Spesial satu

44 8 0
                                    

Aima pernah membaca di salah satu postingan media sosial temannya. Disitu tertulis, jika tidak mau berpisah maka jangan bertemu. Dia pikir itu lelucon belaka. Namun, tidak dia kira bahwa hari ini akan tiba. Dengan kebaya bewarna abu-abu dan jarik coklat, Aima berdiri menikmati lagu yang band sekolah nyanyikan.

Bersama dengan teman-temannya, Aima meluapkan emosi yang campur aduk. Antara dia senang telah berhasil berjuang selama tiga tahun dan sedih karena akan berpisah dengan teman-teman. Bagaimana mungkin perkuliahan tanpa mereka?

"Aima. Thanks ya udah mau jadi temen gue paling baik, keren, kece, dan selalu ngasih energi positif lo ke kita," ucap Eva setengah teriak diantara suara angkatan yang tengah menyanyi.

"Jangan gitu, ih. Gue tahu yang harusnya bilang gitu ke lo. Mana ada yang lebih keren dari Eva sahabat gue?"

"EHH, IPA 3! AYO FOTO DI PANGGUNG."

Teriakan Zidan mengundang anak IPA 3 bergegas pergi ke atas panggung. Tenang, anak band tampil di pojok yang secara khusus disediakan oleh mereka. Jadi, panggung dikhususkan untuk acara dan terakhir akan dijadikan tempat foto setiap kelas. Kini, giliran kelas IPA 3 yang mendapat jatah foto.

Mungkin, ini terakhir kali Aima akan mendengar teriakan Zidan dan mungkin juga terakhir kali akan melihat kehebohan Andi yang memberi ide untuk berpose gaya sok keren. Zidan yang kebetulan di samping Aima mengarahkan tangan kirinya membentuk pose setengah love untuk dipasangkan pada setengah love Aima.

"Terakhir Mbak. Harusnya sih nggak masalah, ya?" ucapnya tersenyum lebar.

Menuruti berpose love, Aima dan Zidan juga berpose seperti menembak di film-film. Andi yang melihat itu iri. "Jahat. Gue nggak diajak."

Bermodalkan wajah masam, Aima juga menuruti Andi yang ingin berpose love bersamanya setelah turun dari panggung. Selain pose love, Andi dengan tidak tahu diri menyarankan pose-pose aneh yang menurut Aima sangatlah alay. Lagi-lagi, laki-laki itu merajuk dengan mengatakan Aima telah pilih kasih padanya karena lebih memilih Zidan.

"Iya, iya. Mana, sini."

Iqbal yang memotret mereka menghitung sampai tiga. Ada banyak foto yang mereka ambil. Sebagai teman sebangku Aima, dia mengajak Iqbal untuk berfoto bersama. Pose pura-pura tertawa lepas ide Aima dituruti oleh Iqbal. Mereka juga mengambil foto dengan pose hormat. Tentunya semua itu sudah izin dengan Eva sebagai sang kekasih.

"Kakak!" panggil seseorang dari belakang.

Tatapannya bertemu dengan Ahan yang sedang mengobrol dengan Mami Papi. Ada Ayah dan Ibu Ahan juga di sana. Aldi sang pelaku yang memanggilnya, memberikan buket bunga mawar merah sebagai tanda selamat atas wisudanya. "Beli pake uangku, tuh," ucapnya memberitahu.

"Wow, terima kasih adikku," balas Aima memeluk adik satu-satunya.

Walau malu, Aldi tetap membalas pelukan sang kakak. "Aku request kalau aku wisuda beliin motor baru, ya."

"Halo Tante, Om," sapa Aima tidak mempedulikan ucapan Aldi barusan.

Ibu memeluk Aima dan memberikan buket bunga bewarna biru muda. Dengan senang hati, Aima menerimanya dan mengucap terima kasih. "Kamu cantik banget sayang. Ahan! kamu beruntung pacar kamu Aima," ucap Ibu melebih-lebihkan.

"Aima juga beruntung punya Ahan," balas Mami tersenyum menggoda putrinya.

Papi dan Ayah Ahan mengobrol berdua. Begitu Mami dan Ibu juga mengobrol, Aima melirik Ahan yang berpenampilan tampan sekali. Setelan jas dan kemeja putih sangat cocok dengan Ahan. "Selamat wisuda, Aima," ucapnya, merayakan kelulusan.

"Kamu juga. Selamat wisuda, ya pacarku."

Aldi dengan kameranya, siap membidik foto tercantik untuk mereka berdua. Dengan arahan yang sedikit profesional karena disogok akan dibelikan paket fast food kesukaannya, Aldi membidiknya dengan hati-hati. Untung saja dia dibayar.

Balik Kanan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang