeritnya pada Vio.

"Vio juga gak mau diam aja. Tapikan Vio sudah pernah bilang, menyerang markas musuh tanpa informasi itu sama aja bunuh diri," jawab Vio sambil memunyunkan bibir Vio.

Nea diam saja, aku tau Nea tidak bisa membalasku karena yang Vio katakan tidak salah. Kehilangan kesabaran dan asal menyerang sangat buruk. Bahkan anak kecil seperti Vio tau itu. Ditengah-tengah itu, Lizza berlari ke arah kami sampai napasnya habis.

"Hahh... hahhh... aku... bawa... informasi," ucap Lizza terbata-bata.

"Minum dulu! Tenang dulu, lalu ceritakan pelan-pelan oke?" pinta Vio sambil menyodorkan gelas.

Setelah menghabiskan minumannya, Lizza menceritakan pada kami apa yang dia ketahui. Sepertinya di Lab B ada satu anak yang kewarasannya masih ada. Dua orang lainnya gila jadi kami tidak bisa bertanya apapun, namun anak yang ini tetap normal hanya saja kesehatannya jadi sangat buruk.

Anak itu adalah kakak kelas 6 SD bernama Viqueilan Dangela, atau bisa dibilang Kak Viqi. Kak Viqi juga salah satu anak tertua di ketiga lab, Lizza menanyakan apa yang terjadi pada Lab B pada Kak Viqi. Di Lab B, profesor secara rutin memanggil beberapa anak untuk disuntikkan cairan merah ke dalam tubuh mereka. Beberapa anak menjadi gila setelah disuntik itu, beberapa lagi menghilang, dan hanya Kak Viqi yang tidak gila.

"Sepertinya Vio tau sesuatu. Kita bisa asumsikan kalau cairan itu adalah obat-obatan. Lab A, B, dan C diberi obat itu dalam dosis yang berbeda. Itulah kenapa cara memberinya berbeda. Vio tidak tau bagaimana Lab A diberi, tapi kalau dilihat dari situasinya pasti Lab A adalah dosis paling tinggi dan C paling rendah," terang Vio.

"Jadi begitu. Kalau gitu anak yang hilang itu mungkin adalah anak yang overdosis obat? Vio kamu jenius!" puji Nea.

"Oiya dong, Vio!!!"

"Tapi Vio... itu obat untuk apa ya?" tanya Nea. "Vio juga tidak tau, itulah kenapa kita harus cari tau," jawab Vio.

"Aku kayaknya tau itu buat apa..." timpal Lizza.

Vio dan Nea yang sedang fokus sendiri jadi kaget karena kata-kata Lizza. Ada anak yang tau tentang itu lebih dulu dari Vio, si Lizza ini... Vio terlalu meremehkan dia.

"OBAT APA ITU???!!!" kaget kami bersamaan.

"Ituu... kalian mungkin tidak percaya kalau aku bilang gini. Tapi Kak Viqi dapat kemampuan super setelah disuntik obat itu. Kak Viqi jadi bisa nyembuhin luka orang loh, tadi pas aku jatuh dan lututku berdarah bisa disembuhin Kak Viqi," kata Lizza bersemangat.

"Obat yang bisa membuat orang punya kemampuan super???"

"Memangnya itu mungkin?"

Itu harusnya tidak mungki dibuat. Habis bukannya itu melawan hukum fisika. Tapi kayaknya Lizza gak bohong. Uhh... bahkan seorang jenius seperti Vio sulit untuk berpikir itu bisa dibuat.

Bukannya ini gawat ya... obat semacam itu tidak mungkin dibuat untuk tujuan baik. Mungkin saja si Prof Carla ini ingin menguasai dunia dengan memanfaatkan anak-anak kayak di film-film. Baik, sudah Vio putuskan. Kita akan cari tau tujuan pembuatan obat itu, lalu jika itu untuk hal buruk maka Vio harus menghentikan mereka.

The LivvyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang