Wellington, New Zealend...PLAK!
Sebuah tamparan keras melintang mendarat di pipi kanan seorang pria. Wajah tampannya terhempas ke sisi kanan, sebelum perlahan kembali menghadap ke arah wanita di hadapannya yang tengah menatapnya dengan tatapan penuh kemarahan.
"Kamu br3ngs3k, Willem!" desis Clarissa sambil menatap sepupunya dengan tatapan penuh kebencian, amarah, dan kekecewaan yang menyatu. Dada Clarissa terlihat naik turun dengan cepat akibat napasnya yang terengah-engah, sementara wajahnya memerah memperlihatkan betapa tingginya emosi yang tengah dirasakannya.
"Setelah kamu mendapatkan segala yang kamu inginkan, setelah kamu merenggut harga dirinya, kemudian dengan kejamnya kamu meninggalkannya?! Kamu memutuskan hubungan dengannya hanya karena kesalahan yang dilakukan oleh kakaknya?!" seru Clarissa, matanya melotot tajam, suaranya penuh dengan kekecewaan.
Willem terdiam, menatap Clarissa dengan tatapan pasrah.
"Apa yang ada di pikiranmu, Will?! Mengapa kamu bisa begitu kejam?! Kamu... bahkan lebih brengsek daripada Axel, kamu tahu?!" bentak Clarissa dengan penuh emosi.
Wanita itu terengah-engah. "Kamu tidak lebih baik dari Axel! Tindakanmu terhadap Marina membuktikan betapa jahatnya kamu!"
"Masalahnya ada pada Axel! Marina tidak tahu apa-apa, Will!" teriak Clarissa sambil dengan penuh kekuatan memukul rahang Willem.
Bug!
Lelaki tampan itu terhuyung dan hampir tersungkur akibat pukulan keras dari Clarissa di rahangnya. Kemudian, ia mengangkat wajahnya dan membalas tatapan marah dari wanita beranak tiga itu.
"Kenapa kamu begitu kejam? Kenapa, Will? Apa kesalahan Marina terhadapmu?" lirih Clarissa di sela-sela deru napasnya yang memburu.
"Aku menyesal, Cla. Aku sangat menyesal," ucap Willem. Hanya kalimat itu yang mampu ia ucapkan. Apa lagi yang bisa ia katakan? Ia sungguh menyesali perbuatannya terhadap Marina, wanita yang masih sangat ia cintai hingga saat ini.
Ia meninggalkan luka yang dalam di hati wanita itu hanya karena masalah yang bahkan tidak dimengerti oleh Marina. Entah, apa yang ada dalam pikirkan Willem saat itu.
Ketika Clarissa kecewa dan terluka oleh perbuatan suaminya, Axel di masa lalu, Willem ikut merasakan luka yang sama. Sehingga ia akhirnya memutuskan hubungan dengan Marina, meskipun ia sadar bahwa keputusannya sangat tidak adil bagi Marina.
"Menyesal? Kamu baru menyesal setelah meninggalkan luka begitu dalam di hatinya? Kamu baru menyesal setelah membuatnya merasa hina terhadap dirinya sendiri atas ulahmu? Kamu sungguh kejam, Will. Kamu sangat jahat!" desis Clarissa dengan suara bergetar, penuh dengan emosi.
"Coba bayangkan, Will... Bayangkan jika aku atau Helena berada di posisi Marina. Coba, Will... Bayangkan. Bayangkan betapa sangat terlukanya kamu! Ayo, coba bayangkan!" teriak Clarissa, mencoba membawa Willem untuk merasakan sebagian kecil dari penderitaan yang ia timbulkan pada Marina.
Willem menggelengkan kepala berulang kali sambil mundur menjauhi Clarissa, namun wanita itu terus mendekat, seolah-olah memojokkannya.
"Sakit, kan? Ya, rasanya sungguh-sungguh menyakitkan, bukan, Will? Kamu merasa sesak, terluka, dan..." Clarissa memberi jeda sejenak sebelum melanjutkan, "itu adalah apa yang akan dirasakan oleh Axel dan Mario jika mereka mengetahui bagaimana kamu memperlakukan adik mereka!"
"Aku akan menebus kesalahanku, Cla. Aku berjanji," ucap Willem dengan suara yang terdengar tercekat.
"Menebusnya dengan apa? Dengan cara bagaimana, Will? Apakah kamu akan meminta maaf, lalu merayu agar dia mau memaafkanmu dan kembali bersamamu?" Clarissa menggeleng pelan. "Cih! Aku justru berharap semoga Marina tidak akan mengambil keputusan bodoh itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Godaan Sang Mantan (21++)
Roman d'amourWARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) "Ughh..." Marina melenguh sambil mencengkram pergelangan tangan Willem. "Sakit, Will." "Kamu mendesah barusan," bisik Willem. Marina menggigit bibirnya menahan senyum yang hendak terbit. Willem segera menegak...