24

117 10 2
                                    

Jisoo baru saja terbangun dari tidurnya. Dia mengerjapkan matanya lalu melihat jam yang menunjukan pukul 5 sore. Berarti dia sudah tertidur 6 jam lamanya. Mungkin efek dari obat penurun demam yang dia konsumsi membuat nya tertidur cukup lama.

Jujur saja seharian ini Jisoo merasa tubuhnya sangat lemas hingga tidak sanggup melakukan aktifitas seperti biasa sehingga dia meminta izin untuk tidak masuk kerja. Suhu badannya tinggi dan perutnya terasa mual. Dia tidak bisa memakan apapun karena makanan yang masuk ke mulutnya hanya akan membuatnya harus kembali memuntahkannya.

Karena tidak ada asupan apapun pada tubuhnya selain susu yang dia minum tadi pagi membuat tubuhnya semakin lemah. Jisoo tidak sanggup lagi berdiri tapi dia harus memaksakan kakinya untuk melangkah menuju dapur untuk mengambil air minum karena sekarang dia merasa tenggorokannya sangat kering.

Baru saja dia keluar kamar nya untuk menuju dapur, pintu rumahnya di ketuk seseorang. Dengan langkah terseok-seok dan menahan pening yang kembali mendera kepalanya, Jisoo memaksakan kakinya melangkah untuk melihat siapa yang datang mengetuk pintu rumahnya.

Lalu saat pintu berhasil di buka, tampaklah sosok pria tinggi menjulang di depannya. Tubuh Jisoo seakan kaku tidak bisa bergerak, suaranya tercekat tak mampu mengatakan sepatah kata. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali guna menjelaskan penglihatannya. Apakah ini efek pening dan demam yang di deritanya sehingga dia seperti berhalusinasi???

Seokjin berdiri di hadapan nya, memandangnya dengan tatapan yang selalu membuatnya seakan terjebak di dalam mata hitam jelaga milik pria itu.

"Oppa"
"Jisoo"

Ucap mereka berbarengan. Kemudian Seokjin melangkah mendekati Jisoo dan di raihnya tubuh kecil itu kedalam pelukannya. Dan disaat itulah Jisoo menyadari bahwa ini bukan halusinasinya. Seokjin benar-benar ada di depannya dan sekarang sedang memeluknya.

Jisoo membalas pelukan Seokjin, di rematnya sisi kemeja Seokjin erat seakan takut kalau Seokjin akan pergi darinya. Isak tangis keduanya menyeruak. Pelukan yang sarat akan kerinduan itu semakin erat.

"Jisoo.. Aku minta maaf karena telah mengabaikanmu dan bahkan aku sempat tidak mempercayaimu. Aku benar-benar minta maaf aku menyesal." Ucap Seokjin di sela isak tangisnya
"Tidak.. Oppa tidak salah.. Aku yang sudah..." Ucapan Jisoo tidak selesai karena tubuhnya yang tiba-tiba limbung dalam dekapan Seokjin. Andai tangan Seokjin tidak menahannya maka bisa di pastikan dia akan tergeletak di lantai.

"Jisoo... sayang...bangun hei.." Ucap Seokjin panik dan penuh ke khawatiran sambil menepuk-nepuk pipi Jisoo lembut.

Seokjin menyadari suhu tubuh Jisoo tinggi. Dengan gerakan cepat, Seokjin membawa Jisoo dalam gendongannya dan membawanya ke mobilnya untuk di bawa ke rumah sakit.

Seokjin mengendarai mobilnya dengan cepat sambil sesekali matanya melirik spion untuk melihat wanitanya yang terbaring tak sadarkan diri di jok belakang mobilnya. Setelah menempuh perjalanan 20 menit, mereka tiba di rumah sakit. Seokjin kembali menggendong tubuh lemah Jisoo dan di baringkannya di blankar rumah sakit yang langsung di tangani oleh perawat dan dokter disana.

Seokjin berjalan mondar-mandir menunggu dengan gelisah di depan IGD. Hatinya tak tenang melihat wanitanya yang tak sadarkan diri dengan suhu tubuh yang tinggi. Belum lagi tubuh itu semakin kecil saat ada dalam gendongannya tadi. Apa wanita itu tidak makan dengan baik sehingga kehilangan berat badannya dan sampai sakit seperti ini. Perasaan bersalah kembali menghantuinya. Pasti karena ulahnya yang mengabaikan Jisoo, membuat Jisoo jadi banyak pikiran kemudian jatuh sakit.

Saat dirinya masih bergelut dengan pemikiran dan rasa bersalahnya, dokter keluar ruangan IGD. Seokjin segera menghampiri dokter tersebut untuk menanyakan kondisi Jisoo.

"Dokter bagaimana keadaanya??"
"Anda suami pasien??"
"Benar.." Ucap Seokjin. Biarlah dia mengaku suami Jisoo dari pada harus mengulur waktu untuk menjelaskan statusnya.
"Pasien mengalami dehidrasi dan kekurangan asupan sehinga tubuh nya lemas dan demam tinggi. Tapi saya rasa juga ada pemicu lain, hanya saja saya tidak bisa memastikannya itu bukan ranah saya untuk melakukan itu mungkin teman saya bisa memastikannya."
"Maksud dokter?? Istri saya kenapa?"
"Sepertinya istri anda hamil pak. Tapi untuk memastikannya saya akan minta teman saya yang seorang dokter kandungan untuk melakukan pemeriksaan pada istri anda. Mohon di tunggu ya pak."

Seokjin terpaku di tempatnya saat dokter mengatakan bahwa Jisoo di duga tengah hamil. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Pikirannya saat ini benar-benar blank.

"Apa dia sudah siuman?"
"Ya, anda bisa melihatnya ke dalam."
"Baiklah terimakasih dokter."

Setelahnya Seokjin memasuki ruangan IGD tersebut dengan pikirannya yang terus memikirkan perkataan dokter tadi. Namun dia segera mengenyahkan pikirannya tentang hal itu saat dilihatnya Jisoo sedang melamun dengan air mata yang mengalir di pipinya.

Jisoo menyadari kehadiran Seokjin, dia mengusap kasar air matanya dan hendak duduk namun di tahan oleh Seokjin agar dia tetap berbaring di tempat tidurnya.

"Jangan bangun, kau masih lemas."
"Hiks..Oppa maafkan aku..Ku mohon maafkan aku.."
"Sssttt.." Seokjin menempelkan jarinya pada bibir Jisoo "Jangan mengatakan apapun lagi, aku sudah tau semuanya." Ucapnya sambil menghapus air mata yang kembali menetes menuruni pipi tirus Jisoo.

"Maafkan aku Oppa. Aku hanya mencintaimu dan aku tidak punya hubungan dengan.."
"Sudah kubilang jangan mengatakan apapun, aku sudah tau semuanya dan kau tidak salah. Aku yang salah karena tidak mau mendengar penjelasanmu dan mengabaikanmu berminggu-minggu hingga kau kesulitan selama ini karena aku."
"Tapi kau juga tersakiti karena aku."
"Aku tersakiti karena pikiran burukku sendiri, harusnya aku lebih mempercayaimu. Maafkan aku juga Jisoo."
"Aku paham perasaanmu Oppa, terimakasih sudah mempercayaiku."
"Aku yang harusnya berterimakasih. Terimakasih sudah menungguku selama ini, dan tidak menyerah dengan sifat keras kepalaku ini. Saranghae Jisoo-ya"
"Nado saranghae Oppa."

Jisoo merasa lega saat hubungannya dengan Seokjin membaik, dia berharap kedepannya tidak ada lagi masalah yang akan menimpa hubungan mereka.

Seokjin hendak mendekatkan wajahnya ingin mencium bibir unik Jisoo jika saja tidak ada dokter dan perawat yang menghampiri mereka. Ahh ya.. dia ingat bahwa dokter kandungan akan memeriksa Jisoo. Apa yang harus dia katakan setelah ini pada Jisoo?.

"Permisi ya saya akan melakukan pemeriksan lanjutan"
"Bukankah tadi saya sudah diperiksa?" Bingung Jisoo
"Benar, saya hanya akan memastikan bahwa diagnosa dokter sebelumnya tentang kemungkinan anda mengandung benar apa tidak."

Sontak saja pernyataan dokter itu membuat Jisoo tersentak, dia mengalihkan pandanannya pada Seokjin yang juga tengah melihatnya. Tapi Jisoo tidak melihat raut keterkejutan dari sorot mata ataupun ekspresi Seokjin, jadi dia bisa memastikan bahwa pria itu sudah mengetahui hal ini.

"Apa anda telat datang bulan nyonya?? Dan kapan anda terakhir datang bulan?"

Jisoo baru ingat tanggal tamu bulanannya sudah lewat beberapa minggu lalu. Dia tidak menyadarinya karena terlalu memikirkan masalahnya dengan Seokjin kala itu hingga tidak menyadari bahwa tanggal menstruasinya sudah terlewat jauh.

"Aku terakhir datang bulan sebulan lalu, dan bulan ini aku baru menyadari belum mendapatkan siklus bulananku."
"Apa anda mengalami mual, muntah atau pusing?"
"Ya beberapa hari ini aku merasakan itu, dan puncaknya tadi pagi aku sangat mual dan tidak bisa memakan apapun."
"Dari gejala dan tanda-tanda nya memang merajuk bahwa anda tengah mengandung. Tapi untuk memastikan agar lebih jelas, saya akan melaukan USG pada anda nyonya."

Jisoo hanya diam, tidak merespon ucapan dokter. Matanya kembali melirik pada Seokjin yang hanya diam membeku di tempatnya. Entah apa yang ada di pikiran pria itu saat ini.

Perawat sudah mengoleskan gel pada perut Jisoo, kemudian dokter menggerakan alat USG nya pada perut Jisoo sambil melihat hasilnya di layar monitor di depannya.

"Nyonya.. anda bisa melihat disini ada yang berbentuk seperti kantong dan disini seperti ada titik kecil di dalamnya. Titik ini adalah embrio dan plasenta dalam kata lain ini adalah janin. Jadi Nyonya.. Tuan.. selamat ya kalian akan menjadi orang tua. Anda tengah mengandung nyonya" 

Seokjin meremas pinggiran tempat tidur Jisoo, dadanya terasa sesak pandangannya menatap lurus layar monitor yang ada di depannya. Sementara Jisoo tetap diam dan tidak bereaksi apapun, bibirnya kelu dan tubuhnya seakan membeku dengan kenyataan yang baru saja dia dapatkan.

"Usianya baru 3 minggu ukurannya masih sangat kecil sekitar 0,048 mm. Di minggu-minggu awal kehamilan sebaiknya anda mulai mengkonsumsi vitamin dan menghentikan kebiasaan seperti minum alkohol dan kafein. Anda juga sebaiknya memperbanyak makan makanan sehat dan mencukupi kebutuhan cairan setidaknya 6-8 gelas sehari. Dan mulailah mengkonsumsi 400mg suplemen asam folat setiap harinya. Karena asam folat sejak dini bermanfaat untuk pembentukan otak bayi dan sumsum tulang belakangnya." Dokter menjelaskan panjang lebar dan hanya di angguki oleh Jisoo

"Saya akan meresepkan vitamin dan suplemen apa saja yang harus anda konsumsi untuk memperkuat kandungan anda. Dan satu lagi jangan terlalu lelah dan stres berlebih itu bisa membahayakan janin yang ada dalam kandungan anda. Anda juga harus turut ikut menjaganya Tuan, agar istri dan anak anda tetap sehat."

Seokjin yang tengah termenung itu kembali tersadar saat dokter memanggilnya. "Eum.. Ahh i..ya.. dokter aku akan menjaga mereka."

"Selebihnya kondisi janinnya sehat, dan untuk anda Nyonya kondisi anda juga sudah membaik tapi tetap harus kami kontrol 24 jam jadi anda harus di rawat setidaknya sampai besok pagi, kami ingin memastikan bahwa demam anda tidak kembali naik dan kondisi anda yang kekurangan asupan cairan kembali pulih. Baiklah saya permisi, nanti obatnya akan di antarkan oleh perawat dan saya sudah membuat salinan resepnya untuk anda."
"Terimakasih dokter." ucap Seokjin

Lalu setelah dokter itu pergi kecangungan hadir diantara Seokjin dan Jisoo. Seokjin berdiri di depan ranjang Jisoo memandang Jisoo yang sepertinya tengah melamun. Pandangannya kosong, namun air mata sudah bergumul kembali di sudut mata wanita itu.

"Jisoo.. aku.."
"Bisakah Oppa pergi dari sini?? Aku ingin sendiri dulu." Jisoo mengatakan hal itu tanpa melihat Seokjin

Seokjin paham kondisi Jisoo saat ini yang mungkin masih shock atas apa yang dialaminya saat ini. Maka Seokjin memberikan ruang untuk Jisoo menyendiri dahulu.

"Baiklah aku akan ke administrasi untuk mengurus kepindahanmu ke ruang rawat inap dan setelahnya aku akan ke kantin rumah sakit. Jika ada yang kau butuhkan kau bisa menghubungiku. Aku tidak akan jauh dari sini."

Jisoo hanya diam tidak menanggapi ucapan Seokjin. Setelah dirasa Seokjin telah pergi dan dia tinggal sendiri maka pecahlah tangis Jisoo yang dia tahan sekuat tenaga setelah dokter menyampaikan kehamilannya.

"Tuhan.. apa yang harus aku lakukan setelah ini?" Ucapnya pilu














TBC














Jangan lupa untuk memberikan vote kalau kalian suka sama ceritanya😊

Jangan lupa untuk memberikan vote kalau kalian suka sama ceritanya😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jamsi Anyeongchorom (Hanya perpisahan sesaat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang