Bab 24: Pulang ke Los Angeles

2.8K 121 6
                                    

Jadwal update di WP setiap hari Sabtu.
Bagi yang ingin baca lebih awal langsung aja ke KaryaKarsa ya, disana sudah tamat guys😍

Pena Author di KaryaKarsa; MissEA

Follow me // Ig: ms.eadora // Fb: Estelly Adora // Fanpage: Ms.EA

***

Setelah selesai sarapan pagi bersama, Careen dan Marina memutuskan untuk menghabiskan waktu di salah satu pusat perbelanjaan. Mereka berdua, hanya berdua, menikmati momen santai sambil berbelanja seperti yang diungkapkan Careen sebelumnya.

Saat jarum jam menunjukkan pukul 11 siang, mereka pun memutuskan untuk pulang ke Mansion Blaxton, karena Marina harus segera menuju bandara pada pukul 1 siang.

Hari itu, Marina akan pulang sendirian. Orang tuanya dan kedua kakaknya akan menyusul dua hari kemudian. Mario, kakak Marina, menemaninya ke bandara dan ia akan terbang menggunakan jet pribadi milik keluarga Blaxton.

"Jangan lupa kabari aku langsung setelah kamu sampai," ujar Mario sambil menatap wajah adiknya dengan penuh perhatian. Mereka baru saja tiba di bandara.

Marina hanya mengangguk pelan, "Iya," jawabnya singkat. Ia menutup matanya sejenak saat Mario memberikan kecupan sayang di keningnya. Momen itu sederhana, namun penuh makna.

Setelah itu, Marina melangkah menjauhi Mario. Dengan langkah mantap, ia melintasi terminal bandara, sementara Mario berdiri di tempatnya, menatap punggung sempit sang adik yang semakin menjauh hingga menghilang dari pandangannya.

Beberapa saat kemudian, setelah Marina menjalani serangkaian prosedur yang biasa di bandara, ia akhirnya naik ke dalam jet.

Di dalam pesawat, ia disambut hangat oleh pramugara dan pramugari. Marina membalas sambutan mereka dengan senyuman ramah, berusaha menutupi perasaannya yang bercampur aduk.

Dengan langkah pasti, Marina menyusuri lorong dan memilih salah satu kursi yang nyaman. Ia meletakkan tasnya di atas meja di depannya, sambil menatap ke luar jendela pesawat. Saat pesawat bersiap untuk lepas landas, perasaan getir melanda hatinya. Kenangan manis yang baru saja diciptakannya bersama Willem kembali menyeruak dalam pikirannya.

Marina menarik napas dalam-dalam dan mengalihkan pandangannya dari luar jendela. Dengan lembut, ia menggelengkan kepala, berusaha mengusir semua bayangan yang hanya membuatnya semakin sedih.

**

Satu jam kemudian, suasana di dalam jet terasa tenang. Marina tersenyum kepada pramugari yang sedang menghidangkan makanan untuknya, "Terima kasih," ucapnya dengan tulus.

Pramugari itu balas tersenyum, "Sama-sama, Nona. Silakan dinikmati," katanya sebelum melanjutkan tugasnya.

Marina memperhatikan menu yang tersaji di atas meja di depannya. Namun, tatapannya terhenti sejenak saat melihat dua gelas air dan dua piring kosong, lengkap dengan perangkat makan lainnya yang masing-masing sepasang. Kebingungan melintas di wajahnya.

Ia mengangkat wajahnya, menatap pramugari yang masih berdiri di dekatnya. "Kenapa ada dua gelas air dan piring kosong? Aku hanya akan makan sendirian," tanyanya lembut.

Namun, sebelum pramugari itu sempat menjawab, suara bariton yang familiar menggema di udara. "Kau boleh pergi. Terima kasih," ucap Willem dengan nada tegas.

Marina menoleh dan terkejut melihat kehadiran Willem di sampingnya. Ia sudah satu jam berada di dalam pesawat, namun tak menyadari bahwa lelaki itu ada di situ. "Will?" gumamnya pelan, kebingungan dan rasa syukur bercampur dalam hatinya.

Pramugari itu hanya mengangguk pelan, kemudian menjauh untuk memberi mereka privasi.

Willem duduk di samping Marina, mengabaikan tatapan kaget yang masih menghiasi wajahnya. Ia menatap sejenak sebelum mendekat dan mengecup lembut bibir Marina. Sentuhan itu membuatnya terhenyak, dan dengan cepat ia meraih kesadarannya.

Godaan Sang Mantan (21++)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang