22

93 14 1
                                    

"Eommeonim seharusnya tidak perlu mengantarku seperti ini." Gumam Jisoo pelan

Saat ini Jisoo dan Nyonya Kim sedang berada di depan rumah Jisoo. Nyonya Kim yang merasa khawatir karena Jisoo yang menangis di cafe tadi tidak tega jika harus meninggalkannya pulang sendiri dalam keadaan yang jauh dari kata baik.

Nyonya Kim mengenggam tangan Jisoo, menautkan jemarinya pada jari Jisoo yang terasa dingin. Kemudian membelai pipi Jisoo penuh sayang. Jisoo merasakan apeksi yang membuat hatinya terenyuh, sentuhan tulus seorang ibu yang selama ini sangat Jisoo rindukan.

"Masuklah nak, beristirahatlah jangan menangis lagi oke, itu membuat Eomma sedih."
"Eommeonim terimakasih sudah mengantarku pulang dan terimakasih sudah memperlakukanku seperti putri Eommeonim sendiri." Ucap Jisoo kembali terisak
"Hey apa yang kau katakan, kau memang putriku. Ohh sayang jangan menangis lagi itu membuat Eomma kembali sedih."

Nyonya Kim kembali membawa Jisoo pada pelukannya. Diusapnya rambut Jisoo penuh sayang sambil menenangkan Jisoo yang kembali terisak. Jisoo yang berada dalam pelukan Nyonya Kim semakin mengeratkan pelukannya, selain merindukan pelukan hangat seorang ibu, dia juga merasa bersalah pada Nyonya Kim yang dengan tulus menyayanginya tapi Jisoo malah menyakiti putra kesayangannya.

"Jisoo.. Eomma tidak akan bertanya masalah kalian, kalian sudah sama-sama dewasa pasti tau cara terbaik untuk menyelesaikannya. Tapi Eomma harap apapun yang terjadi jangan pernah meninggalkan putra Eomma ya."
"Tapi bagaimana jika Seokjin yang ingin meninggalkanku Eomma?"
"Tidak akan sayang, Seokjin sangat mencintaimu Eomma bisa merasakan itu, Eomma yakin Seokjin tidak akan meninggalkanmu dia saat ini hanya sedang diliputi egonya saja."

Jisoo hanya diam sambil kembali mengeratkan pelukannya. Seolah ini adalah pelukan terakhir yang bisa dia rasakan dari Nyonya Kim. Jisoo takut jika Nyonya Kim akan membencinya setelah tahu apa yang terjadi sebenarnya. Maka dari itu sebelum hal itu terjadi Jisoo ingin menikmati moment ini selama yang dia bisa.

"Haruskah Eomma menemanimu dan menginap disini sayang?"
"Eommeonim bukan aku tidak ingin Eommeonim menginap di flat ku, tapi aku takut Eommeonim tidak nyaman karena tempat ini sangat kecil. Dan aku takut jika Abeonim menunggu di rumah."
"Ahh kau benar, Appamu pasti menungguku. Baiklah Eomma pulang, lain kali Eomma akan menginap disini atau kau yang kembali menginap di Gwacheon ya."
"Baik Eommeonim, nanti aku akan mengunjungi dan menginap lagi di Gwacheon." Ucap Jisoo lirih, hatinya berbicara bahwa mungkinkah hal itu akan terjadi lagi?

Setelah kepergian Nyonya Kim, Jisoo masuk ke dalam flat nya. Dia lalu melangkahkan kakinya menuju dapur dan membuka lemari pendingin lalu mengambil air mineral disana. Duduk di meja makannya Jisoo meneguk air itu hingga tandas. Lama menangis membuatnya kehausan.

Jisoo kembali termenung mengingat kembali bagaimana kondisi Seokjin saat di telephone tadi. Hal itu membuatnya kembali menitikan air matanya. Kembali dia buka room chat nya dengan Seokjin yang sama sekali tidak pria itu baca. Jisoo menelungkupkan wajahnya pada meja tubuhnya menggigil seiring dengan tangisnya yang pecah tanpa suara.

💜💜💜


Pintu lift terbuka dan kedua pria itu keluar dari dalamnya. Menyusuri lorong apartemen yang sepi, jelas saja ini sudah jam 11 malam. Mereka tiba di depan salah satu pintu dengan nomor 1204.

"Aku sudah menelphone nya Hyung tapi jika menjelang tengah malam, Seokjin hyung akan sulit di hubungi dan aku tidak berani untuk mengganggunya lebih jauh."
"Baiklah Joon terimakasih sudah menjemputku dibandara dan mengantarku kesini." Ucap Yoongi
"Sama-sama Hyung, aku akan langsung pulang ke unitku yang ada di lantai bawah."
"Hmm baiklah."

Setelah kepergian Namjoon, Yoongi menekan bel apartemen Seokjin berulang kali tapi tidak ada tanda-tanda bahwa pintu di depannya akan terbuka. Dia juga sudah menghubungi nomor Seokjin tapi panggilannya tidak ada yang di angkat. Dengan ragu Yoongi menekan tombol-tombol yang ada di pintu itu dan 'klek' pintu itu terbuka. Yoongi bernafas lega setidaknya dia ingat pasword apartemen Seokjin yang ada di korea dan ternyata dia terapkan juga dengan apartemennya yang ada di Jerman.

Jamsi Anyeongchorom (Hanya perpisahan sesaat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang