"Ada apa Dil?", ucap Grey sambil menuntun istri temannya itu berbaring di ranjang periksa.
"Seminggu ini aku lembur untuk menyelesaikan pekerjaan di kampus. Baru hari ini rasanya sangat tidak nyaman.", Dila menyingkap pakaian yang menutupi perut buncitnya.
"Mulas? Padahal masih ada satu bulan lebih dari HPL (Hari Perkiraan Lahir) kan? Jangan memaksakan diri, Dil.", Grey mengoles gel di permukaan perut buncit itu lalu menempelkan sebuah alat sambil menggerakkannya.
"Bayi-bayimu terlihat sehat. Sepertinya itu kontraksi palsu atau kram perut karena aktivitasmu yang terlalu padat.", lanjut Grey sambil memperhatikan gambar di monitor.
"Sandi pernah bilang katanya kemungkinan besar kehamilan kembar akan maju kelahirannya, jadi aku agak panik waktu perutku kerasa kenceng seharian.", Dila mengatakannya sambil ikut memperhatikan layar monitor yang menampakkan keadaanya bayi kembarnya.
"Banyak juga yang lahir pada waktunya, Dil. Aku kasih vitamin saja bagaimana? Kenapa?", Grey menoleh saat merasakan tangan Dila menggenggam erat pergelangan tangannya.
"Sshhh, bagian bawahnya sakit. Aduhhh.", Dila menutup matanya sambil meraba perut bagian bawahnya.
"Tarik napas, Dil. Atur napasmu, jangan panik." Grey beranjak dari duduknya dan berdiri tepat di samping ranjang periksa.
Dila mulai mengatur napas sesuai dengan arahan Grey dan membuka matanya untuk menatap ke arah posisi dokter muda itu.
"Tekuk kakimu dan lemaskan. Coba kulakukan pemeriksaan dalam. Jangan tegang.",Grey berkata sambil menarik turun celana dalam Dila setelah istri sejawatnya itu menekuk kaki dengan sempurna.
"Aaahhh.", Dila justru mendesah saat jari-jari Grey masuk ke liang kewanitaannya untuk melakukan pemeriksaan dalam.
"Ada apa? Sakit kah?", Grey menekan bagian perut yang sedari tadi diusap oleh Dila.
"Aneh rasanya." Dila mengangkat pinggulnya dan mulai bergerak gelisah.
"Dil? Kapan terakhir kali hs sama Sandi?", ucap Grey setelah memastikan sesuatu di bagian kewanitaan Dila.
Dila hanya menggeleng, Grey tidak mendapat jawaban. Dia lalu memperbaiki posisi Dila dan mengusap sisa gel dan juga menarik kembali pakaian istri rekan sejawatnya itu.
"Sebaiknya kalian hs, kau sudah mulai kontraksi tetapi jalan lahirnya masih sangat rapat.", ucap Grey sambil membantu Dila turun dari ranjang periksa.
"Aku malu memintanya. Sandi juga banyak konferensi di luar negeri, dia pasti lelah.", Dila duduk di hadapan Grey sambil terus mengelus perut buncitnya.
"Masih tidak nyaman?", Grey sadar dengan gelagat ibu hamil di depannya.
Dila hanya mengangguk. Perutnya benar-benar terasa tidak nyaman. Kencang, terkadang terasa sangat ngilu di bagian bawahnya. Belum lagi bekas jari Grey yang masuk ke liang vaginanya membuat bagian itu jadi berkedut.
"Mau dirawat di sini saja?", Grey memastikan lagi keadaan istri temannya itu.
"Tidak perlu, aku hanya perlu melakukan saranmu saja kan? Dan meminum vitamin darimu.", Dila beranjak dari kursinya dengan agak kesusahan. Grey juga berdiri untuk membantu, tetapi Dila menolak.
"Dil, aku antar saja ya? Sandi sepertinya sedang masuk ruang operasi. Aku tidak tega membiarkanmu menyetir sendirian." Grey bergegas membukakan pintu.
"Tidak perlu, aku bisa sendiri. Apa pasien Sandi banyak malam ini?", Dila menoleh setelah keluar dari ruang praktik suaminya, ingin mencari kepastian dari Grey.
"Haa? Ohh tidak, sepertinya dia bisa pulang malam ini." , ucap Grey setelah sempat terdiam sesaat karena pertanyaan mendadak dari Dila.
"Dil? Beneran sendirian nih pulangnya?", Grey kembali memastikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sentuhan Pelacur
Genç KurguWARNING 🔞⚠️ Follow dan Vote sebelum membaca. Beberapa bab dengan rate dewasa akan diprivate setelah bab 10. Selamat membaca Sentuhan Pelacur. [DILARANG COPAS] [NO PLAGIARISM] Adis yang bergelimang harta memilih untuk menjadi pelacur VIP dan mel...