The Other (2)

86 15 2
                                    

Pagi ini Alex berencana untuk pergi ke Australia untuk urusan bisnisnya selama tiga hari. Selama tiga hari itu, di selalu mengirim pesan dan bahkan menelpon Henry. Alex merasa dia harus melakukan itu.

Ketika Alex duduk di meja kerjanya, terfokus pada tumpukan dokumen yang tersebar di atasnya. Ponselnya berdering, suaranya menyentuh telinganya. Dengan perlahan ia meraih ponselnya dan melihat bahwa panggilan itu berasal dari Nora. Dengan penuh perhatian, ia segera mengangkat telepon tersebut.

"Halo, Nora. Ada apa?" Tanya Alex.

"Oh, Alex. Dimana kau sekarang, aku sekarang ada di kantormu."

Alex menjawab, "Aku sedang di Australia untuk urusan bisnis, ada apa?"

Nora melanjutkan, "Oh tidak, tadinya aku hanya mau mampir saja karena kebetulan lewat kantor mu. Tapi apa kau ada waktu sebentar?"

Alex menjawab, "Tentu saja. Nora. Silahkan katakan."

Nora mulai menjelaskan, "Tadi saat aku mampir melewati divisinya Henry. Saat berada di dekat pantry, aku secara tidak sengaja mendengar pembicaraan tentang Henry."

Alex bertanya lebih lanjut, "Lalu apa yang kau dengar?"

Nora menjawab, "Aku.... Aku mendengar banyak sekali gosip. Gosip bahwa Henry sedang dekat dengan seseorang. Pada awalnya, aku kira orang yang sedang dekat itu adalah kamu. Mereka berkata bahwa henry sudah berpacaran dengan seseorang selama sebulan. Tapi bukankah kau sudah setengah tahun dengannya? Dan yang membuat aku terkejut, itu bukanlah sebuah gosip, tapi sebuah fakta. Henry yang menyatakannya sendiri."

Ketika Alex mendengar berita itu, seperti kilat menyambar, ia hampir tak bisa lagi menggenggam ponselnya. Diam tanpa kata, hanya mendengarkan dengan perasaan campur aduk.

"Halo, Alex. Alex kau masih di sana? Halo..?"

Nora yang mendengar reaksi Alex, menjadi panik dan mulai membanjiri Alex dengan pertanyaan, meski ia hanya memberikan jawaban yang seakan-akan enteng. Kemudian, Alex menutup teleponnya.

Pikiran Alex menjadi rumpang. Henry memiliki kekasih? Memang bukan hal yang baru, karena dia pernah berpacaran sebelumnya. Namun berita ini memunculkan banyak pertanyaan dalam benaknya. Mereka telah mengenal satu sama lain selama hampir satu tahun, dan selama ini, ia sangat mempercayai Henry sepenuhnya.

Pertanyaan bermunculan dalam pikirannya. Apa artinya semua ini bagi dirinya? Selama ini, ia yang telah berusaha mempertahankan pernikahan ini, meskipun dalam hatinya selalu merasa ada yang kurang. Ia Marasa sedih dan bingung.

Alex benar-benar terkejut dengan apa yang Nora sampaikan. Karena ia yakin, tidak mungkin sahabatnya membohonginya, apalagi dia tahu bahwa Henry kini menjadi hal yang serius baginya. Sepanjang hari itu, ia selalu memerintahkan bawahannya untuk selalu memberitahukan posisi terkini Henry. Untuk sekarang, ia tidak bisa lagi bersikap acuh tak acuh seperti sebelumnya.

***

Henry sedang berada di kantornya saat dia menerima telepon dari Alex. Merasa canggung untuk menjawab di tengah keramaian, ia pun pergi ke kamar mandi untuk menjawab telepon itu dengan lebih tenang. Saat Alex mulai mengajukan pertanyaan penting, ia tidak bisa lagi mengabaikan kenyataan bahwa situasinya sedang tidak berada pada waktu yang tepat.

"Dimana kamu?" Alex langsung menanyakan ketika Henry mengangkat teleponnya.

"Di kantor, mengapa?" Henry menjawab dengan bingung.

Alex kembali bertanya, "Tidakkah kau bertanya kapan aku akan kembali?" Namun, Henry menjawab dengan nada sinis,

"Perlukah aku bertanya seperti itu? Aku tamu kapan kamu akan kembali, jadi untuk apa aku repot-repot bertanya."

Dengan suasana hati yang buruk, Henry terpaksa menjawab telepon itu karena yang menelponnya bukalah orang yang dia harapkan. Alex dengan kecewa menggenggam telepon, yang jelas terlihat meskipun hanya suaranya saja yang terdengar. Setelah beberapa saat, di akhirnya berkata, "Henry, kau..."

Henry menutup telepon tanpa memberikan kesempatan kepada Alex untuk berkata lebih banyak.

Ternyata selama ini, Henry telah menyembunyikannya dari Alex tentang kekasihnya yang sangat di cintainya dengan rapih, ini membuat Alex merasa sangat kecewa, tetapi ia bisa apa? Ia hanya tetap berpikiran positif untuknya. Meskipun itu adalah sebuah lelucon yang tidak bisa dia tertawakan.

Semakin dia mencintai Henry, semakin dia membencinya. Alex hanya ingin memperpanjang waktu bersama Henry, sementara Henry mungkin mengharapkan perceraian mereka yang mungkin akan segera terjadi. Alex merasakan gelombang kepanikan yang memenuhi dirinya.

"Tidak mungkin, itu tidak akan terjadi, tidak akan pernah!"

***

Setelah bekerja, Henry menemui pacarnya untuk makan malam, menonton film, dan minum kopi bersama, hingga mereka merasa bosan dan memutuskan untuk pulang. Terlepas dari kehadiran Alex yang berada di rumah atau tidak, Henry tidak perlu memberikan penjelasan ke mana ia pergi. Namun, jika Alex tidak berada di rumah, rasanya jauh lebih nyaman untuk melakukannya.

***
Malam selanjutnya, Erik pulang kerja sangat larut, dan Henry berdiri di sebuah sudut tersembunyi di dekat perusahaan, menunggu pria itu keluar.

Saat ini, Erik mengenakan setelan kemeja hitam. Dengan ukuran nya yang pas sehingga itu membuat badannya sangat cantik, terlihat dari dadanya yang bidang dan dengan kerah yang rapih. Dia melangkah gagah menuju ke arah Henry, bibirnya tersenyum memikat. Henry meraih kedua tangan Erik dengan lembut dan bertanya, "Bagaimana harimu?"

Dengan senyum yang mengembang, Erik menjawab dengan suara yang berat, "Kau tahu? Aku kangeennnn banget sama kamu, kangen n nya banyak."

Dengan posisi Henry di kuasai oleh Erik, dia mencium Henry dengan lembut sambil memegang dagunya yang lembut, sementara Henry mengalungkan tangannya pada leher Erik.

ENMESHED (RWRB AU Version) / On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang