07.

3.5K 212 12
                                    

Liona bersiap ke sekolah dengan terburu-buru, ia hanya mencuci muka dan memasakkan nasgor untuk Arez, pria yang ia rawat semalaman karena demam. Hingga ia terlambat bangun dan tetap menyempatkan diri untuk memasakkan nasgor juga mengurusi Arez sebentar sebelum ia tinggal ke sekolah. Untung saja masih ada beberapa pasang baju ganti miliknya yang berada di lemari apartemen Arez.

"Aku berangkat" pamit Liona pada Arez yang sedang sarapan.

"Hati-hati"

Langkah Liona tergesa-gesa menuju mobilnya, segera ia masuk dan menancap gas menuju sekolah. Karena apartemen Arez yang cukup jauh dari sekolah membuat Liona harus ngebut karena takut telat mengajar.

"Aduh handphone ku ketinggalan di apartemen Arez pasti" Liona menepuk dahinya mengingat bahwa handphonenya tertinggal di apartemen Arez.

Liona turun dari mobilnya, ia berjalan cepat menuju kelas yang akan ia ajar yaitu kelas 12 IPA 2 ia tidak memiliki jadwal di kelas tunangannya. Lagipula Liona juga sedang tidak ingin bertemu dengan Zea mengingat kejadian kemarin mereka yang sempat bertengkar. Liona masih merasa kesal dengan Zea yang terlalu menyepelekan Liona yang sedang khawatir karena ia yang menghilang tanpa kabar.

Sedangkan di rumah sakit, Zea baru saja terbangun dari pingsannya jam 3 dini hari. Ia cukup lama pingsan, dan saat terbangun hal yang ia rasakan adalah rasa sakit dan nyeri di sekujur tubuhnya, sungguh pukulan Jeiyo tidak main-main.

"Je lo gak sekolah?" tanya Zea.

"Nggak mau disini aja gue" Zea hanya mengangguk-anggukkan kepala.

Setelah kejadian kemarin mereka nampak seperti biasa saja, seperti tidak pernah terjadi apapun. Zea tidak membahas masalah kemarin begitu juga Jeiyo yang tidak meminta maaf, semuanya seperti tidak pernah terjadi, mereka bersikap seolah sedang baik-baik saja seolah itu memang hal biasa yang terjadi. Bahkan Jeiyo juga tidak menghubungi kedua orang tua Zea jika Zea masuk ke rumah sakit, ia hanya memberitahu Metyra yang notabene nya adalah tante Zea. Itu saja karena terpaksa, ia ketahuan Meyra saat membawa Zea kerumah sakit.

"Mabar yok" ajak Jeiyo.

"Ntar dulu, lo panggil susternya dulu aja, infus gue udah mau habis ini" ucap Zea.

"Oke ntar kalau gue udah mood ya" jawab Jeiyo sekenanya.

"Yauda gass login" ucap Zea, ia memiringkan handphonenya.

"Gass"

Mereka bermain game moba di handphone masing-masing, jika handphone milik Jeiyo berlogo apel digigit maka handphone Zea adalah handphone origami karena bisa di lipat.

Mereka berdua bermain game dengan sangat rusuh, bahkan seluruh hewan di kebun binatang sudah keluar dari mulut mereka berdua. Untung saja kamar yang Zea tempati adalah ruangan VVIP jadi tidak ada yang terganggu dengan kebisingan mereka.

Zea diberikan sarapan namun yang memakannya adalah Jeiyo karena ia lapar, sedangkan gadis itu malah ingin dibelikan mie instan yang jelas-jelas masih dilarang oleh dokter.

"Je gue laper elah"

"Yaudah beli sendiri sono gue mager"

"Ah elah Je, masa gue harus jalan sampai ke lantai satu sih"

"Ada lift bego udah sana-sana pergi, mandiri dong cuma sakit gitu aja"

"Yeuu si anjing malah ngelunjak"

"Serah lu! pergi sono gue juga ngantuk mau tidur, lu udah enak semalaman tidur di kasur lah gue tidur sambil duduk anjing"

"Halah bacot"

Setelah pertengkaran singkat itu, mereka berdua hening dan sedang hanyut dalam pikiran masing-masing. Jeiyo yang berbaring di ranjang rumah sakit sedangkan Zea duduk di sofa yang ada di ruangan itu dengan membawa infus di tangannya yang nganggur.

"Je... Bu Liona minta pernikahan kita di tunda" ucap Zea dengan tatapan kosong menatap depan.

"Dia ga beneran suka sama lo Ze, lo sadar ga sih?"

"Dia belum bisa Je bukan ga suka"

"Ya ini, lo bego baru pertama kali suka sama orang aja bego nya minta ampun"

"Gue takut ga bisa buat dia bahagia sama gue Je"

"Lo bisa, bahkan lo pantes buat dapetin cewek kaya Bu Liona Ze, lo bertanggungjawab bahkan lo lebih berani ketimbang gue, Ze... gue yang cowok aja gak punya keberanian dan se bertanggungjawab lo, gue yakin bu Liona bakal beruntung banget dapetin pasangan kayak lo"

"Gue yang beruntung Je... gue gak ada apa-apanya ketimbang bu Liona, tapi Je"

"Tapi kenapa?"

"Terakhir yang ngebuat gue sampe berakhir di club boxing malam itu sehabis pulang dari luar kota, gue liat dia pulang sama seseorang bahkan itu hampir tengah malam Je"

"Lo liat siapa orangnya?"

"Gue nggak liat, tapi gue bisa pastiin itu cowok, karena gue liat dia bawa jaket kulit cowok yang gak mungkin itu punya dia dan itu bukan punya gue"

"Jangan mikir yang enggak-enggak, dia mau nerima lo karena emang mau belajar jatuh cinta sama lo Ze, gue yakin bu Liona gak akan ngecewain lo dia cuma butuh beradaptasi aja dari yang awalnya sama cowo sekarang sama cewe"

"Semoga aja gitu, Je sorry gue selama ini gak terbuka sama lo bahkan lo harus tau semuanya dari orang lain, gue tau gue salah tapi gue lakuin itu semua pure karena gue sayang sama lo sebagai sahabat gue Je"

"Tapi gak dengan kayak gitu juga bego, lo mau sok jadi pahlawan ha?"

"Je seenggaknya gue udah berusaha"

"Bodoh lu, gue gak akan minta maaf buat kejadian kemaren karena emang itu salah lo"

"Iya gue tau gue juga sayang sama lo"

"Dih gak nyambung bego"

Zea terkekeh, lalu ia memejamkan matanya, berusaha menenangkan otaknya yang terlalu banyak berpikir hingga kepalanya terasa pening.

•••

Setelah selesai mengajar Liona tidak kembali ke rumahnya justru kembali ke apartemen milik Arez. Saat membuka pintu apartemen untuk pertama kali yang Liona lihat adalah Arez yang berdiri dengan membawa se bucket bunga di tangannya. Ia tersenyum lebar menyambut kepulangan Liona, sedangkan sang empu justru terdiam diambang pintu.

"Apa semua ini Rez?" tanya Liona bingung, pria itu masih mempertahankan senyumannya.

"Ayo masuk dulu" Arez mempersilahkan Liona untuk masuk, ia menuntun Liona untuk duduk di meja makan yang sudah tersedia beberapa makanan kesukaan Liona di atasnya.

"Liona, mungkin setelah perpisahan kita yang kurang mengenakkan 5 tahun lalu kamu merasa kecewa, namun kamu tau? perasaan ku masih seperti pertama kali aku mengungkapkannya padamu mungkin pergiku dulu menyakitkan bagimu dan aku minta maaf untuk itu semua tapi dari sikap yang kamu tunjukkan untukku beberapa hari ini aku yakin bahwa perasaanmu juga masih sama... mari memulai dari awal namun bukan sebagai pacar tapi Liona do you want to marry me?" Arez berjongkok di depan Liona yang duduk di kursi dengan senyuman yang manis, Arez membawa sebuah cincin di tangannya.

Liona terdiam, ia tidak menyangka dengan semua hal ini, ia langsung menubrukkan tubuhnya di dalam dekapan Arez. Hal yang selama ini ia tunggu akhirnya menjadi nyata dimana sang kekasih akhirnya melamar dirinya. Ia menangis didalam pelukan hangat pria itu, Arez mengusap-usap punggung Liona agar tenang.

"Aku rindu anak kita Rez" lirih Liona.

































•••

Sorry ya guyss tadi sempat kepencet publish padahal belum selesai ngetik. Tapi gapapa gimana chapter kali ini? sorry ya author gak bisa nulis banyak di chapter ini karena tugas author numpuk banyak. Maaf juga karena banyak typonya nanti bakal author revisi kok.

Oke jangan lupa vote guyss supaya author lebih semangat lagi nulisnya, buat yang udah vote makasih banyak banyak yaaa...

Menikahi Bu Wali Kelas (gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang