Ini bab 13 guys. Pekan lalu ternyata author salah update bab; bab 14, seharusnya bab 13 ini dulu😅
***
Usai merasakan puncak kenikmatan bersama, Marina akhirnya terkulai lemas di tempat tidur. Tubuh polosnya tampak mengkilap, basah oleh keringat yang membanjiri kulitnya. Deru napasnya terdengar terengah-engah, ia berusaha menormalkan kembali pernapasannya secepat mungkin, merasakan detak jantungnya yang masih berpacu kencang.
Rasa sesak itu mengalir dalam dirinya, namun semua itu disebabkan oleh kenikmatan yang ia peroleh dari sentuhan Willem.
Malam ini, Marina melepaskan semua beban yang menggelayuti hatinya, meskipun sebenarnya bukan cara ini yang ia inginkan. Namun, suasana yang mendukung dan kedekatan yang terjalin seolah mendorongnya untuk kembali terperosok dalam kisah lama bersama mantan kekasihnya itu.
Pesona Willem membuat Marina tergoda dan terjebak dalam dilema yang mendalam. Setiap sentuhan lembut yang diberikan lelaki itu membuat dinding pertahanannya runtuh tak berbekas. Dalam momen-momen itu, seolah tak ada lagi yang tersisa; semua batasan yang pernah ada lenyap seiring dengan gelora gairah yang membara.
Mereka tidak hanya sekedar berbagi ciuman. Akan tetapi mereka kembali menyatu dengan cara yang seharusnya tidak boleh mereka lakukan.
Dalam kehangatan malam yang menggoda, mereka merasakan kembali seluruh rasa cinta yang pernah ada, meskipun disertai dengan kesadaran bahwa yang mereka lakukan ini penuh risiko.
Marina tahu bahwa keputusannya di malam ini mungkin akan membawa konsekuensi yang berat, namun saat itu, semua yang bisa ia pikirkan hanyalah Willem dan kenikmatan yang tak ingin ia akhiri.
Dan di dalam benak Marina, satu pertanyaan terus bergelayut: Apakah ia menyesali semua ini? Jawabannya, tentu saja, tidak. Ia tidak merasakan penyesalan sedikitpun setelah kembali terperangkap dalam pelukan Willem. Meski disisi lain, ada Luke yang ia khianati.
Entahlah bagaimana jalan pikiran Marina. Ia melakukan semua ini bukan berarti ingin kembali bersama Willem, atau memberi kesempatan kedua padanya. Tidak. Marina teguh pada komitmennya. Ia tidak akan kembali, apalagi mengingat ada Luke, sang tunangannya.
Hubungan mereka harus tetap berlanjut, karena itu menyangkut kerjasama dua perusahaan besar—perusahaan keluarganya dan perusahaan keluarga Luke.
Hampir sepuluh menit berlalu, Marina dan Willem terdiam dalam keheningan. Hanya deru napas halus yang terdengar, menciptakan suasana yang penuh dengan refleksi dan keintiman.
Marina terbaring miring, membelakangi Willem, sementara lelaki itu berbaring terlentang dengan wajah menghadap ke atas, kedua matanya tertutup rapat. Ia tampak menikmati sisa-sisa kenikmatan dari penyatuan yang baru saja terjadi antara dirinya dan Marina.
Selang beberapa saat berlalu, Willem mengambil napas dalam-dalam, ia membuka mata dan menoleh ke samping kanan. Senyumnya merekah saat melihat punggung polos Marina, kulitnya seputih susu, seolah mengundangnya untuk mendekat.
Willem menggeser tubuhnya lebih dekat kepada Marina, lalu mengangkat sebelah tangan untuk memeluk wanita itu dengan lembut. "Apakah kau tidur?" tanyanya pelan, suaranya hampir seperti bisikan, sambil sedikit mengangkat kepalanya agar bisa melihat wajah Marina.
Marina, yang sejak tadi terbenam dalam lamunan, sontak terkejut. Ia tersenyum tipis menyambut pelukan erat Willem dan menggelengkan kepala. "Aku hanya lelah," jawabnya dalam suara lemah, penuh kejujuran.
Willem menghela napas lega mendengar jawabannya. Ia masih ingin menikmati setiap detik yang ada bersama wanita yang ia cintai. Dengan hati-hati, Willem merendahkan wajahnya lebih dekat, sebelum akhirnya mengecup lembut pipi Marina.
![](https://img.wattpad.com/cover/375239034-288-k348825.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Godaan Sang Mantan (21++)
Любовные романыWARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) "Ughh..." Marina melenguh sambil mencengkram pergelangan tangan Willem. "Sakit, Will." "Kamu mendesah barusan," bisik Willem. Marina menggigit bibirnya menahan senyum yang hendak terbit. Willem segera menegak...