0.6 - LDK dan Pelantikan

25 7 10
                                    

Jakarta, November 2022

Waktu demi waktu terus berjalan hingga tanggal yang ditetapkan untuk Latihan Dasar Kepemimpinan dan Pelantikan telah tiba. Acara yang diselenggarakan oleh pengurus inti ini bertujuan melatih rasa tanggung jawab para anggota ekstrakurikuler kerohanian Islam. Seperti suri tauladan kita, Nabi Besar Muhammad Saw yang juga merupakan seorang pemimpin bagi seluruh umat Muslim di dunia.

Kegiatan dimulai pada hari Sabtu pagi hingga Sabtu sore. Para anggota pun sudah dibentuk menjadi beberapa kelompok untuk memudahkan pengerjaan tugas. Selain pengurus inti, beberapa alumni juga menyempatkan hadir walau sekadar sharing pengalaman di dunia perkuliahan dan pekerjaan.

Terlihat beberapa anggota ekstrakurikuler kelas X dan XI telah mengantre registrasi ulang, termasuk Laya, Runda, Litha, Dayi dan Asyi berbaris sesuai urutan usia.

"Aw, sakit tahu!" keluh Asyi yang kakinya terinjak oleh Dayi.

"Ya, maaf, aku nggak sengaja," kata Dayi melihat ke arah belakang.

Asyi menggerutu, "Kamu tahu di belakang ada aku, masa nggak terlihat."

"Mata aku di depan, bukan di belakang. Aku tahu, kok, kalau kamu ada di belakangku, tapi aku nggak sengaja nginjeknya," racau Dayi yang tidak kalah tinggi nada bicaranya.

Asyi yang mendengar itu hanya bisa terdiam. Ia kesal, matanya berkaca-kaca, jelas-jelas tadi ia mendengar suara tawa Dayi dan Litha. Entah apa maksudnya, tapi Asyi tidak suka diperlakukan seperti itu. Rasanya seperti dipermalukan.

Laya yang sensitif sudah pasti mengerti dengan keadaan sekitar. Untuk saat ini ia tidak akan langsung menegur mereka bertiga. Seperti biasa, diskusi dengan adiknya, Runda, adalah satu-satunya jalan Laya mengambil keputusan.

"Harus bagaimana, ya, Nda?" tanya Laya.

"Soal apa?" jawab Runda.

"Itu, mereka bertiga," ucap Laya sembari merapikan perlengkapan LDK.

Runda melirik ke arah Litha, Dayi, dan Asyi. Benar saja dugaannya, Asyi menyendiri. "Pantas emosinya nggak stabil."

Laya memberhentikan aktifitasnya. Ia menoleh ke arah Runda, lalu, ke arah Asyi. "Ada apa, sih?"

"Asyi lagi periode bulanan," kata Runda dengan tersenyum ke arah Laya. Laya hanya menggelengkan kepala dan berdecak. Walaupun sesama perempuan, rasanya sulit sekali untuk memahami perempuan lainnya jika sedang periode bulanan.

"Yo wis, Lay, nanti juga baik sendiri. Kita beritahu Litha dan Dayi aja supaya mereka minta maaf lebih spesifik," kata Runda menenangkan Laya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.20 WIB. Seksi acara kegiatan sudah memberikan instruksi kepada semua anggota kelas X dan XI agar segera berkumpul di aula. Kurang lebih dalam 10 menit, materi pertama Latihan Dasar Kepemimpinan akan segera dimulai.

Para anggota ekstrakurikuler kerohanian Islam mengikuti materi pertama dengan judul Kepemimpinan di Era Gen Z.

"Sebelum Kakak menjelaskan materi pertama ini, ada yang tahu nggak apa bedanya pemimpin dan kepemimpinan?" tanya Kak Rayan, selaku alumni dan pemateri pertama LDK.

Litha mengangkat tangannya dengan percaya diri. "Izin menjawab Kak Rayan. Perkenalkan saya Lalitha Tsamara dari kelas XI Agama. Bedanya pemimpin dan kepemimpinan, ya. Kalau pemimpin itu seseorang yang mempunyai tanggung jawab memimpin diri sendiri atau orang lain, sedangkan kepemimpinan itu kemampuan dalam diri seseorang untuk memimpin dan mempengaruhi orang lain dalam bekerja. Menurut saya gitu, sih, Kak."

"Terima kasih, Litha. Jawabannya Benar sekali, ya. Singkatnya gini, kalau pemimpin itu orangnya, kalau kepemimpinan itu ilmunya," jelas Kak Rayan kepada para audiens.

"Litha pintar, ya," bisik Dayi kepada Runda. Runda hanya mengacungkan ibu jari kanannya tanda setuju.

"Nggak heran kalau dia juara kelas terus," ucap Laya dan Runda mengacungkan ibu jari kirinya.

"Litha wakil ketua keputrian, seharusnya dia naik jabatan aja ke ketua," ucap Runda menghela nafas gusar.

Materi pertama sampai materi ketiga berjalan dengan baik. Semua anggota sibuk dengan catatannya masing-masing karena setelah itu akan ada uji kelompok.

Kelompok dengan poin terbanyak mendapat sebuah hadiah yang cukup menarik. Terlihat mereka berlima membagi materi untuk dipelajari. Kerja sama yang bagus!

Kegiatan terakhir adalah pelantikan calon pengurus inti periode 2022-2023. Belum disebutkan siapa yang terpilih menjadi ketua rohis dan ketua keputrian. Hal tersebut membuat semua calon pengurus inti sedikit merasa cemas. Degup jantung mereka mungkin berdetak dua kali lebih cepat.

Apa pun hasilnya, itu sudah pasti yang terbaik menurut Allah. Mau terpilih atau tidak, Runda ikhlas, batin Runda.

Hilmi dan Tasha selaku ketua rohis dan ketua keputrian periode sebelumnya sudah mengambil alih mic dari pembawa acara. Mereka akan mengumumkan pengurus inti baru yang sangat ditunggu-tunggu oleh para anggota lainnya.

"Dengan mengucap bismillah, hari ini saya umumkan ketua rohis periode 2022-2023 akan diamanahkan kepada, Syahzan XI IPA 3," ucap Hilmi seraya memberikan tepuk tangan yang gemuruh.

Hilmi memberikan mic-nya kepada Tasha, "Selanjutnya, untuk ketua keputrian periode 2022-2023 akan diamanahkan kepada, Arundari XI Agama."

Sang pemilik nama yang semula tertunduk diam, spontan menegakkan kepalanya. Sedikit terkejut, tetapi sesuai janjinya ia akan ikhlas. Runda beranjak dari tempat duduknya menuju meja pelantikan. Kini, tanggung jawab ketua keputrian berpindah kepadanya.

Para pengurus inti lama dan anggota lainnya turut serta memberikan selamat kepada Runda. Doa yang baik-baik mereka langitkan bersama. Harapannya ekstrakurikuler kerohanian Islam ini menjadi lebih maju di bawah kepemimpinan Syahzan dan Runda.

"Aku sedih," ucap Dayi tiba-tiba.

Litha mengernyitkan dahinya, "Loh, kenapa?"

"Kita nggak jadi kelompok terbaik, padahal cuma beda empat poin aja," ucap Asyi menjelaskan.

Laya tersenyum, "Nggak apa-apa yang penting kalian sudah baikan."

Dayi dan Asyi menatap satu sama lain. Mereka tersipu malu dengan ucapan yang dilontarkan Laya.

Namun, secara tiba-tiba saja, benturan keras terdengar jelas. Seorang gadis yang duduk di barisan depan tiba-tiba terjatuh pingsan. Wajahnya pucat pasi dan keringat dingin membasahi dahinya.

"Ya, Allah! Tolong, tolong," teriak beberapa orang. Hening seketika menyelimuti aula. Semua mata tertuju ke arah gadis yang terjatuh.

* * *

Lima Senja di Langit Madrasah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang