Bab 5: Bertemu Kembali Dengannya

21.5K 233 6
                                    

*****

Esok harinya, di Mansion Blaxton, sebuah kediaman mewah dan megah yang menjadi tempat berkumpulnya seluruh keluarga besar setiap hari. Keluarga Addison pun turut menginap disana selama kunjungan mereka ke Wellington.

Setiap kali keluarga Addison datang ke Wellington, mereka selalu disambut hangat di Mansion Blaxton, tidak pernah dibiarkan menginap di penginapan seperti hotel. Sebaliknya, pintu Mansion Blaxton selalu terbuka lebar untuk mereka, memperlihatkan keramahan dan kedekatan antar-keluarga.

Hal yang sama berlaku ketika keluarga Blaxton berkunjung ke Los Angeles. Mereka pun sering kali menginap di Mansion Addison atau di kediaman Axel dan Clarissa, tergantung pada jadwal dan kebutuhan. Semua ini dilakukan agar kunjungan mereka tetap berjalan lancar dan adil bagi semua pihak yang terlibat.

Saat ini, di teras depan Mansion, seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah Janeeta, berdiri dengan menatap sambil fokus pada layar ponsel yang dipegangnya. Dengan cermat, ia mengutak-atik layar canggih tersebut sejenak sebelum akhirnya membawa ponsel dekat ke telinga kanannya, membiarkannya menempel disana.

"Halo, Rio," serunya setelah berhasil terhubung dengan putra pertamanya, Mario.

"Iya, Mom," balas suara dari ujung telepon.

"Sayang, apakah kalian masih lama pulang?" tanya Janeeta dengan penuh kehangatan.

"Sekitar sejam lagi kami akan pulang. Ada apa, Mom?" jawab Mario, lalu bertanya.

"Ah begitu rupanya," gumam Janeeta pelan. "Sebentar lagi adikmu akan tiba di bandara, sayang. Jadi, siapa yang akan menjemputnya?"

"Mungkin lebih baik Mom meminta bantuan Uncle Morgan untuk mengirimkan sopir untuk menjemput Marina. Kalau aku yang pergi, sepertinya tidak akan keburu, Mom. Jaraknya cukup jauh, kasihan kalau Marina harus menunggu lama di sana," ujar Mario memberikan solusi dengan bijak kepada Ibunya.

Janeeta mendesah pelan, "Ah, ya sudahlah, kalau begitu. Akan Mom bicarakan dengan Morgan. Terima kasih, sayang. Sekarang Mom akan menutup teleponnya ya."

"Okay, Mom," jawab Mario sebelum Janeeta menurunkan ponsel dari telinganya. Ia kemudian melihat ke depan dan melirik sebentar saat melihat sosok tampan Willem hendak melintas di depannya.

Lelaki itu menghentikan langkahnya sejenak sebelum berjalan ke arah Janeeta. "Aunty, ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Terlihat seperti kau sedang memikirkan sesuatu," tebak Willem seraya menatap penasaran pada Janeeta.

Janeeta terdiam sejenak, menatap wajah tampan Willem. Kemudian, dengan senyuman, ia menjawab, "Ah, ya, Nak. Tadi aku baru saja berbicara dengan Mario. Aku kira mereka sudah dalam perjalanan pulang, ternyata belum juga."

Willem mengangguk perlahan. "Ada masalah apa, Aunty?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

"Marina akan segera tiba di bandara, namun belum ada yang menjemputnya di sana. Aku berharap Rio bisa menjemput adiknya, tapi sepertinya tidak memungkinkan," jawab Janeeta sambil mendesah pelan.

Willem terdiam sejenak, tampak merenung sebelum akhirnya berkata, "Kalau boleh, biarkan aku yang menjemput Marina."

Janeeta menatap Willem dengan serius, "Apakah ini tidak merepotkanmu, Nak?" tanyanya sambil menunjukkan ekspresi sungkan pada lelaki itu.

Willem menggeleng pelan dan tersenyum simpul, "Tidak sama sekali, Aunty. Aku senang bisa melakukannya," jawabnya. Bagaimana mungkin ia tidak senang jika orang yang akan ia jemput adalah wanita yang dicintainya, yang sangat dinantikan kehadirannya, dan yang sangat ingin ia lihat wajah cantiknya secara langsung.

Godaan Sang Mantan (21++)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang