9 : Kasus Marigold

24 7 0
                                    

Mansion Lavender.

"Bagaimana jika kau menanyaiku dulu? Aku akan menjawab apa yang bisa kujawab," Farell menyunggingkan senyuman manisnya dan dengan santai duduk di depan Davin. Dia bahkan repot-repot memanggil pelayan untuk menyajikan teh dan kue untuk menghidangkannya kepada Davin, tidak peduli jika tamunya ini melemparkan tatapan kebencian yang membara kepadanya.

"Aku tidak mau basa-basi. Kenapa kau berada di akademi saat kejadian?" Nada bicara Davin seakan menahan suatu amarah yang hampir pecah.

"Nona Ellen menghubungiku lewat surat untuk membawa karya seniku ke akademi untuk dijadikan referensi pelajaran sekarang. Aku datang tepat seperti yang dituliskan di surat, tetapi aku benar-benar tidak mengira dia akan terbunuh saat ini juga." Farell menjelaskan alibinya dengan alami, seperti tidak menyembunyikan sesuatu sedikitpun. Mendengar pernyataan tanpa dibuat-buat dari Farell ini, Davin tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya.

"Nona Ellen menghubungimu? Apa kau memiliki hubungan dengannya--" Davin menyadari pertanyaannya ini menimbulkan kesan yang ambigu, sehingga dia segera mengubah ucapannya, "--maksudku, apa kau mengenalnya?"

Farell tersenyum. "Ya, dia adalah putri pertama di Keluarga Virindia. Aku mengenalnya karena dia pernah terlibat dalam acara-acara pertemuan untuk mewakili keluarga bagian, dan sebetulnya aku cukup akrab dengannya, meski dia lebih tua dariku."

Davin masih menatap Farell dengan pandangan menyelidik. "Kapan kau menerima surat darinya? Dan di mana suratnya sekarang?"

Farell memanggil pelayan untuk mengambil secarik surat di meja kerjanya di ruang tengah. Karena ruangannya bukan termasuk tempat privat, dia bisa leluasa meminta pelayan untuk mengambil barang-barangnya. Tak lama kemudian, pelayan itu datang membawa sebuah surat dan juga amplop yang telah sobek, lalu memberikannya kepada Davin.

Surat itu terdapat cap resmi dari Akademi Camelia, menandakan bahwa surat itu ditulis di sana saat itu juga. Tanggalnya hari ini, kemungkinan besar Ellen menulisnya saat pagi hari sebelum para murid datang, dan mengirimkannya tepat setelah selesai menulisnya. Isi surat itu sama persis dengan apa yang dikatakan oleh Farell, dan tulisan itu memang tulisan Ellen. Tak ada yang aneh sekalipun, dan itu bahkan menjadi fakta bahwa Ellen masih hidup pagi tadi.

Yang menjadi pertanyaannya, bagaimana  Ellen bisa berakhir tewas mengenaskan siang ini, tanpa seorangpun yang mengetahui?

Sebelum pergi menuju Mansion Lavender, Davin menyempatkan diri untuk menanyai para guru-guru dan murid yang dekat dengan Ellen, tetapi mereka semua sama-sama tidak tahu apa yang terjadi. Dia hanya mendapatkan bukti yang kongkret bahwa; Ellen masih hidup tadi pagi dan Ellen tidak meninggalkan kamar asramanya sejak tadi pagi. Davin telah memeriksa latar belakang wanita malang ini, catatan kriminalnya begitu bersih dan bahkan dia sama sekali tidak terlibat dalam dunia gelap Fuchsia. Lalu, siapa orang yang begitu tega menghabisi wanita biasa ini?

Belum sempat Davin mendapatkan kesimpulan dari rangkaian pertanyaan rumitnya ini, suara langkah kaki yang tergesa-gesa mengalihkan perhatiannya.

"Ayahanda, ada apa?" Raut wajah Farell berubah gusar saat melihat Arvine yang tergesa-gesa pergi setelah menerima secarik kertas di tangannya.

Arvine membalas, "Yang Mulia memerintahkan kami para pemimpin untuk berkumpul di Istana. Kabarnya, Ziane telah menemukan sihir terlarang yang digunakan pelaku."

Baik Davin maupun Farell pun terbelalak. Kali ini, Davin bertanya dengan spontan, "sihir apa itu, Tuan Arvine?"

Tatapan Arvine beralih ke Davin. "Marigold membangkitkan iblis. Itu termasuk dalam tingkat tertinggi, dan hanya pemimpin keluarga yang bisa menggunakannya. Karena itu Yang Mulia memerintah kami semua untuk berkumpul," Arvine mengakhiri pembicaraannya dengan merapikan pakaiannya.

Azalea : Tale of AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang