15 | Confession

4 4 0
                                    

Netra cantik milik Sora bergerak kesana-kemari, juga beberapa kali dikerjapkan, rasa gugup mendominasi suasana hatinya sekarang. Kemudian, kepalanya menoleh ke samping, tempat Kakaknya tengah duduk dan makan dengan tenang.

“Tapi, anak kandung kalian, 'kan, Kak Hyun?” tanya Sora pelan. Jisoo yang telah merapikan alat makan itu pun menatap Sora dengan lembut, serta membiarkan Hyunjin yang masih melanjutkan makannya.

Namun, Hyunjin lebih dulu mendelikkan matanya dan menyela Ibunya yang hendak berbicara, "Udah jelas Kakak gak masuk jurusan manajemen, 'kan? Dan yang minat di dunia perkantoran itu kami. Oh iya, inget satu hal, kami bukan anak pungut, kita masih sedarah, gak usah berlagak kayak kita nemu kamu di kolong jembatan.”

“Hyunjin, gak segitunya juga dong ngomongnya,” tegur Minhyun.

Kepalanya menoleh ke arah Jisoo yang baru saja memanggilnya pelan, “Jurusan kamu gak terlalu jauh kok dari bisnis Mama sama Papa, kalau mau kalian berdua bisa sama-sama lanjutin bisnis,” usul wanita itu.

“Loh, iya, bagus tuh, kalau kalian mau. Sora, gimana?” Minhyun menyetujuinya.

Tatapan mata itu kembali tertuju pada Sora yang masih kebingungan dengan tawaran dari orang tuanya. Kali ini, Minhyun mencoba mengajukan pertanyaan, “Papa boleh tau gak, apa cita-cita yang pengen banget kamu gapai?”

“Jadi penulis, tapi ... itu cuma bisa di jadiin pekerjaan sampingan, jadi tetep aja aku harus dapet kerjaan yang bisa jadi prioritas,” jawab Sora tanpa keraguan.

“Ya udah, kamu tinggal ganti posisi Papa, Kakak posisi Mama. Kakak juga pengen jadi pelukis, dan itu bisa jadi pekerjaan sampingan. Kita harus tetep siaga, mana tau kapan-kapan Om, Tante atau sepupu kita mau rebut posisi ini karena kita punya minat di bidang lain,” jelas Hyunjin.

Sebenarnya, masih ada beberapa pertanyaan dalam benak Sora, tapi akhirnya gadis itu mengangguk setuju. Terlebih lagi, suara bell rumah berbunyi, mengalihkan perhatian mereka semua.

“Aku aja yang buka,” usul Sora. Tungkai jenjangnya melangkah hingga berhenti tepat ketika pintu dibuka olehnya. Kak Minho?

Setelah insiden di panti asuhan tempo hari yang lalu, cukup sulit bagi Minho untuk menemui Sora karena sikap protektif Hyunjin yang alasannya hanya diketahui oleh Adik dan kedua orang tuanya.

Maka dari itu, malam ini Minho bertekad menemui Sora ke rumahnya, sekaligus memantapkan hati. Bahkan mengesampingkan 'bagaimana jika orang tua dan Kakaknya melihat secara langsung' dan urusan Seungmin serta Yoona.

“Hai, Kak, ada apa? Maaf belakangan gak bisa ketemu, soalnya lagi ada masalah keluarga,” sapa Sora, di balas lambaian tangan dari Minho.

“Kamu ada waktu? Kalau boleh, aku mau ngobrol sebentar sama kamu, berdua,” pinta pemuda itu. Dan penolakan langsung ia dapatkan karena Hyunjin telah berdiri di belakang tubuh Sora.

“Sora lagi gak boleh keluar kalau bukan urusan yang penting banget.”

Namun rupanya, penolakan dari Hyunjin tak membuat pertahanan Minho goyah sama sekali, “Okay, kalau gitu biarin gue ngobrol berdua sama dia di sini. Lo gak mungkin masih ngelarang, 'kan?”

Masih ada keraguan, tetapi Sora telah berjalan beberapa langkah hingga sedikit menjauh dari pintu rumahnya. Hyunjin pun mau tak mau menutup sedikit pintu dan menjauh dari sana.

Minho menarik napasnya sejenak, lalu menggenggam tangan Sora dan menatap netranya, “Terlepas dari semua kebohongan itu, aku lama-lama jadi suka langit...,” ucapnya.

“... Padahal aku paling suka butiran salju, apalagi yang murni baru jatuh dari langit secara langsung. Kamu tau, 'kan? Molekul airnya pas beku ngebentuk struktur kristal jadi heksagonal, dan itu yang bikin dia cantik sekaligus unik.”

Hwang Seol-Ah dapat diartikan sebagai ‘Salju yang Murni dari keluarga Hwang.’ Sora tiba-tiba teringat arti dari namanya sendiri ketika Minho menyinggung pasal salju. Padahal, teringat jelas dalam ingatannya bahwa Minho sangat menyukai kucing. Bukan salju.

“Maaf, Kak. Tapi ...,” Ucapan Sora menggantung, bingung bagaimana caranya mengekspresikan perasaannya pada Minho.

“Seol, kamu ngerti maksudnya? Atau, aku harus perjelas? Aku gak minta apapun dari kamu, gak juga minta perasaanku harus dibales. Karena di pikir-pikir, selama ini aku pengecut dengan bersembunyi dibalik nama Sky. Jadi aku confess.”

Kepala Sora ditundukkan, menatap genggaman tangan Minho yang tak ingin dilepas. Pemuda yang hanya berbeda tiga tahun dengannya itu bahkan terlihat tenang, sama seperti ketika dirinya baru datang.

Sora tersenyum kecil, “Emang sih aku kesel karena Kakak pura-pura jadi Kak Sky-nya aku, tapi di balik itu semua, perasaan dari aku buat Kak Minho gak bisa hilang terlepas dari kebohongannya. Karena itu Kak Minho, Kakak baik yang aku temuin setelah Kak Hyun,” balas si gadis.

Satu senyuman ikut terpatri dalam wajah Minho, meski sulit dipahami apa maksud sebenarnya dari ekspresi itu. Hanya saja, satu hal yang Sora tangkap dari maksudnya, sekaligus juga merasa bersalah. Minho mengerti.

“Kata-kata kita puitis banget, ya.” Bahkan masih sempat-sempatnya pemuda dengan marga Lee itu tertawa kecil.

Minho mendongakkan kepalanya, menatap langit malam, “Udah larut, kamu masuk lagi sana, jangan begadang. Aku suka sama kamu, dan akan selalu begitu.”

Sekali lagi, Minho tersenyum, sebelum akhirnya ia pergi dengan motor yang dikendarainya. Dengan perasaan sakit akibat penolakan yang sedari tadi ditahan oleh dirinya sendiri. Jadi, gini rasanya.

✧✧✧

@fluffyxno
Have a nice day!

You're My Sister [Kim Seungmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang