the overview

1K 59 1
                                    

Jendra Dirga Ghifari, genap 28 tahun usianya kini, sedang duduk manis di kursi meja makan menanti kedatangan sang sahabat masa kecil. Sudah lewat 30 menit ia menunggu sambil memperhatikan Bunda kepunyaan sang pemilik rumah yang sedang memasak untuk sarapan mereka berdua.

Tepat pukul 07.15 pagi, suara gaduh mulai terdengar dari telinga penghuni ruang makan, datangnya dari si lebih tua dua tahun yang terburu-buru berlari dari kamarnya di lantai dua, Edgar Hesya Ethaniel. Pemuda berkepala 30 yang disinyalir sebagai sang sahabat yang masih tinggal bersama kedua orang tuanya, yang kini rumahnya Jendra hadiri untuk sekadar menyantap sarapan pagi dan berangkat ke kantor bersama.

"Hush, jangan lari-lari di tangga." kata Bunda sembari meletakkan beberapa saji makanan lezat di depan Jendra.

"Hah... buru-buru lah, Bun. Hehe, sorry ya Je telat bangun.." kata si rambut magenta merasa ngos-ngosan hebat setelah berlari setengah mati mengejar waktu.

"Dasi lo tuh.. masih ngaco. Telat bangun apanya.. pasti lo gak tidur 'kan tadi malem?" balas si surai coklat gelap sinis.

"Oh... emang sengaja, 'kan gue ga bisa iket dasi, nanti iketin ulang aja yaa? Laper nih, makan dulu yuk."

"Pertanyaan gua aja gak bisa dijawab."

"Emang ya, marahin aja tuh Esa nya, Mas Jen. Kalau masih kayak gitu terus, mau kapan dapet pasangannya? Kamu tuh udah 30 tahun loh, Kak. Kapan nikahnya?" celoteh Bunda tiba-tiba ketika Hesya hampir saja memasukkan suapan pertamanya.

Jendra kaget, melirik Bunda, lalu ke Hesya. Takut terjadi peperangan hebat di depannya dalam hitungan per sekian detik.

Hesya meringis, melirik sinis Bundanya lalu tanpa berpikir, ucapkan:

"Ya kalau ada yang lamar Hesya sekarang juga, bakal Hesya mau-in Bun!"

Buset, yang bener aja lu.

Batin Jendra ketar ketir, kepalanya cenat cenut, jantungnya berdegup cepat. Kenapa? Kok bisa? Oke, sini aku ceritain detailnya.

At the End of the Day [JAYSEUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang