1 : Perkara Surat Cinta

261 28 37
                                    

            
(Memuat kata-kata kasar!)

 

"Azalea?"

Di dalam ruangan sempit dengan nuansa suram, suara rendah khas laki-laki dewasa ini menggema bersamaan dengan langkah kakinya yang terdengar mendekat.

Seorang perempuan yang sudah berada di dalam ruangan suram itu menampilkan senyum kecil. "Ya,"

"Mengapa Azalea?"

Laki-laki itu kembali bertanya. Tangannya yang pucat meraih sebuah buku berwarna krem yang terlihat lusuh, dengan judul Azalea di sampulnya.

"Karena itu cocok dengan dirinya."

Manik mata semerah darah itu menyala dalam kegelapan ruangan, memandangi buku novel di tangannya cukup lama. "Maksudmu Dika Alkareina?"

Perempuan itu mengangguk.

"Bukankah jika ini diterbitkan, citra Nusakusuma sebagai negara kerajaan yang damai akan tercoreng? Apakah kamu tidak takut mereka akan menangkapmu?"

"Memang itu yang aku harapkan. Lagipula ini adalah kompensasi yang diajukan kakekku atas permintaanku."

"Ah," Laki-laki itu menepuk dahinya. "Permintaan macam apa yang kamu ajukan hingga ganti ruginya harus menyenggol pemerintah?"

Perempuan itu tersenyum, "aku meminta kepada kakek agar posisi direktur utama kepolisian negara diberikan kepadaku,"

Untuk sesaat, laki-laki itu tidak bisa berkata-kata.

Perempuan itu melanjutkan, "aku tahu wajahmu mengatakan bahwa aku masih kecil dan tidak cocok untuk terjun ke dunia politik, Om. Aku juga tahu politik itu gelap,"

Laki-laki itu menyela, "lalu kenapa malah nekat?"

"Om sendiri kan yang bilang jika sistem pemerintahan Nusakusuma itu sudah bobrok sejak dulu. Negara ini kecil, jika hanya mengandalkan lapisan luar sementara dalamnya bobrok, entah mau berapa lama lagi negara ini bisa bertahan. Meski aku tidak peduli, bukankah pada akhirnya aku akan tetap ikut hancur?"

Lagi-lagi perempuan itu tersenyum. "Karena itu, aku ingin menghancurkannya sekalian."

"Jika seperti itu, bukankah posisi kakekmu jauh lebih menguntungkan? Kenapa tidak meminta posisi kakekmu saja?"

Perempuan itu menggeleng. "Justru sebaliknya. Posisi Raja di negeri ini hanyalah boneka yang dikendalikan. Menghancurkan boneka dan menghancurkan yang memainkan boneka, bukankah sudah jelas mana yang lebih terjamin keberhasilannya?"

Laki-laki itu menarik napas sejenak. "Sekarang aku benar-benar yakin kamu itu memang keturunannya Adhinata dan Lakeswara." Dia menjeda kalimatnya sejenak, lalu melanjutkan, "Jadi? Setelah mengatakan omong kosong seperti itu, kamu tentu sudah menyiapkan rencananya kan? Bukan hanya dengan novel ini kan? "

Perempuan itu mengangguk, dia mengeluarkan sepucuk surat berwarna merah muda dari laci mejanya. "Benar. Novel ini tentu belum cukup, karena itu aku butuh Alka untuk menyelesaikan novelku. Sejak awal aku bertemu dengannya, aku sudah menyadari dia memiliki potensi yang luar biasa."

"Karena itu," Perempuan itu menatap sang laki-laki dengan lekat. "Aku ingin bantuanmu, Om."

"Hm." Laki-laki itu diam sejenak sebelum akhirnya menyunggingkan sebuah senyuman di wajahnya yang tampan. "Karena aku juga ingin menyaksikan kemampuanmu, aku akan membantumu, Lintang."

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

          

           ✨Azalea the Series : Tale of Azalea ✨

Azalea : Tale of AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang