Me
bawa mobil ajaJendra
oke
pake jaketnya sa
hawanya masih dingin bekas ujan
tunggu di dalem rumah aja ya
biar nanti sekalian izin sama bunda
otw nih ngeluarin mobilNotifikasi beruntun Hesya dapatkan dari Jendra, dan pesan terakhir buatnya turunkan diri dari kamar untuk bergegas menunggu kedatangan Jendra di halaman rumah.
Selama menunggu, Hesya berkali-kali menimbang sesuatu yang buat pikirannya cukup terganggu sedari tadi. Akibat kejadian sore tadi, yang buatnya sedikit merasa bersalah —dan canggung, maka membuat Hesya memiliki dua pertimbangan malam ini.
Tepat pukul 7 malam, mobil Honda HRV hitam seri terbaru telah tertangkap oleh netra Hesya perlahan terparkir dengan sempurna di depan pagar halaman rumahnya. Hesya hanya bisa setia berdiri tegak memandangi kejadian itu.
Pintu mobil sebelah kanan terbuka, memunculkan semburat rambut coklat sedikit basah yang terurai menjuntai ke bawah.
Deg, deg, deg.
Satu langkah, tiga langkah, lima langkah Jendra ambil mendekati Hesya secara perlahan. Ia berdoa setengah mati agar Hesya tidak akan pernah mendengar detak jantungnya saat ini.
Netra Hesya memperhatikan, Jendra merangkul sesuatu di lengannya.
Jendra membuka pagar rumah dan melenggang masuk hampiri Hesya. Ia lebarkan barang itu, dan sampirkan pada kedua pundak Hesya.
"Kan bener, pasti lupa dibawa jaketnya."
Ternyata jaket, barang yang menggantung di lengan Jendra. Hesya hanya bisa tatap netra Jendra tanpa berkata apa pun selama si Taurus sibuk memasangkan jaket itu pada pundak Hesya, pita suaranya seperti tidak ingin berfungsi malam ini.
Delapan detik keduanya bersitatap, tanpa ada yang berani memecahkan keheningan.
"Kan aku bilang tunggu di dalem aja, dingin tau. Ini aku izin dulu ya sama Bunda."
"Bawel."
"Hahaha, masuk duluan aja ke mobil, Sa."
Hesya memilih untuk menuruti perkataan itu, sembari Jendra segera cepatkan langkah memasuki rumah untuk menemui Bunda, meminta izin untuk bawa putranya menjelajahi langit malam.
Jantung Hesya ternyata sama saja dengan milik Jendra, berdegup dengan kencang. Sepertinya, Jendra akan mengubah panggilan di antara keduanya, bukan lagi gue-elo yang menyertai percakapan keduanya, melainkan sudah kembali pada aku dan kamu.
Pintu kemudi terbuka, Jendra masuk dan dudukkan diri pada kursi pengemudi, sementara Hesya sudah duduk manis di kursi penumpang di sebelah kirinya.
Hening sepersekian detik datang lagi, setelah Jendra mengencangkan sabuk pengaman miliknya, dan sedikit melirik kepada kepunyaan Hesya, yang ternyata sudah terpakai kencang.
"Emm, mau ke mana?"
Jendra mengotak-atik navigasi pada layar ponselnya yang telah ia letakkan pada penyangga di tengah dashboard mobil, agar terlihat dari segala arah penghuni mobil.
"Kalau ke sini, kamu gapapa?"
Hesya sedikit memajukan diri, melihat lokasi yang tertera pada layar ponsel itu. Hesya sempat terkejut. Pasalnya, teks yang tertera menunjukkan lokasi sebuah pantai di ujung selatan Yogyakarta.
"Sumpah, kalau ke sana itu butuh dua jam-an loh, sekarang udah jam tujuh." komentar Hesya dan lirik tajam si pengemudi.
Seringai kecil muncul di senyum Jendra, seraya bersiap untuk menarik rem tangan dan menginjak pedal gas.
"Enggak apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
At the End of the Day [JAYSEUNG]
Romancewill they make it, until this end of the day? jay x heeseung