Terima Beres (21+)

51.5K 213 9
                                    

"Apa Om?"

Sandi diam saja saat aku menjawab sambil menatap ke arahnya. Gelagat pria ini aneh. Tadi memainkan musik bergitu keras. Sekarang hanya memanggil. Tapi di tangan kanannya ada koper besar.

"Om mau ngomong ga sih? Mengganggu tontonan Adis aja!", ucapku dengan ketus.

Sandi menggeret kopernya dan membiarkan di depan pintu keluar. Dia berbalik dan menghampiriku yang duduk di sofa. Sambil mengusap kepalaku Sandi mulai duduk disampingku. Seperti biasa, Sandi mulai memutar tubuhku untuk menghadap ke arahnya. Aku sedikit kesal.

"Om, Adis belum selesai nonton!"

Sandi hanya tertawa lalu mengambil remote televisi dari tanganku. Dia mematikan televisi dan melemparkan remote itu sembarangan. Aku bisa menebak tatapan Sandi ini. Dia meminta jatahnya. Lagipula aku masih sange, belum lagi karena kegiatan bercintaku dengan Bara tidak benar-benar tuntas juga tadi.

Benar kan? Batang penis Sandi sudah berdiri di bawah sana. Dia juga mulai mendesah saat aku meremasnya. Akupun menyandarkan tubuh di pinggir sofa dan mulai melebarkan kaki. Langsung saja pemandangan vaginaku terpampang di depan Sandi. Aku tidak memakai celana dalam sedari tadi. Ya karena selain nyaman, aku juga sudah menebak Sandi pasti akan meminta jatah.

"Kenapa ngangkang, Dis?"
"Om mau ngewe kan?"

Sandi menggeleng lalu beranjak berdiri dari sofa. Dia tidak melepaskan tatapannya padaku. Aku menatapnya cemberut lalu berusaha meledeknya.

"Gausah gengsi, itu kontol Om udah ngaceng."

Sandi tertawa makin keras. Dia menimpali ucapanku dengan mengungkit kejadian tadi.

"Bukan gengsi, tapi kan nanti Adis capek, habis sama Bara kan tadi?"

Aku makin kesal dengan jawaban Sandi yang memojokkanku. Aku berusaha bangkit dari sofa dengan kesusahan lalu berdiri berkacak pinggang di depan Sandi.

"Yasudah kalau Om gamau ngewe sama Adis! Om pasti sudah dipuasin lonte lain diluar sana. Om pasti tadi engga ke Rumah Sakit. Pasti Om tadi ngewe sama lonte buncit lainnya."

Sandi membelalakkan mata menatapku yang bicara cukup panjang. Dia menghela nafas sesaat lalu dengan cepat menjambak rambutku. Sontak aku berteriak, tindakannya itu membuat kepalaku harus menatap langit-langit ruangan.

"Aakhh Om! Sakit! Aduh!"

Jambakan Sandi mulai melonggar. Satu tangan Sandi rupanya dipakai untuk melepaskan celana yang dia kenakan hingga membuat penis besarnya menyembul dan menyentuh bagian pahaku.

"Om, ampun, Adis salah. Uhhh sakit, Om. Lepasin."

Sandi melepaskan tangannya dari rambutku lalu beralih menyelipkannya dan mengusap vaginaku yang sudah mulai basah. Dia memainkan jemarinya di lubang vaginaku dengan cepat hingga aku mulai mendesah karena nikmat.

"Ssshh ahhh Omm, ugghhhh aahhh ahhhh ahhh Ommm mmhhhhh..", aku mulai menggigit bibir untuk menahan desahanku.

"Adis hari ini nakal sekali."

PLAK

Satu tamparan dari Sandi di pantatku yang ikut bergoyang karena permainan jemarinya.

"Adis hari ini bikin masalah."

PLAK

Tanganku mulai bergerak meraba selangkangan Sandi dan mulai mencari keberadaan penis besarnya itu. Dan begitu dapat, langsung mulai kukocok batang berurat itu.

"Gggghh.."

Sandi mulai mendesah dan mengeluarkan jemarinya dari lubang vaginaku. Dia mendorong tubuhku ke arah sofa sambil terus mengocok batang penisnya yang sudah sangat menegang.

Sentuhan PelacurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang