Bagian 2

39 5 0
                                    

Song: Celengan Rindu

.

Di awal tahun kami kedatangan karyawan baru, namanya Mba Tias. Aku dan Mba Tias cukup akrab, akan tetapi bagiku dia sedikit menyebalkan.

Entahlah, aku hanya merasa begitu.

Ngomong-ngomong dua bulan setelah Mas Aska berulang tahun, kini giliranku. Kami berdua tentu lahir di tahun yang berbeda, usia kami mungkin terpaut lima tahun.

Di hari ulang tahun, aku mendapatkan bagian untuk jaga siang di apotek.

Saat berangkat ke apotek keadaan aman-aman saja, tidak ada kejutan apa pun. Aku juga berpikir barangkali memang tidak akan ada kejutan.

Lalu setelah shift malam selesai, aku mendapatkan kejutan dari teman-teman yang juga kebagian shift siang.

Ada Mba Rara, Mba Tri, Mba Nunik, dan juga Mba Tias. Mereka memberiku cake berbentuk hati dan di atasnya ada buah ceri.

"Kue ini dari siapa?" tanyaku sambil memperhatikan mereka semua setelah selesai berdoa dan juga tiup lilin. 

"Dari Bu Ayu, Sa." Mba Rara yang menjawab pertanyaanku. Aku lihat Mba Rara sambil rekam menggunakan ponselnya. "Aku minta cerinya ya Aska."

"Eh, kok?" Aku jadi bingung sendiri, mengingat Mba Rara bilang cake tersebut dari Bu Ayu.

Malam itu aku pulang dengan badan kotor penuh tepung, semua dilakukan teman-temanku yang memang itu juga merupakan ritual setiap ada yang berulang tahun.

Keesokan harinya aku mendapatkan bagian shift pagi bersama Bu ayu, aku pun jadi ingat ucapan Mba Rara semalam.

"Bu Ayu, terima kasih ya kuenya kemarin. Sengaja aku tinggal di apotek biar dimakan bareng-bareng." Aku tersenyum lebar, benar-benar berterima kasih atas kue pemberian Bu Ayu.

Bu Ayu kelihatan mengerutkan keningnya. "Hm, apa ya Sa. Bukan saya yang ngasih."

"Eh gimana Bu, terus kuenya dari siapa?" Entah kenapa pikiranku hanya tertuju pada satu orang.

"Itu Mas Aska yang ngasih ke kamu Sa." Ketika mengatakan itu Bu Ayu malah tersenyum meledek.

Benar dugaanku, kue itu dari Mas Aska.

Karena ledekan Bu Ayu, aku jadi malu. Namun, aku berpikir positif saja. Mengingat sebelumnya aku pernah memberikan kue pada Mas Aska waktu ulang tahunnya.

Saat sudah tahu kue itu dari Mas Aska, aku jadi merasa tidak enak. Karena kuenya sengaja aku tinggalkan di apotek.

Sepanjang sisa hari ini aku akhirnya bertemu Mas Aska, sebenarnya aku takut mengatakan ini, tapi aku juga tidak bisa diam saja.

"Kenapa Sa?" tanya Mas Aska karena sejak tadi aku hanya menatapnya.

"Itu Mas, terima kasih kuenya."

Mas Aska tampak mengangguk. "Iya Sa. Oh ya, kuenya kenapa nggak dibawa pulang?"

Yang aku takutkan ternyata terjadi juga. Dengan gugup aku pun menjawab, "Siapa suruh rahasiain kue itu. Kalo tau dari Mas Aska kan langsung aku bawa pulang."

Mas Aska hanya menghela napas.

Untung saja aku selamat. Tapi sungguh, jika tahu kue itu pemberian Mas Aska, sudah pasti aku akan membawa pulang.

USAI ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang