the consideration

545 65 1
                                    

"Kak.. gak mau ngobrol sama Bunda?" Bunda coba dekatkan dirinya pada Hesya yang sedang menyantap cemilan di ruang tengah dengan suara televisi menggagalkan keheningan rumah malam itu.

Pasca lima hari telah terlewat semenjak peristiwa memusingkan itu terjadi, semenjak itu pula Hesya terus saja pulangkan dirinya hingga larut malam agar tidak bertemu dengan orang rumah, tetapi selalu mengaku bahwa ada pekerjaan lembur yang harus ia selesaikan.

Sudah lima hari pula tidak ada koneksi yang terjalin antara Hesya dan Jendra. Keduanya seperti reflek menjauhkan diri. Tidak ada percakapan dalam ponsel, maupun sekadar ucap sapa ketika berpapasan di halaman rumah.

"Mau ngobrol apa?" Balas Hesya tetap pandangkan netranya pada televisi yang tampilkan acara favoritnya dan lahapan cemilan ke dalam mulutnya tidak dibiarkan berhenti.

Bunda dudukkan dirinya pada sofa tepat di sebelah Hesya, hanya berjarak beberapa senti.

"Kakak gak mau dicoba dulu sama Mas Jendra?"

"Coba apa?" Hesya berlagak seperti tidak paham topik apa yang sedang Bunda coba bawakan.

"Menikah."

Hesya benar-benar kehabisan kata.

Pejamkan netra sepersekian detik dan lepaskan lenguhan singkat, lalu berniat untuk beranjak pergi ke kamar untuk menjemput alam mimpi.

"Hesya tidur dulu."

Pasalnya, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, semua penghuni rumah sudah selimuti diri mereka dari dinginnya malam, terkecuali dua insan ini.

"Bukannya Esa juga cinta sama Mas Jendra?"

Hesya kaget, kaget bukan main. Reflek hentikan langkah kakinya. Netranya membulat penuh. Jantungnya, ya Tuhan.

Deg, deg, deg.

Tetapi Hesya pilih untuk tetap abaikan perkataan Bunda yang satu itu dan melanjutkan perjalanan menaiki anak tangga untuk ke kamarnya di lantai dua.

"Esa takut, ya?"

Hesya putuskan untuk palingkan kepalanya, ke arah suara itu. Suara Bunda yang terus coba bicara untuk menerobos hancurkan dinding transparan pertahanan Hesya.

"Coba ngomong saja sama Bunda. Sini, gak ada yang dengerin kecuali Bunda. Ayah sama Riki udah bobo."

Langkah kaki Hesya menjadi ragu, mau lanjutkan daki anak tangga atau putar balik arah menuju suara itu.

Deg, deg, deg.

"Iya. Esa takut."

At the End of the Day [JAYSEUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang