09.

5.4K 333 37
                                    

Zea memilih beranjak dari atas tubuh Liona, memilih tidak ingin berlama-lama terjebak dalam tatapan teduh yang menenangkan itu. Hatinya telah hancur, dan ia tidak ingin pernikahan mereka dilakukan secara terpaksa meskipun semua ini hanyalah perjodohan semata.

"Kamu kenapa Zea?" bingung Liona.

"Jujur sama aku, jangan cuma diem kayak gini" lanjut Liona lagi.

"Ibu mau denger semuanya?" Zea menatap Liona dengan mata memerah menahan tangis.

Sial, ia merutuki dirinya sendiri yang terlihat lemah di depan Liona memang benar ia tidak bisa bersikap seolah baik-baik saja jika itu mengenai perasaan yang sekarang dirasakannya. Perasaan kesal, cemburu dan amarah begitu menguasai Zea hingga merenggut kewarasannya dalam berpikir tenang. Ia tidak lagi dapat berpikir jernih mengenai hubungannya dan Liona yang akan menuju ke jenjang yang lebih serius beberapa minggu lagi. Jangan lupakan bahwa Zea adalah seorang anak remaja labil pada umumnya, sedewasa apapun pemikiran yang remaja itu miliki, terkadang emosionalnya masih belum dapat ia kendalikan dengan baik.

"Bu, semua berawal dari aku yang mendengar ibu berbicara melalui telepon dengan seseorang yang entah itu siapa, aku tidak tau dan mengabaikan itu namun tidak bisa aku sangkal perasaanku merasa aneh setelah kejadian itu lantas aku memilih diam tidak mencampuri urusan ibu, lalu saat aku di luar kota ibu cuma mengirim pesan singkat dan tiga hari sebelum aku kembali ke kota ini bahkan ibu ga ada kabar sama sekali"

"Bukan sampai di situ saja bu, karena terlalu rindu dengan ibu bahkan aku membeli tiket penerbangan malam itu juga setelah semua urusanku selesai mengabaikan semua rasa lelah ku aku ingin melepas rindu yang telah membuncah pada ibu, aku tidak langsung ke rumah karena aku menuju rumah ibu dan apa yang aku lihat bu? saat aku sampai di depan rumah ibu yang aku lihat ibu keluar dari mobil hitam yang entah dengan siapa di jam yang hampir menunjukkan tengah malam aku melihat tunangan ku keluar dari mobil yang dapat aku yakini seorang pria karena melihat jaket yang ibu bawa saat itu, jaket itu milik pria tentunya bukan milik ibu dan pastinya bukan milikku, tidak ingin menduga-duga aku memilih untuk bertanya keesokan harinya dengan malam itu aku yang mencoba menangkan diri dengan datang ke club boxing dan berakhir tidur di sana"

"dan puncaknya bu, hari ini sepulang dari rumah sakit setelah aku dirawat disana selama tiga hari bahkan tunangan ku yang jelas-jelas sudah tau kondisi ku tidak mengunjungiku sama sekali bahkan setelah sahabat dan tanteku mengirimi banyak telpon dan pesan tentang kondisi ku yang hanya ibu baca, aku masih dapat berpikir positif mungkin saja karena kamu masih marah akan kejadian beberapa waktu lalu dan hari ini aku kerumahmu untuk meminta maaf, namun apa yang aku lihat? aku lihat kamu keluar dari mobil yang sama yang mengantarmu beberapa hari lalu aku melihat pria itu memeluk dan mencium bibir mu dan kamu hanya diam saja, aku melihat semuanya bu... aku melihat semuanya"

"Ini kah yang ibu bilang aku egois bu? ini kah yang ibu maksud aku masih seperti anak kecil? bu... aku mencoba menutupi rasa sakit di hatiku dengan menunggu ibu jujur sendiri tapi nyatanya ibu dengan mudah mengucapkan ingin menunda pernikahan kita tanpa memikirkan bagaimana perasaan ku saat mendengar hal itu." Zea menangis, ia menjelaskan semua itu dengan menahan isak tangisnya agar tidak keluar. Supaya ia bisa tetap menjelaskan semuanya pada Liona dengan suara yang jelas meskipun beberapa kali Zea tercekat.

"Zeaa" Liona menangis mendengar semua yang Zea ucapkan. Ia tidak menyangka selama ini Zea mengetahui apa yang ia lakukan dan entahlah ia tidak tau lagi seberapa sakit hatinya sekarang.

"Itu semua gak bener Ze" sangal Liona dengan cepat.

"Haha apa yang gak bener bu? bagian mana yang tidak benar? apakah bagian saat kalian keluar tengah malam? bagian saat ibu hanya membaca pesan tentang keadaanku? atau bagian saat aku melihat kalian berciuman? coba jelaskan bu, bagian mana yang ga benar?" Zea masih bisa mengendalikan emosinya agar tidak meluap-luap, bagaimanapun ia tidak ingin membentak ataupun menyakiti Liona meski dalam keadaan emosi.

Menikahi Bu Wali Kelas (gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang