22 : Kevin Radiata

6 3 0
                                    

Pedang perak dengan gagang berbentuk bunga lili tergantung di pinggang rampingnya. Angin dingin mengayunkan surai semerah darah dengan lembut, sepasang mata hitam menatap tenang seperti danau gelap yang menenggelamkan. Garis wajahnya tegas, memberikan kesan sempurna untuk Tuan Muda dari Radiata.

(Azalea bab 5 :
Bangsawan bersurai Merah)

_________________________________

Alkanreya Lavender menapaki jalanan terjal di kaki gunung Edelweiss yang menjadi batas antara wilayah Petunia dengan Fuchsia. Percakapannya dengan Crimson Rain telah terhenti sejak kemarin, jadi yang tersisa di sekitarnya hanyalah keheningan. Merasakan keheningan seperti ini entah kenapa membuatnya merindukan Crimson Rain. Sepertinya bahkan jika Alkanrey sangat membencinya, faktanya Crimson Rain adalah satu-satunya yang bisa memahami keadaannya di dunia ini.

Senja mulai tampak di langit, burung-burung mulai beterbangan kembali ke sarangnya, menunjukkan bahwa malam akan segera datang.

Meskipun dia telah mencapai perbatasan, berjalan kaki selama 3 hari tentu telah menguras tenaganya. Karena dia mungkin juga menjadi buronan di wilayah Petunia, mau tidak mau Alkanrey harus mencari buah-buahan ataupun berburu di hutan untuk mengusir laparnya. Sejujurnya Alkanrey juga terkejut dia bisa melewati hal-hal seperti ini saat sebelumnya dia adalah  nona muda yang selalu dilayani.

Alkanrey baru saja beristirahat di bebatuan pinggir sungai ketika sekelompok babi hutan tiba-tiba menyerangnya. Alkanrey meski mencoba tidak panik, tetapi karena tubuhnya telah kelelahan, dia tidak bisa merespon dengan sempurna dan terperosok ke bebatuan sungai yang terjal. Dahinya terluka, dan belum sempat dia menyadari lukanya, sekelompok babi hutan itu langsung menyerbunya.

Sialan, mengapa tiba-tiba ada babi hutan?

Alkanrey mengira dirinya mungkin akan terluka parah kali ini, atau bahkan mungkin akan mati, tetapi dia tidak menyangka begitu babi hutan itu menyerangnya, secepat kilat tubuh para babi hutan itu terbelah menjadi dua. Jeroan beserta darah berceceran di mana-mana, beberapa di antaranya mengenai wajah Alkanrey . Alkanrey butuh waktu untuk menyadari bahwa kilatan perak itu sebenarnya adalah tebasan pedang, tetapi siapa?

"Nona Alkanreya."

Mata keunguannya yang menajam berubah terpana ketika sosok tampan yang tidak asing muncul di hadapannya dan mengulurkan tangannya. Surai merah yang menawan, tatapan yang menenggelamkan dan seulas senyuman di wajah yang tenang mampu menarik perhatian Alkanreya. Pedang perak bergagang bunga lili yang berlumuran darah tergenggam di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya terulur untuk membantu Alkanrey berdiri. Tak salah lagi, orang ini adalah bangsawan bersurai merah.

Alkanrey masih terpana. "Tuan, kamu menolongku lagi."

Dia tersenyum. "Tidak juga. Aku hanya kebetulan lewat,"

Dalam hati Alkanrey tertawa, dia sudah paham betul tentang plot klise seperti ini, jadi dia tidak akan percaya bahwa orang ini hanya kebetulan lewat saja. Lagipula sejak kemunculan orang tampan ini, Alkanrey menduga bahwa orang ini punya potensi untuk menjadi karakter penting. Meski dia juga cukup meragukan dugaannya karena Crimson Rain adalah tipe penulis yang tidak mudah ditebak, terbukti dari bagaimana dia menciptakan karakter yang jahat ataupun baik, karakter utama maupun NPC, semuanya ditulis dengan penampilan yang sempurna, tak ada yang jelek.

"Sayang sekali aku tidak percaya kebetulan, Tuan." Alkanrey menyeringai.

Mata hitam itu berbinar, diikuti tawa renyah dari pemiliknya. "Itu bagus," Dia melanjutkan, "ah benar. Jangan memanggilku Tuan."

"Lalu?" Alkanrey tersenyum dan sedikit menggoda, "haruskah aku memanggilmu pangeran?"

Dia kembali tersenyum. "Panggil saja Kevin. Namaku Kevin Radiata."

Azalea : Tale of AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang