15. Campur aduk

58 9 0
                                    

Banyak drama yang harus dilalui untuk mendapat sebuah izin mengenai masalah yearbook angkatan. Awalnya, guru tidak menyetujui saat pengurus angkatan meminta izin untuk mengambil foto di luar sekolah. Memang banyak yang harus dipikirkan, apalagi tempat foto per-kelas berbeda-beda. Kebanyakan kelas menginginkan foto di luar kota. Maka dari itu, guru-guru benar-benar mempertimbangkan masalah foto yearbook.

Entah apa yang diucapkan pengurus angkatan, sampai guru-guru menyetujui diadakannya foto yearbook kelas di luar sekolah. Dan hari ini, giliran 12 IPA 3 yang mendapat jadwal foto yearbook ketiga.

Atas usulan dari Deri, selaku laki-laki yang hobi jalan-jalan, mereka sepakat memilih tempat bernuansa Jawa sebagai tempat foto karena tema kelas yang mereka bawa adalah Jawa.

Kelas sudah seperti kapal pecah lantaran anak perempuan yang sedang menunggu giliran makeup dan laki-laki yang bingung bagaimana cara memakai pakaian adat. Sebenarnya simpel, hanya saja laki-laki IPA 3 memiliki sifat alay dan lebay yang melebihi rata-rata.

"Eva! Sumpah lo cantik banget!" ucap Aima kemudian memberikan kaca untuk Eva lihat. MUA yang mereka pakai juga tidak murah. Intinya, semuanya serba mahal dan harus sempurna melebihi kelas lainnya.

Dipuji seperti itu, Eva kelihatan percaya diri. "What do you think about her makeup mister Iqbal? Apakah pacar lo secantik selebritis? Atau jangan-jangan melebihi cantik idol K-Pop?" tanya Aima dengan nada presenter seperti di TV.

"Jelas lebih cantik dari siapapun. Ev, aku udah siap jadi managermu kalau kamu jadi K-Pop idol!" balas Iqbal bercanda.

"Matamu K-Pop idol!" Iqbal hanya bisa cengengesan mendapat umpatan Eva.

"Ai, sandal lo mana? Mau lihat dong," ucap Eva.

Mendengar itu, Aima baru sadar. Tidak. Jangan sampai. Dengan cepat, dia mengeluarkan semua isi tasnya, berharap mendapatkan sepatu yang mungkin saja sudah dia masukkan ke dalam tas. Sepertinya ini buruk. Sudah buruk.

"Sandal gue ketinggalan," ucap Aima, setelah mengetahui realita yang harus disadarinya.

Eva berdecak. Bukan satu atau dua kali Aima melupakan barang bawaan. Daripada memarahinya karena beberapa kali sering lupa, Eva menyuruhnya menelpon Aldi untuk membawakan sandal yang harus dipakai foto. Sembari menunggu, Aima mendapat giliran makeup. Dia menyerahkan wajahnya walaupun sedikit takut jika sandalnya tidak kunjung sampai. Akan semarah apa Archad, ketua angkatan yang kebetulan satu kelas dengan Aima, mendapati dia melupakan yang membuat kacau sesi pemotretan.

Makeup Aima sudah selesai, entah dia beruntung atau tidak bahwa masih lumayan banyak anak kelasnya yang belum mendapat giliran makeup. Eva menyuruhnya mengganti kebaya dan jarik. Pakaian adat jawa bewarna hitam, sangat kontras dengan kulit putih dan rambut hitam Aima. Rambutnya juga sudah digelung rapi. Baru kali ini dia merasa menjadi perempuan dewasa dengan pakaian adat Jawa.

Tok tok tok

Andi yang kebetulan berdiri dekat pintu membuka pintu. Ada raut wajah mengernyit yang tercetak jelas di wajah Andi. Bagaimana tidak, Ahan berdiri di sana dan berkata bahwa dia mencari Aima! Ingat, Aima! Di mana Aima sendiri belum mengatakan pada siapapun tentang hubungannya dengan Ahan.

"Ada apa, Han? Entar gue kasih tahu Mbak Ai. Soalnya doi lagi sibuk, tuh!" ucap Andi menunjuk Aima yang sedang bermain ponsel dan dia memang tidak tahu kedatangan Ahan.

"Panggilin Aima aja," jawab Ahan, setia melihat Aima yang tidak terusik dengan siapa yang datang ke kelasnya.

Andi menelisik, seperti ada yang tidak beres dengan kedatangan Ahan. "MBAK AIMA! DICARIIN AHAN KELAS IPA 1!" teriaknya tidak tahu malu.

Balik Kanan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang