Pagi ini setelah memastikan bahwa keadaan Jisoo sudah membaik dan dokter sudah mengizinkannya untuk pulang, Seokjin membawa Jisoo pergi dari rumah sakit.
Sesuai perkataannya semalam, Seokjin akan membawa Jisoo pada orang tuanya dan memberi tahu mereka bahwa dia akan menikahi Jisoo secepatnya. Tapi sebelum itu, Seokjin meminta Jisoo untuk mengantarnya ke suatu tempat. Dan disinilah mereka berdua berada di rumah abu orang tua Jisoo.
Dalam lemari kaca itu terdapat dua buah guci dan foto sepasang suami istri beserta anak perempuan mereka yang tidak lain adalah Jisoo. Sudah lama rasanya Jisoo tidak berkunjung kesini. Biasanya dia datang seorang diri namun hari ini dia datang bersama laki-laki yang dia cintai.
"Eomma.. Appa... apa kabar?? Maaf aku baru bisa mengunjungi kalian lagi."
Air mata Jisoo mulai bergumul di pelupuk matanya, rasanya masih terasa sakit setiap dia mengunjungi rumah abu orang tuanya seolah kejadian itu baru kemarin dia alami. Biasanya dia akan menangis sendirian disini, namun hari ini seseorang di sampingnya menggenggam tangannya dan mengusap punggunggunya meberikan kekuatan padanya. Setelah jeda beberapa saat seolah mendapat kekuatannya kembali Jisoo melanjutkan ucapannya.
"Eomma.. Appa hari ini aku tidak datang sendiri, aku datang bersama laki-laki yang aku cintai dan mencintaiku." Jisoo tersenyum ke arah Seokjin dan membalas genggaman tangan laki-laki itu.Kemudian Seokjin maju selangkah dan menunduk membungkukkan badannya menyapa orang tua Jisoo.
"Annyeonghasimnika. Eomeoni.. Aboji.. perkenalkan saya Kim Seokjin. Laki-laki bodoh yang berani mencintai putri cantik kalian. Maafkan saya karena telah mencintai putri kalian, saya datang kesini untuk meminta izin kepada kalian untuk menjadikannya istri saya dan ibu dari anak-anak saya. Saya tahu mungkin saya belum sempurna untuk putri kalian yang sempurna, namun saya akan berusaha sebisa mungkin untuk selalu memastikan putri kalian bahagia hidup bersama saya. Jadi saya meminta restu Eomeoni dan Aboji untuk menikahi putri kalian secepatnya."
Seokjin kembali membungkukkan badannya menunduk hormat pada lemari kaca di depannya yang berisi abu orang tua Jisoo. Jisoo menggenggam tangan Seokjin dan tersenyum ke arah foto orang tuanya seakan memastikan bahwa dia sudah yakin bahwa pilihannya adalah yang terbaik dan berharap orang tuanya di atas sana memberikan restu pada mereka berdua.Setelah berdoa dan berbincang sebentar mereka memutuskan pamit dan melanjutkan perjalanan menuju rumah orang tua Seokjin yang ada di Gwacheon.
Sekitar pukul 11 siang mobil yang dikendarai Seokjin sudah terparkir di depan rumah orang tua Seokjin. Seokjin keluar lebih dulu kemudian memutari mobilnya untuk membuka pintu di sebelah Jisoo. Dengan bergandengan tangan mereka berjalan memasuki kediaman orang tua Seokjin.
Ini kedua kalinya bagi Jisoo mendatangi rumah ini, kesannya tetap sama Jisoo begitu mengagumi bangunan dan tata ruang bangunan ini, kesan kekeluargaanya sangat kental yang membuatnya akan selalu rindu rumah.Jantungnya juga sama berdebarnya seperti saat pertama kali memasuki rumah ini apalagi hari ini mereka akan mengatakan sesuatu penting kepada orang tua Seokjin. Jisoo takut respon orang tua Seokjin tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Kini mereka sudah sampai di halaman belakang rumah tempat dimana orang tua Seokjin sedang menikmati waktu santai mereka. Melihat kedatangan sang putra dan kekasihnya, ibu Seokjin segera menyambut mereka dengan suka cita.
"Aigoo... putra dan putri Eomma datang." Ucap sang ibu sambil memeluk mereka berdua
Ibu Seokjin senang melihatnya, tanpa bertanyapun Nyonya Kim tau hubungan putranya dan kekasihnya membaik setelah sempat terjadi kesalahpahaman diantara mereka berdua. Ayah Seokjin pun tak kalah senangnya dengan kunjungan sang putra semata wayangnya. Kemudian mereka melanjutkan obrolan mereka di ruang keluarga.
"Kapan kau tiba dari Jerman Jin?" Tanya sang Ayah
"Kemarin sore Appa."
"Masalahnya sudah beres?"
"Sudah Appa, aku sudah menyelesaikan semuanya sebelum kembali kesini."
"Haishh.. bisakah kalian tidak membahas soal pekerjaan saat kita sedang berkumpul?" Ucap Ibu Seokjin menyela pembicaraan Ayah dan anak itu
Bila Nyonya rumah sudah memprotes maka yang bisa mereka lakukan adalah diam dan menurutinya.
"Kau tampak sedikit pucat sayang, lalu kenapa dengan tanganmu ini, apa kau terluka?" Tanya Ibu Seokjin pada Jisoo saat melihat plester di tangan Jisoo yang merupakan bekas jarum impus.
"Tidak Eomeonim, aku tidak terluka ini bekas jarum inpus."
"Kau sakit dan di rawat? Kenapa tidak mengabari Eomma?"
"Aku hanya kekurangan asupan dan dehidrasi ringan karena kemarin aku tidak bisa makan apapun jadi tubuhku lemas dan demam tinggi."
"Ya ampun kasian Uri Jisoo.. Lalu kenapa kau tidak di rawat saja? Kenapa tidak istirahat dan malah melakukan perjalanan kesini."
"Dokter sudah mengizinkan Jisoo pulang Eomma. Selain itu ada hal yang ingin kita bicarakan, lagi pula aku ingin dia istirahat disini agar ada yang menjaganya, aku khawatir jika harus meninggalkanya sendiri takut terjadi apa-apa dengannya dan kandungannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jamsi Anyeongchorom (Hanya perpisahan sesaat)
RomantiekBersamamu ku terluka, melepaskanmu aku lebih terluka #kimseokjin #kimjisoo #jinsoostory #bts #blackpink #blackbangtan