Di ulang tahunku yang ke 20 tahun, Mas Aska tenyata menyiapkan kejutan bersama anak-anak PKL.
Bagian ini menurutku sangat manis, karena aku sedikit menggagalkan rencana kejutan Mas Aska.
Semua berawal dari pagi hari, saat aku shift di apotek Puna Farma bersama beberapa anak PKL dan Mba Sita. Sedangkan Mas Aska berada di apotek Wiwit Farma.
Aku sangat mengharapkan Mas Aska mengucapkan happy birthday tepat di pukul 12.00 malam, akan tetapi ternyata harapanku tidak terwujud. Bahkan sampai pagi pun tidak ada tanda-tanda Mas Aska akan memberikan ucapan padaku.
Aku memandangi ponsel dan berharap ada pesan masuk darinya. Sesaat aku lengah tiba-tiba ada satu pesan masuk.
Hatiku berdebar dan segera aku cek pesannya dengan sangat bersemangat, ternyata ucapan dari Mba Nunik, seketika semangatku hilang.
Jangan tanya bagaimana keadaanku, karena saat itu mataku sudah berkaca-kaca.
Bagaimana tidak, beberapa jam yang lalu aku mengirimi pesan ke Mas Aska. Namun, sampai saat ini belum juga dibaca pesannya.
Mas Aska benar-benar mengabaikanku dari semalam.
Aku pun sebenarnya sudah menduga barangkali Mas Aska sedang merencanakan sesuatu, tapi entah mengapa aku tetap menangis ketika tahu pesan yang masuk ternyata dari Mba Nunik dan bukan dari Mas Aska.
"Sabar ya Sa." Mba Sita yang melihat mood-ku berantakan dan tiba-tiba menangis hanya bisa mengatakan itu.
Apa, sabar, tumben sekali. Biasanya Mba Sita nenangin pakai kata-kata mutiara.
Di sini aku merasa sudah jelas ada yang tidak beres, aku pun mengabaikan pikiran itu dan kembali melanjutkan pekerjaan.
Siang harinya sekitar pukul sebelas, barulah ada satu pesan dari Mas Aska.
Mas Aska: Ca, ke apotek wiwit ya sekarang.
Alsa: Mau ngapain?
Mas Aska: Ini ada titipian dari Bu ayu.
Alsa: Nggak mau.
Mas Aska: Eh, ini dari Bu Ayu loh masa nggak mau ambil?
Alsa: Kok Bu Ayu nggak bilang sendiri ke aku? Kenapa harus lewat Mas Aska? Aku nggak mau 😒
Belum sempat aku baca lagi balasan pesan dari Mas Aska, salah satu anak PKL bernama Nina mendadak memintaku menemaninya membeli makan siang.
Setelah dipikir berulang kali tidak ada salahnya aku mengiyakan permintaan Mas Aska untuk pergi ke apotek Wiwit.
Alsa: Ya Mas nanti aku ke situ setelah nemenin Nina beli makan siang.
Setelah membalas pesan, aku langsung pergi bersama Nina naik motor.
Saat masih di perjalanan dan sudah mendekati tempat tujuan, ponselku berdering, ada panggilan masuk dari Mba Sita.
"Hallo Mba, gimana?"
"Kamu udah sampai mana?"
Aku merasa Nina memelankan laju motornya. "Bentar lagi sampai rumah makannya Mba."
"Puter balik sekarang bisa nggak?"
"Loh kenapa emang Mba, mendadak banget." Aku sedikit kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
USAI ✓
General FictionKetika aku memutuskan untuk mencintai seseorang, aku mencintainya mati-matian. Dan ketika aku terluka karenanya, harusnya aku sadar ... tidak baik jika terlalu mencintai. Terkadang aku merasa semesta tak adil untukku, tapi ternyata bukan, bukan seme...