Consideration

156 19 0
                                    

Meskipun Alex sebelumnya membenci Henry, namun setelah menyaksikannya dengan penuh perhatian membantunya memilih gambar yang tepat untuk berkasnya, perasaan bencinya berangsur pudar. Meski di bilang mustahil, Alex memutuskan untuk mengubah sikapnya sedikit demi sedikit terhadap Henry.

Sesampainya di rumah, Alex terkejut ketika melihat Henry yang tengah sibuk memasak bersama pelayanan dan koki. Aura tenang dan harmonis di dapur membuat Alex merasa lebih santai. Kehidupan di rumahnya terasa lebih hidup sejak kehadiran Henry yang sekarang menjadi pendampingnya.

Henry dengan hati-hati berjalan menuju pintu kamar Alex untuk memberitahu bahwa makanan sudah siap. Ketika dia berdiri di depan pintu, Henry mengetuk dengan lembut, membuat suara yang nyaris tak terdengar.

"Alex, apa kau di dalam?" Katanya dengan suara yang begitu rendah, ia merasa takut menganggu keheningan yang ada. Menggunakan panggilan yang sebelumnya jara di gunakan untuk memanggil Alex, tiba tiba keluar dari bibir Henry hari ini.

Alex membuka pintu beberapa saat kemudian, muncul dengan penampilan yang lebih santai: kaus polos dan celana yang berbahan katun dengan warna yang serupa. Pakaian itu sungguh cocok dengannya. Dengan langkah tenang, ia mendekati meja makan, lalu duduk di seberang Henry.

Henry dengan cepat mengambil mengambil hidangan itu dengan penuh perhatian. Namun ketika henry hendak mengambil potongan ikan untuk Alex, Alex dengan lembut menahan tangan Henry yang hendak mengambil ikan itu "sisihkan ikan itu, aku tidak akan memakannya," ujar Alex dengan sopan.

Henry lupa bahwa kokinya Alex pernah memberitahunya bahwa Alex memang sangat membenci ikan dari kecil. Ikan selalu menjadi hidangan yang sangat di bencinya, dan dia selalu menghindarinya. Henry yang cepat mengerti Alex dengan cepat mengganti ikan itu dengan teriyaki. Dan hasil akhirnya ia berikan hidangan itu pada Alex.

Setelah menyiapkan hidangan untuk Alex, Henry dengan gembira mengambil sepotong ikan yang terlihat lezat.

Henry memutuskan keheningan di meja makan dengan kata katanya. "Kami memang tidak cocok sama sekali. Aku sangat menyukai ikan sedangkan kau tidak," ujarnya dengan nada ringan, sambil dengan lembut mengambil sepotong ikan dari piring. Ketika ikan itu menyentuh lidahnya, Henry tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

"Astaga.. enak sekali ikan ini," ujarnya dengan senyum yang memenuhi wajahnya.

Alex, yang melihat semua itu, hanya tersenyum tipis sambil memakan hidangannya dengan perasaan tenang.

"Kapan kau akan lulus?" Tanya Alex tiba tiba. "Apakah ayahku sudah mengatur posisi untuk mu?"

"Sebentar lagi, sepertinya ayah akan membiarkanmu memutuskan ini," kata Henry dengan ragu.

Alex menjawab dengan acuh tak acuh, "ya kalau begitu, kau ku pekerjakan di bagian kebersihan saja."

Jawaban Alex itu membuat Henry kesal. "Apa? Aku termasuk mahasiswa yang cukup berprestasi loh, setelah empat tahun kuliah, dan kau memberiku posisi sebagai petugas kebersihan? Bukannya aku tidak menerimanya tapi apakah kau idiot?" Henry hampir mengangkat sendoknya untuk memukul Alex, tetapi sebelum ia bisa melakukannya, Alex dengan cepat menahan tangan Henry.

"Haha... Sudah, makan makananmu, jangan terus mengoceh nanti kau akan tersedak," kata Alex sambil menatap wajah Henry. Henry hanya bisa mendengus kesal.

Setelah mereka selesai bersantap, Henry memutuskan untuk pergi ke taman belakang. Tujuan awalnya datang ke sana adalah untuk melihat bunga bunga dan sekedar berjalan jalan santai. Langkanya yang lembut mengitari taman, sambil meresapi keindahan bunga bunga yang ada di sekitarnya.

Sedangkan Alex, yang ada di lantai atas berada di ruang kerjanya, duduk dengan serius di depan laptopnya, tenggelam dalam pekerjaannya untuk menyelesaikan beberapa laporan kantor. Dia sadar bahwa dia sudah berhadapan dengan layar laptop seharian penuh dan tidak ada waktu untuk dirinya sendiri, sehingga dia memutuskan untuk istirahat sejenak, membuka jendela sambil meminum kopi yang hampir dingin.

Matanya tanpa sengaja terarah ke taman belakang, dia melihat Henry yang tampak sangat sibuk memandangi bunga bunga itu. Dia terlihat mengenakan kaos abu dan celana pendek putih yang terlihat serasi dengan warna kulitnya yang terlihat bersih dan cerah dan itu membuatnya terlihat sangat sempurna. Alex terkejut saat melihat keindahan itu. Bibirnya merah mengundang, serta kaki nya itu dengan bulu bulu halus.

Alex mengakui jujur dalam hatinya bahwa Henry adalah sosok yang sangat mempesona, dan itu membuatnya merasa terpana.

Nora selalu memiliki pandangan tajam yang unik tentang preferensi yang lebih pasif, yang ia sebut "Male Bottom." Baginya, kaki pria sering kali menjadi fokus utama. Kaki yang hakus, dan bersih bagi Nora adalah tanda pria yang mungkin lebih cenderung memainkan peran submisif dalan hubungan. Meskipun memahami bahwa bokong tetap penting, Nora meyakini bahwa semua orang, tanpa terkecuali cenderung memulai dengan melihat kakinya sebelum akhirnya memutuskan perhatian pada bokong mereka.

Alex memperhatikan Henry tanpa jeda dan tanpa di sengaja Henry tengah membungkukkan kepala nya ke bawah dan pantat nya ke atas untuk memetik salah satu bunga itu, pandangannya tiba tiba teralihkan ke arah yang tak seharusnya. Ada getaran aneh yang merambati tubuhnya saat matanya menyusuri Henry, dan Alex tahu ada sesuatu yang tak beres dalam benaknya. Tanpa ragu, ia dengan cepat menepuk pipinya beberapa kali, seakan berusaha keras menjauhkan diri dari pemikiran yang tidak pantas.

Apakah Alex sudah gila? Tentu tidak, dia sepenuhnya sadar. Namun ia tetap berpegang teguh untuk tidak pernah membiarkan dirinya terbuai oleh pemikiran yang tidak pantas ini. Perasaan yang muncul dalam dirinya hari ini adalah sesuatu yang terjadi tanpa rencana, sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya.

***

Henry adalah tipe orang yang memiliki kebiasaan yang sehat, seperti selalu meminum air susu di pagi hari. Awalnya dia hanya membeli susu yang harganya terjangkau, tanpa terlalu memperhatikan mereka yang terpenting nutrisi nya. Namun, Alex yang biasa menggunakan produk bermerek mahal, menginstruksikan pelayannya untuk membuang semua susu bermerek murah di rumahnya dan menggantinya dengan produk susu yang lebih mahal, yang menurutnya lebih terjamin dalam hal kualitas dan rasa.

Keesokan paginya, Henry dengan semangat yang seperti biasanya meraih cangkir dan berniat untuk menuangkan susu yang ada di dalam kulkas, ia terkejut karena ada ke anehan dari tampilan susu itu. Tampilannya sangat berbeda dan itu tentu saja terlihat lebih fresh. Ternyata susu yang telah ia beli sebelumnya telah di ganti oleh susu yang lebih mahal dan terkenal. Meskipun hal itu kurang di sukai Henry karena susu yang ia beli sudah dibuang begitu saja Henry tidak bisa protes atau bertanya tanya siapa yang melakukan ini, sebab ia tahu jelas bahwa hanya satu orang yang berhak melakukannya.

Ketika Henry mulai meminumnya, rasanya begitu enak, jauh lebih enak dari susu yang biasa ia minhm. Ia dengan cepat meneguk susunya dengan rakus, seolah tidak ingin melewatkan satu tetes pun. Henry yang sangat menikmati susu itu, bahkan hampir tidak menyadari bahwa Alex diam diam memperhatikannya di sisi lain ruangan.

Alex bergegas duduk di kursi meja makan. Ia meminum secangkir kopi dan memotong selembar roti. Henry yang melihatnya, merebut lembaran roti Alex dan mulai menyiapkannya untuk Alex. Alex yang melihat hal itu ia biarkan dengan tatapan yang heran.

"Kau memang sangat payah dalam hal ini, lihat saja potongan rotimu ini berantakan sekali, jadi biar aku saja yang melakukannya, kamu duduk diam," Ucap Henry.

Setelah sarapan, mereka bersiap siap untuk berangkat. Henry ke kampusnya dan Alex ke kantornya. Kali ini Hery memutuskan untuk pergi menggunakan transportasi umum sebab mobil yang Mr. Diaz berikan ia kembalikan lagi, sebab mobil tersebut tidak sesuai dengan selera Henry dan ia merasa tidak nyaman menggunakannya. Awalnya, Mr Diaz menawarkan mobil lainnya untuk Henry, namun Henry merasa sungkan dan lebih memilih naik bus atau taksi saja, dan itu tidak masalah baginya untuk berpergian menggunakan transportasi umum.

Hal itu tentu membuat Alex merasa keberatan. Ia bahkan menyuruh Henry untuk mengambil mobilnya kembali. Namun Henry, yang keras kepala tetap pada pendiriannya. Ia merasa lebih nyaman dengan kebiasaannya menggunakan transportasi umum tanpa dukungan mobil atau pun supir pribadi.

Alex yang tadinya kesal terhadap Henry, seiring berjalannya waktu, ia mulai terbiasa. Dan kini Alex merasa bahwa mengantar Henry setengah jalan menuju halte merupakan sebagian dari rutinitasnya yang telah berjalan beberapa hari terakhir ini.

ENMESHED (RWRB AU Version) / On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang