Setelah pertemuan terakhirnya dengan Zahra dan Syahida, Runda dan Dayi termenung bersama di pendopo depan kelas. Wajahnya tidak berekspresi, akan tetapi hatinya bergemuruh. Siapa lagi kalau bukan Arundari Gemati. Dayi yang menyadari hal aneh dari temannya memberanikan diri menanyakan hal yang mengganjal.
"Kamu lagi kenapa, sih, Nda? Aneh banget dari tadi," ucap Dayi sembari memegang dahi Runda. Ia hanya memastikan kalau Runda baik-baik saja.
Gadis yang merasa dahinya disentuh segera menepis tangan Dayi, "Aku masih sehat loh, ya."
"Aku juga nggak tahu kalau kamu masih sehat. Soalnya nggak kelihatan seperti orang sehat," ucap Dayi to the point. Runda yang mendengar itu hanya berdecak dan menatapnya sinis.
"Tapi, Nda, kamu beneran sehat, 'kan?" tanya Dayi lagi.
"Ya ampun! Alhamdulillah masih sehat banget, Day," ucap Runda seraya mengangguk dengan ekspresi asingnya.
"Alah, bohong. Jujur aja Runda, kamu pasti kepikiran omongan aku kemarin, 'kan?" ledek Dayi dengan santai.
"Sejujurnya, iya," ucap Runda singkat.
Apa yang dikatakan Runda benar adanya. Walaupun belum tentu ia menjadi pengurus inti di periode berikutnya, pikiran-pikiran negatif terus menyelimuti. Pasalnya, ilmu agama Runda belum terlalu banyak, sedikit aneh jika pengurus inti ekstrakurikuler kerohanian Islam tidak memahami dasar-dasar agamanya sendiri.
* * *
Para pengurus inti dan anggota ekstrakurikuler kerohanian Islam telah berkumpul di aula. Setelah beberapa kali mengadakan rapat, akhirnya mereka menetapkan nama-nama calon kandidat yang akan menjabat di periode berikutnya. Tentunya ada siswa yang sudah siap menjabat dan ada juga siswa yang merasa tidak pantas untuk menempati jabatan tersebut. Laya, Runda, Dayi, dan Asyi duduk berdampingan mengikuti pertemuan dengan khidmat.
"Laya, kamu lihat Runda deh, wajahnya pucat banget dari tadi pagi," bisik Dayi perlahan. Laya yang mendengar segera menoleh ke arah Runda.
"Iya, aku tahu, kok. Dia nggak percaya diri jadi kandidat," ucap Laya.
"Loh, bukannya kalau jadi kandidat berarti sudah dipercaya bahwa dia mampu, ya," sahut Asyi yang tiba-tiba bergabung.
"Ceritanya panjang, nanti aku bantu jelaskan, ya," kata Laya.
Runda menggigit bibirnya, matanya berkaca-kaca. Ia merasa tidak pantas untuk menjadi kandidat, apalagi ketua keputrian. Ilmu agamanya belum cukup, dan ia takut tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Memang benar kata Asyi, jika menjadi kandidat berarti sudah memiliki kepercayaan tersendiri, tetapi perasaan tidak percaya diri itu sangat sulit Runda singkirkan. Jika ia tidak terpilih menjadi kandidat pengurus inti, kemungkinan hatinya akan lega atau sebaliknya.
"Di sini kami pengurus inti sudah menentukan calon kandidat untuk ketua rohis dan ketua keputrian. Masing-masing kandidat ada tiga, penasaran nggak, nih, siapa aja calon kandidatnya?" tanya ketua rohis kepada para anggota yang hadir di aula.
"Penasaran," jawab mereka serempak.
"Untuk calon kandidat ketua rohis dulu, ya, saya sebutkan. Pertama, ada Alan XI IPA 1, kedua ada Syahzan XI IPA 3, dan yang ketiga ada Rafif XI IPS 3," ucapnya dengan diiringi sorak sorai para anggota.
"Selanjutnya, untuk calon kandidat ketua keputrian, ya. Pertama, ada Safina XI IPS 2, kedua ada Arundari XI Agama, dan yang ketiga ada Naisya XI IPS 3,"
'Arundari, XI Agama'
"What? Kok bisa aku jadi kandidat," Runda membatin. Wajahnya terlihat lebih pucat dari sebelumnya. Ia heran mengapa dirinya bisa dijadikan sebagai calon kandidat. Laya yang menyadari hal itu pun segera memberi semangat kepada Runda.
"Masyaallah, Nda, kamu keren banget. Ayo semangat untuk visi misinya," ucap Laya dengan memegang tangan kanan Runda. Ucapannya membuat Runda semakin terpuruk. 'Aku bisa nggak, ya?' gumamnya lirih.
"Insyaallah, pasti kamu bisa, Nda. Semangat!" ucap Asyi yang ikut menyemangati Runda.
"Kalau kamu nanti jadi ketua keputrian, aku siap kamu repotin, kok, Nda," sahut Dayi dengan dua jari peace-nya.
Runda tersenyum, ia bersyukur memiliki teman-teman seperti mereka. Saling mendukung dan tidak ada rasa iri antar sesama. Runda harus berjuang. Ia ingin membuktikan bahwa ia mampu menjadi pemimpin yang baik, dan ia ingin membuat teman-temannya bangga. Ayo semangat, Runda! Teman-temanmu ada untukmu jika ini terlalu sulit.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Lima Senja di Langit Madrasah [END]
Teen FictionMenceritakan kisah pertemanan para gadis yang menempuh pendidikan di Madrasah Aliyah jurusan Keagamaan Islam. Mereka terdiri dari lima orang, yaitu Laya, Arundari, Lalitha, Dayi, dan Asyima. Pertemanan mereka tidak sekadar sebatas ikatan persaudaraa...