Bab 11

883 128 24
                                    

GuerrierDeReve Present

..

P O U R S U I T E

Dengusan terdengar dari bibir milik pria bersurai raven itu. Iris gelapnya memincing, menggelengkan kepalanya merasa heran. Bagaimana tidak, wanita yang beberapa menit lalu hampir saja membuat ia terkena serangan jantung terlihat asik menyantap semangkuk mi tanpa adanya rasa bersalah.

Apa hanya dirinya yang menganggap perkataan wanita itu dengan serius. Atau sebenarnya ia yang terkena penyakit telinga yang disebut tuli? Atau wanita itu yang terkena amnesia hingga mampu bersikap santai setelah apa yang ia katakan di dalam mobil beberapa menit lalu.

Ah, sialan. Rasanya hampir gila jika mengingatnya. Sasuke mengusap surai miliknya dengan gemas. Kenapa ia jadi frustasi dengan perkataan wanita itu. Apa yang ia harapkan? Oh, sialan sebenarnya itu kan yang kau harapkan Sasuke? Karena itu kau menganggap perkataan Hinata dengan serius dan merasa kesal karena wanita itu bertingkah seolah tidak mengatakan apapun.

Tamat, kau benar-benar sudah tamat. Go to the hell! Sasuke jerk Uchiha!

Hinata menyelesaikan mangkuk keempat miliknya, mendorong mangkuk kosong itu menjauh. Lalu mengelap sudut bibirnya dengan serbet. Iris rembulannya menatap seseorang yang berada tepat di sebrangnya. Matanya membentuk bulan sabit, saat melihat sang pria duduk termenung terlihat manis.

"Sasuke-kun, ayo katanya mau bercinta."

Sasuke yang masih terdiam dengan segala pemikirannya itu seketika terkejut mendengar penuturan wanita tersebut, bagaikan terkena petir di siang bolong. Apa, apa pria itu tidak salah dengarkan? Hinata mengajaknya bercinta. Wanita itu kembali mengajaknya untuk bercinta. Tunggu, Sasuke tidak tuli kan? Kalian juga mendengarnya bukan?

Iris hitam Sasuke bergulir, menatap istrinya tersebut dengan tatapan tidak percaya.

Apa wanita itu begitu mudah untuk mengajak seseorang bercinta.

"Aku sudah kenyang, sudah memiliki tenaga. Ayo cepat."

Sasuke terbatuk keras. Tangannya dengan cepat meraih gelas yang berisi air lalu meminumnya dengan cepat. Sialan, istrinya itu benar-benar pintar membuat orang dekat dengan ajalnya.

Apa wanita itu pikir bercinta seperti menggali sumur? Apa istrinya itu pikir bercinta seperti mengaduk semen? Hanya memerlukan tenaga lalu jadi. Oh, astaga! Sasuke mengusap wajahnya frustasi. Sebenarnya makhluk seperti apa yang ia ajak nikah.

"Oh, apa kita lakukan di luar saja? Pasti panas jika dilakukan dikamar. Kau tau daratan itu panas sekali. Di lautan saja terasa panas saat bercinta apa lagi disini." Racau Hinata sembari berjalan mendekati sang suami. Setelah jarak diantara keduanya terkikis Hinata mencodongkan tubuhnya. Yang otomatis membuat wajah keduanya begitu dekat. Bahkan Sasuke dapat merasakan hembusan napas istri gilanya itu.

"Sasuke-kun, jadi tidak?" Ulang Hinata memastikan. Karena sedari tadi pria itu hanya diam tanpa mengatakan satu katapun.

Hinata menatap pria itu dengan mata bulatnya. Berpikir alasan apa yang membuat pria itu diam seribu bahasa. Apa suaminya itu tidak mau bercinta dengannya?

Sasuke mengerjapkan matanya. Kenapa ia jadi seperti anak gadis yang akan melakukan malam pertama dengan suaminya. Oh, sialan demi hujan meteor diladang gandum, rasanya Sasuke ingin hilang dari peradapan saja.

"Kau tidak mau, ya?" Tanya Hinata sensi bahkan nada bicaranya ia tinggikan. Menatap pria itu dengan tajam bahkan bibirnya sudah mengerucut.  Hinata merasa tersinggung dengan diamnya pria itu. Apa menurutnya Hinata tidak bisa melakukan aktivitas itu? Apa menurut pria itu Hinata tidak mampu. Oh, sialan egonya kembali datang dan membakar kewarasannya.

Poursuite [[On Going]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang