ISU HOROR

8 2 0
                                    

Malam nan tenang dengan hembusan angin malam, Bulan bersinar terang dengan ribuan bintang yang bertebaran di atas langit komplek mekar sari.

Hendra dan Agus tampak bersantai di pos kamling, malam ini jadwal mereka berdua. Hendra yang tengah sibuk membuat kopi, di buat menggeleng-geleng heran menatap Agus yang asik menyantap seblak super pedas yang baru ia beli di tukang seblak keliling.

"Ngga takut sakit perut, Gus, makan pedes malem-malem." Tegur Hendra tampak tak di pedulikan.

"Santai aja... Perut gue mah baja. Gini mah biasa aja," Tutur Agus. Memang terbukti, dari awal ia makan sampai sekarang segelas air putih yang ada di samping nya tidak di minum nya sama sekali.

"Alhamdulillah," ucap Hendra. Ketika kopi yang ia seduh suah jadi, mentang-mentang kerja di cafe Hendra iseng membuat Art love di seduhan kopi nya walau tak sempurna.

Baru aja ingin menikmati kopi, Hendra tertahan. Dengan Agus yang meminta tolong.

"Hen, temenin gue," pinta Agus. Tampak menggeliat sakit parut, Hendra menatap bingung, "kemana?"

"Ke WC," mendengar itu Hendra menyeringai.

"Kata nya tahan," ejek Hendra. Tertawa puas.

"Perut gue lagi nggak bersahabat nih cok-"

Suara kentut nyaring dari Agus menyela ucapan.

"Bau bet Gus kentut lu!"

"Ya makanya temenin gua," Agus menarik pergelangan tangan Hendra tapi berhasil di tepis.

"Males gua, baru juga bikin kopi."

"Aelah temenin gua bentar napa!"

"Emang kenapa dah, wc nya nggak jauh juga dari sini."

"Gua takut," satu alis Hendra terangkat.

"Takut? Takut apaan?"

"Heh, emang lo nggak denger. Katanya di komplek kita itu ada hantu! Serem!" Tukas Agus begitu dramatis, memegang kedua pundak Hendra. Hendra menjauhkan dua tangan Agus dari pundak nya.

"Astaga... Di sini mana ada hantu, di kampung gua aja nggak ada apalagi di kota."

"Tapi inu beneran cok-"

"Tuuuut" sekali lagi aroma yang tak lezat tercium sampai ke hidung Hendra.


Udah belum Gus?" Tanya Hendra yang tampak kenyamukan menunggu Agus, menyelesaikan hajat nya.

"Belum, sabar napa," Jawab Agus dari dalam WC. bukan nya tak penyabar, tapi sudah hampir 30 menit Hendra menunggu dengan nyamuk yang kia menghampiri.

"Aelah Agus lama bener, tinggal aja kali ya," batin Hendra. Berjalan perlahan meninggalkan Agus.

Sebenarnya jarak antar wc dan pos kamling tidak terlalu jauh, cuman beberapa meter. Hanya saja Agus yang terlalu takut dengan mahluk ghaib atau hantu yang tak terbukti kebenaran ada nya.

Pasti dingin juga nih kopi," monolog Hendra. ketika ia hampir sampai pos, niat hati Hendra untuk minum kopi kembali ia urungkan. Ketika kopi milik nya hampir di minum oleh seorang wanita mengenakan gaun putih dengan rambut hitam pekat tergerai.

"Eh!!! Mbak jangan di minum itu kan kopi saya," tegur Hendra. Berhasil sampai di pos, wanita itu meletakkan kembali cangkir kopi Hendra. Tanpa menghadap Hendra dan berkata.

"Saya lapar mas, masa saya harus makan daun dan kembang lagi?" Ucap mbak itu.

"Tapi kan saya capek, mbak, bikin nya." Lebih tepat nya capek membuat art love di atas kopi nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tanah Anak RantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang