Perut Alex merasa cukup lapar, meskipun dia tidak pernah benar-benar berencana untuk makan di tempat ini. Memutuskan di meja mereka terlihat seperti tidak ada yang familiar, dan dia terlihat ragu-ragu untuk mencoba sesuatu yang sepertinya begitu asing baginya. Henry, di sisi lain, tampaknya menikmati setiap suapan makanannya dengan puas.
Saat Henry menyantap hidangannya, dia tersenyum puas pada Alex, Henry melihat Alex yang tampaknya hanya melihatnya makan sendirian, dia melepaskan bungkus plastik sumpitnya lalu memberikannya pada Alex sambil berkata, "Hei, kenapa kau hanya diam saja. Ayo dimakan, kau harus coba semua ini."
Alex memang merasa lapar, dia menerima sumpit itu dari Henry, mulai membelah sumpitnya dan melihat isi di dalam piring itu dengan penuh penasaran. Pada suapan pertama, Alex terkejut dengan rasanya, ternyata makanannya jauh lebih enak dari apa yang dia kira sebelumnya.
Sambil menikmati setiap suapan, Alex mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa dari hidangan itu. Henry, yang melihat ekspresi wajah Alex, ikut tersenyum. "Enak kan? Kau mau bir?" Tawar nya pada Alex yang langsung di jawab dengan anggukan.
Dengan ekspresi yang penuh semangat, Henry mulai menuju hidangan-hidangan tersebut dengan detail yang membuat Alex mulai tergiur lagi.
Menggoda dengan kesegaran daging sapi yang di panggang dengan sempurna, aroma rempah-rempah nya yang sangat harum seakan hidangan itu memanggilnya.
"Alex, kau benar-benar harus mencoba ini," kata Henry, sambil menunjuk pada piring yang telah diberi saus yang menggoda itu. "Rasanya begitu lezat, perpaduan antara daging dan sausnya yang sempurna. Dan gurita bakarnya... Itu luar biasa. Coba saja dulu, kau pasti akan ketagihan!"
Mata Alex menerawang, ragu-ragu, namun kemudian dia meraih sumpit dengan gemetar dan mengarahkannya ke dalam mulutnya. Sensasi rasa yang mengalir melalui lidahnya membangkitkan kenangan akan cita rasa yang luar biasa. Matanya melebar, tercengang oleh perpaduan rasa yang membuat dia tidak berhenti membuka mulutnya.
Dengan senyum lebar, Henry bertanya, "Enak bukan? Lebih enak dari daging yang kau makan biasanya."
"Ya," Alex menjawab dengan suara rendah, pandangannya terpaku pada Henry. "Semua ini akan terasa enak asalkan ada kamu di sisiku." Ucapnya dalam hati.
Alex melanjutkan makannya dengan lambat, hanya menyantap beberapa suapan kecil. Sisanya, dia hanya duduk dan mengisi waktu dengan menghabiskan bir. Di sisi lain, Henry masih saja fokus pada makanannya tidak pernah menyentuh minuman beralkohol sedari tadi. Bukan kenapa, tapi bagi Henry, setiap tegukan alkohol membuatnya merasa pusing dan tidak nyaman, bahkan jika hanya sedikit. Dia tahu jika dia berani meminumnya secara berlebihan, dia akan menjadi sangat buruk, jauh dari dirinya yang tenang.
"Apakah kau sering datang ke tempat seperti ini? Tanya Alex dengan tiba-tiba.
Henry menelan sisa makanannya dan menjawab, "ya, aku mulai menyukai tempat seperti ini, cukup lama, sejak.... Ah aku tidak mengingatnya.
Sambil meminum birnya, Alex lalu bertanya lebih lanjut, suaranya mulai sedikit terengah. "Apakah kau selalu datang ke tempat seperti ini dengan teman-temanmu? Atau mungkin bersama 'pacar' ?"
"Biasanya dengan teman-temanku tapi terkadang sendirian juga," gumam Henry sambil menggigit potongan makanannya, yang telah dia celupkan dalam saus sambal, tanpa di sadari, dia mulai merasa kepedasan akibat saus sambal itu. Bibirnya memerah seketika, menciptakan kontras yang mencolok dengan wajahnya yang terang. Kehadiran Henry saat ini begitu menggemaskan, tak terhindarkan dari pesona yang membuat siapapun yang melihatnya terpesona.
Namun, di balik pesonanya, ada rasa penasaran yang telah menganggu Henry akhir-akhir ini. Meski dia tidak ingin membuka perbincang yang agak sensitif ini, namun dia merasa ini adalah saat yang tepat. Dengan napas dalam, dia memutuskan untuk mengungkapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENMESHED (RWRB AU Version) / On Going
RomanceApa jadinya jika seorang pria straight di paksa menikah dengan seorang pria pilihan ayahnya, apakah di akan menolaknya atau mungkin menerimanya? Cerita ini menceritakan bagaimana cinta bisa tumbuh, bahkan di tempat atau jiwa yang paling tak terduga...