Spesial dua

56 7 4
                                    

"Habis ini langsung pulang?" tanya Lia mengemas barang-barangnya setelah dosen keluar kelas.

Aima menggeleng. Dia membereskan semua barangnya dengan cepat yang membuat Lia bertanya-tanya mengapa temannya terlihat senang hari ini. Padahal, dosen habis memberikan tugas dan harus dikumpulkan besok pagi. Menyadari ada yang aneh dengan temannya, Lia bertanya penuh selidik. "Mau ngapain emang?"

Memamerkan isi pesan dari Ahan, Lia mengangguk paham. "Oke. Enjoy your time with ayang beb. Gue duluan, ya."

"Hati-hati. Entar ada Zidan, gue nggak mau bantu lerai!"

"Apa sih. Zidan nggak kuliah di sini, please."

Berhasil membuat Lia kesal karena menyebut nama mantannya, Aima tertawa kecil. Perkuliahan yang dia jalani sangat terasa perbedaanya dengan zaman saat dia masih duduk di bangku sekolah. Rasanya, dia seperti dikejar waktu kalau lengah sedikit. Rambutnya bahkan ikut rontok menangisi jam tidur yang berantakan.

Ngomong-ngomong tentang perkuliahan, pasti kalian penasaran mereka melanjutkan di mana. Kabar gembiranya, Ahan berhasil membantai UTBK dan lulus di UI dengan jurusan aktuaria yang diidam-idamkan. Sedangkan Aima, perempuan itu belum berhasil lolos dan mengikuti permintaan Mami yang menyuruhnya untuk mengambil di universitas swasta, dengan syarat jurusan harus Aima sendiri yang menentukan.

Tebakan kalian benar tentang Aima yang mengambil jurusan teknik kimia. Memang, hidupnya sudah dia berikan hanya untuk kimia seorang. Papi sempat menentang dan menyuruhnya mengambil teknik informatika. Tapi, Aima berhasil menegosiasi yang akhirnya Papi luluh juga.

"Permisi, lo Aima bukan?"

Langkahnya terhenti ketika seorang laki-laki di depannya bertanya demikian. Seingatnya, dia tidak memiliki janji temu dengan siapapun hari ini, selain dengan Ahan, pacarnya.

"Iya, gue Aima. Ada apa, ya?"

Laki-laki tampak bersyukur saat Aima menjawab itu memang benar namanya. "Gue cari-cari lo dari kemarin! Gue Sinyo dari jurusan sistem informasi."

Walau tampak kaget karena Sinyo mengatakan bahwa dia mencarinya dari kemarin, Aima tetap tersenyum sopan. "Aima dari jurusan teknik kimia. Ada apa, ya?" ulangnya lagi.

"Ini, gue disuruh ngasih ini ke lo sama temen gue. Namanya Nando dari jurusan  kedokteran. Katanya, lo butuh ini karena kemarin dia yang bantu lo waktu jatuh dari tangga," balasnya semakin ambigu.

Aima ingat kemarin dia dibantu seorang laki-laki karena dia ceroboh yang berakhir jatuh dari tangga. Murni kesalahannya dan untung saja ada anak kedokteran yang membantu mengobati lukanya. Tidak Aima kira akan diberikan kotak P3K olehnya.

"Bilangin makasih ke Nando ya buat kotak sama isinya. Maaf malah ngerepotin Nando buat ngobatin pacar gue. Dan juga, thanks Sinyo buat ini."

Sinyo bingung bagaimana harus merespon. Bagaimana tidak, secara tiba-tiba ada seorang laki-laki yang datang dan berkata seperti itu, ditambah dia mengaku sebagai pacar Aima. Pupus sudah kisah percintaan temannya. Bukan hanya Sinyo yang bingung, karena Aima juga dibuat bingung dan menahan senyumnya agar tidak tantrum di depan orang yang tidak dikenalinya.

"Eh, sorry. Nggak tahu kalau Aima punya pacar seganteng ini," balas Sinyo dengan kekehan yang terdengar canggung. Langsung, laki-laki itu berpamitan segera dan meninggalkan mereka berdua. Pertama yang harus Sinyo selamatkan adalah harga dirinya.

Selepas Sinyo pergi, Aima langsung menghambur ke pelukan Ahan. "Ih, aku baru mau keluar. Kamu kok nyamperin aku?"

Sembari membalas pelukan Aima, Ahan menjawab. "Tadi ketemu Lia di parkiran. Katanya kamu masih di dalem." Aima mengangguk paham setelah Ahan menjelaskan. "Kita ke Taman aja, yuk!" ajak Aima menggandeng lengan Ahan mesra.

Balik Kanan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang