Kenyataan (21+)

35K 167 6
                                    

Aku benar-benar tidak ingat apa yang terjadi padaku dan Wili semalam. Bagaimana bisa aku seteler itu? Dan sekarang justru terjebak satu ranjang dengan pengakuan Wili yang sangat mengagetkan.

"Dis? Bengong? Kenapa?", Wili bangkit dari posisi tidurnya dan menyingkap selimut yang menutupi tubuh kami.

Bisa kulihat dengan jelas tubuh Wili yang sangat sexy tanpa pakaian. Kejantanannya yang besar itu juga menggantung diantara selangkangan. Terlihat sedikit menegang. Tapi kurasa hanya perasaanku saja.

"Sorry ya, kalau pagi emang si 'dedek' suka mulai bangun, biasalah." ucap Wili sambil berjalan ke arah televisi. Dia mematikan televisi dan hendak pergi ke kamar mandi.

Aku segera beranjak dari ranjang dan memeluknya dari belakang. Langkah Wili terhenti. Dia mengusap tanganku yang berada di depan perutnya.

"Kenapa Dis? Lo mau ikut gue ke kamar mandi?"
"Goblok."
"Lahh? Malah ngatain."
"Menyebalkan."
"Apaan sih?"

Wili membalikkan badan dan mengecup bibirku. Dia mengusap kepalaku dan tertawa. Hal itu membuatku semakin kesal. Aku memukul dadanya dengan cukup kuat menggunakan kepalan tanganku yang tidak seberapa.

"Lo pasti ewein gue karna gue mabok kan, lo nyebelin banget, gue ga inget apa-apa."
"Lo ga inget?"
"Ga! Lo curang banget, cuma lo yang nikmatin kejadian semalem dong, karna gue ga sadar sama sekali."
"Hahahahaha.."

Wili tertawa keras lalu mendorongku ke arah ranjang. Tubuhku terbaring di atas ranjang dengan kedua tangannya yang mengunci diantara bahuku.

"Lo serius ga inget? Lo yang godain gue, Dis. Lo yang bangunin dedek gue, lo ngeracau banyak, semua mua lo omongin."
"Isshh, emang gue bilang apaan?"
"Rahasia, lo harus inget sendiri.."
"Gue bakal ingat kalo kita ulangi yang semalem.."
"Siapa takut, Adis lo nantangin gue, gue ga bakal berhenti meski lo ngemis ngemis yaa."

Wili mulai meremas kedua payudaraku hingga membuatku memejamkan mata sambil mendesah pelan. Ya Tuhan, baru begini saja rasanya vaginaku sudah mulai berdenyut.

Wili berdiri di antara kedua kakiku yang mengangkang. Kedua tangannya menahan sesaat paha bagian dalam milikku. Batang berurat itu mulai dia gesekkan di permukaan kelaminku.

"Aaahhh..langsung masukinhhh ouchh ajaa pleasee wil.."
"Hahaha, lo birahi banget dis.."
"Wil please gue ga tahan, langsung aja.."

Wili ternyata cukup penurut. Sekilas memang benar, kejadian semalam mulai muncul di ingatanku. Memang aku yang memaksanya semalam. Bahkan kata-kataku sama persis seperti pagi ini.

Tapi aku tidak bisa mengingat apakah aku menyatakan perasaanku padanya semalam? Bagaimana bisa dia begitu saja menuruti ajakanku yang sedang mabuk?

Saat kelamin Wili menyodok lubang vaginaku dengan kuat, aku mulai teringat beberapa ucapan ngacoku semalam.

"Wil, punya lo gede banget."
"Gedean punya lo Wil daripada punya Sandi."
"Wil, please lebih kenceng."
"Wil cium gue dong."
"Wil lo pernah suka ga ama gue."
"Wil kenapa lo ga pernah peka."
"Anjing, cowok kaya lo pantes aja jadi favorit tante-tante."
"Kenapa bukan lo aja bapak dari anak gue."
"Sialan, wil lo harus tau gue puas banget ama lo."

Suara-suara itu tiba-tiba muncul di ingatanku. Sungguh memalukan tindakanku semalam. Wili sepertinya sadar jika aku sudah mulai mengingat kejadian semalam. Wili masih bergerak pinggulnya dengan ritme yang membuatku nyaman. Dia mulai mengusap perut buncitku juga.

"Lo inget?"
"Sedikit.."
"Jadi beneran enakan punya gue, Dis?"

Aku hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Wili itu. Pikiranku teralih oleh rasa nikmat yang kurasakan. Wili cukup tahan lama, aku bahkan beberapa kali bisa mencapai bagianku.

Sentuhan PelacurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang