Don't You Think?

66 16 0
                                    

"Apa yang baru saja kau katakan?" Geram Mr. Diaz.

"Apa kau tahu sudah berapa kali ayah harus memohon agar Henry menyetujui pernikahan ini? Lagi pula, ayah sudah katakan ini berulang kali kepadamu. Keluarga kita berhutang Budi pada Mr. Fox. Henry akhirnya setuju menikah denganmu, dan itu sangat membuat ayah sangat bahagia. Ayah harap bisa mengandalkan ini untuk bisa menebusnya. Sebaliknya, kau sepertinya tidak mengerti juga. Jika kau merasa tidak ingin melanjutkan hubungan ini, keluar dari rumah ini dan jangan gunakan lagi nama belakang Diaz." Teriak Mr. Diaz.

Alex yang mendengar hal tersebut, dia cukup ketakutan, dan Henry juga terkejut dengan apa yang Mr. Diaz katakan.

"Ayah, tidak apa-apa, ini sungguh bukanlah hal yang serius. Mari kita pergi ke taman belakang bersamaku. Kita bisa minum teh bersama." Henry mencoba meredakan ketegangan itu.

"Alex, cepat minta maaf pada Henry," teriak Mr. Diaz

"Maaf," ujarnya dengan nada yang tidak jelas.

"Minta maaf yang benar, Alex. Minta maaflah dengan hati yang tulus," tegur Mr. Diaz

"Ayah, aku tidak keberatan dengan permintaan maaf Alex," kata Henry kepada Mr. Diaz dengan senyum ramah. "Mari kita minum teh ke taman belakang, ayah."

Mereka berdua berjalan bersama, meninggalkan Alex sendirian. Mr. Diaz mengusap lembut pundak Henry beberapa kali sambil mengucapkan permintaan maaf.

"Henry. Maafkan ayah. Jika kau punya keluhan, datang saja pad ayah dan jelaskan. Ayah akan menjagamu," ucap Mr. Diaz, penuh dengan perasaan penyesalan.

Henry tersenyum dan dan menjawab, "tidak apa-apa ayah, sungguh. Aku baik-baik saja, terimakasih ayah."

Saat mereka menikmati secangkir teh. Mr. Diaz memanggil pelayan untuk membawa Alex kehadapan nya mengambil kesempatan untuk berbicara. "Hari ini, ayah datang ke sini untuk berbicara denganmu perihal rencana untuk membawa Henry bekerja di perusahaan kita," katanya dengan serius. "Sejujurnya, ayah tidak membutuhkan gelar mu, Henry. Tapi itu sangat bertentangan dengan keinginanmu. Mulai sekarang, perusahaan akan di kelola oleh kalian berdua tanpa terkecuali. Ayah ingin kau, Alex untuk segera membantu mengumpulkan pengalaman Henry."

"Ya ayah." Ucap Alex.

"Baik ayah, lagi pula waktuku di kampus hanya beberapa bulan lagi," Henry berjanji.

Mr. Diaz tersenyum lembut. "Baiklah, ayah akan menunggu. Habiskan banyak waktu dengan teman-temanmu karena jika kau sudah bekerja itu akan sulit untuk berkumpul dengan mereka lagi," ucap Mr. Diaz dengan penuh pengertian.

Kalimat lembut itu sangat menyentuh Henry. Wajahnya berseri-seri, dan ia dengan tulus menganggukkan kepalanya. Sebaliknya, Alex merasa cemburu dengan perhatian ayahnya kepada Henry, tapi ia mencoba menyembunyikan rasa itu.

Setelah perbincangan singkat itu, mereka berdua mengantarkan Mr. Diaz ke mobilnya, setelah Mr. Diaz pergi Alex langsung pergi memasuki rumah meninggalkan Henry yang masih berdiri di luar.

***

Tiga hari kemudian, Alex baru saja kembali dari perjalanan bisnisnya dengan kondisi sangat buruk. Wajahnya tampak amat pucat, demam tinggi telah menyerangnya, merayap dari pagi hingga malam. Kondisi ini secara tidak langsung memaksa Henry untuk bergadang untuk merawatnya sepanjang malam.

Pada malam harinya, Alex terdengar sangat mengkhawatirkan di kamarnya, Henry dengan piyamanya memasuki kamar Alex. Alex terlihat sangat berkeringat, dia sesekali mengerang kesakitan, menggeleng-gelengkan kepalanya. Henry yang melihat itu, ia mendekati Alex perlahan, menyentuh dahi dan leher Alex dengan tangannya. Betapa terkejutnya dia bahwa suhu badannya sangat panas. Henry segera mengambil handuk hangat ke kamar Alex. Alex yang mendengar Henry memasuki kamarnya berusaha untuk bangkit. Henry menaruh handuk dan air hangat itu di meja dan memberikan bantuannya untuk membantu Alex duduk.

ENMESHED (RWRB AU Version) / On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang