Angin yang berhembus mampu membuat udara malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Namun tak berlaku bagi wanita yang saat ini tengah berdiri di rooftop rumah sakit.
Masih memakai pakaian khas pasien, Jisoo berdiri memandang kosong pemandangan di depannya. Rambutnya yang tergerai melambai-lambai tertiup angin. Dia biarkan tubuhnya membeku terkena udara dingin malam ini.
Pikirannya jauh berkelana mengingat kilas balik hal-hal yang menimpanya beberapa bulan kebelakang. Dimana dia di terima di kantor Seokjin hingga bisa jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan Seokjin. Dia pikir kebahagiaan akan selalu menyertai hubungannya, ternyata itu hanya sesaat sampai tragedi malam itu terjadi.
Semua seakan hancur dalam waktu sekejab, hubungannya berantakan dan hidupnya di penuhi dengan rasa bersalah. Kini dia harus kembali menerima kenyataan bahwa dia tengah mengandung. Entah anak siapa yang di kandungnya, kenyataan ini yang membuat dia benci dengan hidupnya saat ini.
Terlebih perasaan bersalahnya pada Seokjin semakin besar, dia merasa sudah sangat menghianati laki-laki itu. Dia tidak tahu harus melakukan apa setelah ini, terlebih dia sudah tidak punya nyali lagi untuk kembali berhadapan dengan Seokjin.
Sementara itu Seokjin tengah duduk di kantin rumah sakit. Di hadapannya ada secangkir kopi yang dia biarkan dingin tanpa menyesapnya sedikitpun. Pikirannya tertuju pada Jisoo. Apa yang harus dia lakukan setelah ini?? Jauh dari lubuk hatinya dia memikirkan siapa ayah dari anak yang di kandung Jisoo saat ini.
Tapi dia mencoba mengenyahkan pikiran buruknya dan meyakinkan diri bahwa anak itu adalah anaknya, karena dia yang pertama menyentuh Jisoo. Walaupun jika benar itu bukan anaknya dia akan tetap menganggap itu anaknya. Dia mencintai Jisoo dan dia tidak mau kehilangan wanita itu apapun resiko nya dia akan tetap hadapi dan siap menerima semua konsekuensinya.
Seokjin melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya menunjukan pukul 10 malam, artinya dia sudah duduk disini kurang lebih 1 jam lamanya. Seokjin beranjak dari duduknya dan pergi menemui Jisoo di ruangannya.
Namun setelah sampai, dia tidak menemukan Jisoo di ranjangnya. Ruangannya kosong Jisoo tidak ada disana. Sedikit panik, Seokjin mencoba mencari tahu pada perawat yang ada disana namun sayang perawat itu tidak tahu keberadaan Jisoo.
Dengan bantuan perawat dan satpam rumah sakit, Seokjin mencari ke seluruh penjuru rumah sakit tapi tetap tidak menemukan keberadaan Jisoo. Hingga dia mencoba untuk mencari nya ke rooftop rumah sakit dan menemukan Jisoo sedang berdiri di dekat tiang pembatas.
"Kenapa kau disini? Aku mencarimu kemana-mana. Udara disini tidak baik untuk tubuhmu yang masih lemah." Ucap Seokjin sambil mencoba mendekati Jisoo
Jisoo yang terkejut dengan suara yang dikenalnya itu segera menolehkan kepalanya.
"Jangan mendekat, atau aku akan lompat."
"Apa yang kau katakan sayang?"
"Mundur aku bilang."Seokjin terkejut dengan sikap Jisoo seperti ini. Apa yang terjadi dengan wanitanya.
"Jisoo ada apa? Apa aku melakukan kesalahan?"
"Bisakah Oppa pergi dari sini? Aku tidak ingin melihat Oppa."
"Jisoo apa yang terjadi??"
"Pergi dari sini atau aku akan lompat.!!"
"Tidak.. aku tidak akan kemana-mana, aku tidak akan meninggalkanmu lagi."
"Baiklah aku akan lompat sekarang."Jisoo langsung menaiki pagar pembatas siap untuk lompat ke bawah. Namun gerakannya kalah cepat dengan Seokjin yang dengan sigap menariknya hingga mereka jatuh bersama di lantai rooftop.
"Pergi dari sini.. pergi.." Jisoo menangis kencang sambil berusaha melepaskan pelukan Seokjin di tubuhnya.
"Tidak akan, aku tidak akan melepaskanmu." Seokjin semakin memeluk erat tubuh Jisoo
KAMU SEDANG MEMBACA
Jamsi Anyeongchorom (Hanya perpisahan sesaat)
RomanceBersamamu ku terluka, melepaskanmu aku lebih terluka #kimseokjin #kimjisoo #jinsoostory #bts #blackpink #blackbangtan