06.

3.7K 211 4
                                    

Jeiyo heran melihat sahabatnya yang sedari berangkat hanya menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan diatas meja itu, bahkan ia tadi sempat melihat dengan jelas sudut bibirnya yang terlihat memar namun Zea memilih untuk tidak menjawab lantas tidur. Namun, tidak menjawab juga Jeiyo tahu dari mana Zea mendapatkan luka memar itu, karena Jeiyo juga mengenal Dion. Benar saja saat Jeiyo bertanya pada laki-laki botak itu ternyata Zea tanding boxing semalam bahkan sempat menginap di club boxing.

"Selamat pagi semua" sapa wali kelas mereka.

"Pagi bu" serentak seluruh murid.

"Saya mau memberikan informasi bahwasannya Bu Zahwa sedang ada urusan di luar kota, kalian diberikan tugas oleh Bu Zahwa mengerjakan soal di buku halaman 47 sampai 55 di kumpulkan hari ini di meja Bu Zahwa dan jangan keluar kelas"

"Oke sebelumnya saya akan absen terlebih dahulu"

"Azrilio Bagaskara"

"Hadir Bu" sahut seorang siswa yang duduk di bangku depan.

"Azeana Dyana Mahendra" Liona menyebutkan nama siswa yang memiliki nomor absen dua.

"Ze bangun woy!" Jeiyo mencoba membangunkan Zea yang terlihat tidur lelap.

"Zea?" Bu Liona kembali menyebutkan nama Zea, ia melihat dengan jelas Zea yang tertidur dengan menelungkupkan wajahnya di dalam lipatan tangan diatas meja.

"Ze bangun elah, lu tidur apa mati sih?" Jeiyo mengguncang bahu Zea dengan brutal.

"Enghh" hanya lenguhan yang keluar dari bibir remaja itu, nampaknya ia masih enggan membuka matanya yang terasa sangat berat.

"Bangun bego!"

"Apasih Je" kesal Zea.

"Zea..." mendengar suara yang familiar di telinga Zea, sontak remaja itu melihat ke depan lebih tepatnya pada seseorang yang kini duduk di kursi guru.

Liona yang melihat Zea yang menatap ke arahnya nampak terkejut, ia reflek mengerutkan keningnya lantas berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri meja Zea. Sesampainya di depan bangku Zea, ia mencoba meneliti baik-baik wajah remaja itu, sudut bibirnya terlihat lebam. Zea mencoba menghindari tatapan intens dari wali kelasnya itu namun percuma saja Liona telah melihat wajahnya.

Liona yang melihat wajah rupawan Zea lebam reflek hendak menyentuh wajah remaja itu. "Ekhem" namun deheman dari Jeyo menyadarkan Liona.

"Zea ikut keruangan saya sekarang!" perintah Liona dengan tegas.

Dengan enggan Zea berdiri dari tempat duduknya dan mengekori Liona yang berjalan di depannya. Mereka menyusuri lorong dengan suasana hening, hanya suara decitan sepatu mereka berdua yang terdengar mengisi setiap langkah mereka ketika melewati lorong yang sepi.

"Jelasin" pinta Liona setelah ia sampai di ruangan pribadinya.

"Apa?" tanya Zea bingung, ia mengerutkan dahinya.

"Luka lebam di sudut bibir kamu itu"

"Oalah ini jatuh kemarin pas di rumah"

"Bohong" tuduh Liona.

"Lah?" bingung remaja itu.

"Aku tau semalem kamu gak pulang kan?" tanya Liona sinis.

"Kamu tau dari mana?" Zea balik. bertanya.

"Kemarin papah telepon aku nanyain kamu apa lagi dirumah aku, katanya seharusnya kamu udah sampai di rumah karena kamu ambil penerbangan malam tadi" jelas Liona membuat Zea lagi-lagi terdiam.

"Aku gak suka kamu bohong Ze" lanjut Liona dengan tatapan tajamnya. 

"Maaf"

"Aku ga butuh kata itu sekarang, aku butuhnya penjelasan dari kamu, kemana kamu semalam dan ngapain aja kenapa bisa sampai lebam gitu?" cecar Liona.

Menikahi Bu Wali Kelas (gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang